Chapter 31 | Mata Elang

235 21 19
                                    

Pagi kembali menyinari dunia tepatnya di rumah Fidya, ia mengawali hari yang baru seperti yang diharapkan oleh Fina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi kembali menyinari dunia tepatnya di rumah Fidya, ia mengawali hari yang baru seperti yang diharapkan oleh Fina.

Ia tidak ingin melukai hati Fina, Naufal dan Farhan. Fidya bangkit dari tidurnya dan membaca doa sesudah bangun tidur. Setelah itu, ia membuka gorden dan juga jendela kamarnya.

Fidya hirup udara itu sedalam-dalamnya.

Hatinya tenang.

Setelah itu, ia mengambil air wudhu dikamar mandi dan melaksanakan shalat shubuh dengan khidmat.

Pukul 06.00 WIB.

Fidya menatap jam dinding disana segera ia bersiap-siap untuk pergi kesekolah. Ia berharap tidak akan ada lagi kejadian yang membuat hatinya terluka.

Apakah itu mungkin?

Ia jadi ragu.

Fidya menepis pertanyaan itu, lebih baik ia segera sarapan. Dan benar Farhan---kakaknya sudah pulang, ia sangat rindu sudah lama tidak bicara dengannya, ia merasa bersalah pada kakaknya.

Fidya melahap nasi goreng yang sudah dimasak oleh Fina, tadi pagi.

"Ekkhm!" Farhan berdeham. Fidya menoleh ke sumber suara dengan tatapan bingung.

"Ada apa?" tanya Fidya tak jelas karena nasi goreng masih ada didalam mulutnya.

Farhan tertawa keras. Fina menatap tajam pada Farhan, Farhan tersadar lalu tawaannya berhenti.

"Engga, kamu lanjutin aja," jawab Fina yang melihat Fidya kebingungan.

Fidya kembali fokus pada makannya hingga habis setelah itu Fidya menyimpan piring di wastafel kemudian ia duduk kembali untuk minum.

Fidya melihat jam tangan yang melingkar ditangan kanannya. "Aduh?! Setengah 7, Ibu Ayah mana?"

Fina menoleh pada Fidya. "Ayah lembur Nak."

Fidya menepuk jidatnya. "Bisa-bisa aku telat nih!"

Farhan kembali berdeham. Fidya risih mendengarnya. "Apaan sih Kak?!" tanya Fidya sewot.

"Tau ah! Gak jadi!" Farhan bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju kamar.

Melihat ada Farhan, Fidya baru menyadarinya, kenapa tidak dari tadi ia minta antar sama Farhan?. Dasar kau ini Fid!

"Kak?!" teriak Fidya. Farhan yang sudah membuka pintu kamar, membalikkan badannya.

"Apa?" tanya Farhan sarkatis, efek kesal tadi.

"Anterin aku Kak, please!"

Farhan menggeleng tegas.

Fidya terbelalak, Kakaknya tidak mau mengantar dirinya. Apa Kakaknya benar-benar marah?

ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang