"Aku sudah bilang, kita menjadi orang asing saja!"
"Itu sama saja memutuskan tali silahturahmi Fidya!" ucap Irfan membentaknya.
Fidya menghembuskan napasnya dengan berat, mengingat perkataan Irfan benarkah ia memutuskan tali silahturahmi? Padahal ia tidak bermaksud untuk kesana, yang ia pikirkan adalah menjauhi Irfan untuk kebaikan Irfan sendiri agar dia tidak terlibat dengan dirinya.
Menjauhi bukan berarti membenci.
Walaupun selalu ada rasa benci itu, namun ia harus menepisnya. Belum lagi, ia harus memikirkan pelakunya yang sampai saat ini belum ditemukan.
Salahkah aku?
"Fidya?" Mendengar suara itu Fidya menoleh pada Ibunya yang sudah berdiri diambang pintu kamar.
"Iya Bu?" Fidya mengubah posisinya menjadi duduk diatasnya kasur.
"Ada temen kamu."
Fidya mengangkat alisnya. Heran, siapa yang datang kerumahnya? Apakah Fira? Bisa saja. "Siapa Bu?"
"Fira, cuman dia bukan yang tahu rumahmu?"
Fidya mengangguk. "Iya Bu." Fidya bangkit dari duduknya kemudian kakinya melangkah menuju keruang tamu --dia sudah mengganti pakaiannya menjadi baju gamis serta hijabnya--, Fira sudah menunggu disana. Dia terlihat sempurna, dibaluti dengan gamis syar'i nya ditambah khimarnya sekaligus cadar yang ia pakai.
Masyaallah
Fidya tersenyum kecil kemudian duduk disampingnya.
"Maaf ya aku lama." Fidya menggaruk tengkuknya. Ia malu sudah menunggu Fira menunggu.
"Tidak apa. Justru kesini aku mau ngajak kamu!" ujar Fira dengan antusias.
"Kemana?"
"Ke pasar malam! Sengaja aku kesininya sore-sore." Fira menyengir dengan lebar.
"Baiklah, kamu begitu bersemangat. Aku izin dulu sama Ibu ya?" Fidya beranjak dari duduknya dan berlari menuju ke dapur tempat Fina berada disana sedang menyiapkan teh manis.
"Ibu, Fidya mau izin."
Fina menoleh ke belakang tepat Fidya berdiri disana. "Kemana? Sama Fira 'kan?"
Fidya mengangguk. "Iya, ke pasar malam! Boleh ya Bu?"
Fina tersenyum. "Baiklah, nanti kamu telpon kakak biar dia jemput."
"Emang kakak mau pulang?"
"Rencananya sih begitu kalau tidak sama Ayah saja."
"Baiklah. Fidya berangkat dulu. Assalamualaikum." Fidya mencium punggung tangan Fina dengan hormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]
SpiritualGadis itu bernama Fidya terkadang bertanya, "mengapa hidupku tak seperti yang lainnya?" dalam benaknya akankah ia mendapatkan kebahagiaan? *** Jika saja boleh memilih Fidya ingin merasakan seperti 'yang lainnya--orang normal pada umumnya' tanpa haru...