Chapter 27 | "Aku Memang Berbeda"

208 24 35
                                    

"Ada apa ini?" Suara itu menggema diruangan kelas dan sukses membuat seluruh siswa-siswi yang ada disana diam bungkam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada apa ini?" Suara itu menggema diruangan kelas dan sukses membuat seluruh siswa-siswi yang ada disana diam bungkam.

Fidya melirik sosok itu yang berdiri disana. Ia menarik bibirnya keatas tercetak senyum bahagia.

Hinata berdecak kesal, lagi sosok itu selalu saja membela Fidya.

"Kalian mulai lagi?" tanya sosok itu sedikit kesal. Tak habis-habisnya mereka selalu membully Fidya setiap harinya.

"Gak usah ikut campur!" bentak Mila.

"Aku gak ikut campur, aku risih ngedengernya!" ucap Elmira -teman kelompok Fidya-.

Hinata tertawa jahat. "Baru kali ini ada yang ngebela si pncg itu selain si Irfan?!"

Elmira berdecak kesal, kedua tangannya ia kepal dengan keras untuk melampiaskan kekesalannya. "Salah bela orang yang terdzolimi? Harusnya kalian itu tahu diri!"

Jamila mendorong tubuh Elmira dengan keras sampai Elmira terjatuh. "Jangan jadi sok pahlawan deh! Telat lo!"

Elmira bangkit dari jatuhnya itu dan menatap Jamila dengan tajam. "Gak ada kata terlambat untuk menolong seseorang!" ucapnya sebelum ia berlari menuju Fidya yang tengah menangis dibangkunya.

Hinata berdecih. "Awas saja, gue bales perbuatan lo!"

"Kamu gak apa-apa?" tanya Elmira khawatir.

Fidya tersenyum dan mengelus kepala Elmira dengan lembut. "Aku tidak apa-apa, terimakasih kamu sudah membelaku."

"Sama-sama, maafkan aku terlambat menolongmu."

"Tidak apa-apa, aku sangat bersyukur karena masih ada yang mau membelaku."

Elmira memeluk Fidya dengan erat. Bagaimanapun Fidya adalah temannya yang selama ini dia selalu abaikan. Ia merasa menyesal karena tidak menolong Fidya saat dibully oleh Hinata dan teman sekelasnya.

"Maafkan aku..." lirih Elmira.

-🍁🍁-

"FIDYA!" teriak Hinata sembari mengejar Fidya yang tengah berjalan.

Dengan egois, Fidya tidak berhenti dan ia memilih berjalan dengan cepat. Hinata geram karena Fidya tidak mau berhenti. Lantas ia menghadang Fidya dari depan.

"Lo mau kemana? Udah berani ya?!" bentak Hinata.

Fidya menundukkan kepalanya, didalam hatinya ia sangat kesal pada Hinata, kenapa Hinata selalu menganggu hidupnya?

Apa salah dia sehingga Hinata selalu balas dendam padanya?

"Aku.. mau ke Fira.." lirih Fidya.

"Fira? Siapa dia? Gue baru denger nama tuh anak!" Hinata menatap Fidya dengan tatapan tidak percaya bahwa Fidya ternyata sudah mempunyai teman.

ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang