Chapter 3 | Terluka

653 104 78
                                    

Pagi pun telah tiba dan adzan shubuh pun berkumandang, Fidya langsung terbangun mendengar adzan, dia bangun dan membersihkan diri dikamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi pun telah tiba dan adzan shubuh pun berkumandang, Fidya langsung terbangun mendengar adzan, dia bangun dan membersihkan diri dikamar mandi.

Dan kemudian dia langsung melaksanakan shalat shubuh dengan khusyu', memang ini sudah kewajibannya sebagai umat muslim. Dia sudah balig.

Bada' shalat shubuh dia langsung merapihkan mukena nya. Dan bersiap untuk pergi kesekolah walaupun berat ini demi kedua orangtuanya yang sudah susah payah mencari nafkah padanya.

"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Fidya menyemangati dirinya sendiri.

Dia keluar dari kamarnya dan langsung sarapan pagi, dia disambut hangat oleh Fina ibunya itu.

"Selamat pagi anakku," ucap Fina tersenyum dan langsung merangkul Fidya dengan hangat.

"Pagi," jawab Fidya singkat. Seperti biasa dia berbicara seperlunya saja, dan menjawabnya pun singkat, padat dan jelas. Fidya langsung duduk di kursinya lalu makan nasi goreng buatan Ibunya.

"Alhamdulillah kamu mau sekolah lagi, kalau teman-teman kamu bully kamu diamkan saja mereka tidak tahu apa yang sebenarnya nak."

Fidya hanya mengangguk lalu menghabiskan masi goreng. Setelah itu dia beranjak berdiri dari meja makan dan mencium punggung tangan Ibunya. "Aku berangkat dulu. Assalamu'alaikum." Lalu dia pergi keluar.

"Wa'alaikumussalam." Fina mencoba ramah dihadapannya walaupun sebenarnya dia rapuh melihat anaknya berubah 180 derajat.

-🍁🍁-

"Heh, itu kan si anak pncg itu kan? Yang pake kaki palsu itu kan?"

"Iya, ya kok dia pake kaki palsu sih? Ngaku aja biar orang-orang liat dia itu sempurna."

"Dasar munafik!"

"Dia sengaja pake rok lebar biar nutupin kakinya itu! Munafik."

"Pake jilbab besar segala lagi! Huhhhh."

Cacian dan hinaan terus saja berdatangan padanya tanpa henti dan tanpa jeda, membuat telinganya serasa panas apalagi menyangkut jilbabnya, apa hubungannya? Pasti ada yang mengadu semua!

Dia berusaha tenang dan tidak emosi karena hanya dengan sabarlah dia bisa tenang. Dia terus berjalan di koridor sekolah hingga sampai dikelasnya.

Dan lagi, semua temannya menjauhinya. Hatinya hancur sejadi-jadinya, seandainya dia ada teman curhat pasti dia akan meledakan semuanya. Namun apalah daya dia tidak mempunyai teman.

Fidya menundukkan kepalanya, lalu duduk di bangkunya sendirian yah dia sendirian temannya semua menjauhinya bahkan sahabatnya, sahabat macam apa itu?

Ya Allah kuatkan aku....

Dia terus menguatkan hatinya karena dia tahu Allah bersama dengan orang-orang yang bersabar. Dia yakin itu, setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan.

ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang