Ambil baiknya, buang buruknya🙏
Dimohon untuk kebijakannya🙏
Selamat membaca😊
-🍁🍁-
"Aku muak lihat wajah kamu Hinataaaa!! Aku benci kamu! Pergi dari hidupku aku mohon, pergi," teriak Fidya disela-sela tangisannya.
"Pergiiii!!" teriak Fidya dengan keras.
Fina dan Naufal serta Farhan panik mendengar Fidya berteriak tidak jelas terdengar seperti ketakutan disertai dengan kebencian.
Mereka berlari menuju ke kamar Fidya, Naufal mencoba membuka pintunya namun dikunci, Fina mencoba untuk menenangkan keluarganya itu.
Fina mengetuk pintu,"Fidya kamu kenapa nak? Buka pintunya!!"
"Tidak mau!! Pergii!" teriak Fidya yang membuat mereka terkejut dan sedikit kecewa terutama Farhan dan Naufal karena mereka tidak tahu apa penyebab Fidya seperti dahulu lagi.
"Ibu, Ayah jawab kenapa dengan Fidya?" tanya Farhan penasaran dan terdengar kesal.
Fina dan Naufal menunduk mereka lupa mengatakan sebenarnya pada Farhan--anaknya.
"Ibu, Ayah jawab pertanyaanku!!" bentak Farhan dengan terpaksa karena sedari tadi Naufal dan Fina hanya terdiam saja.
Fina dan Naufal terperanjat karena terkejut dan sebentar lagi pasti Fina akan menangis sementara Naufal hanya melihat kebawah.
"Ibu jawab, Farhan bingung padahal kemarin-kemarin Fidya mulai pulih kok sekarang?" tanya Farhan yang mulai tenang. Dia tidak lagi menaikan suaranya pada Naufal dan Fina.
Fina menghela napasnya sejenak dan menengadah kepalanya kemudian menatap anak lelakinya itu dengan sendu. Farhan heran melihat Fina yang sudah menangis.
"Fidya, nak Fidya.. Kembali seperti dahulu," ucap Fina yang masih menangis.
"Apa? Ibu tidak bohong kan?" tanya Farhan memastikan.
Fina mengangguk. Hati Farhan terasa disayat, sakit rasanya melihat Fidya seperti ini, setegar apapun seorang lelaki pasti dia akan menangis.
"Ya Allah Ibu kenapa tidak bilang?" ucap Farhan lirih.
"Maafkan Ibu, Ibu tidak ingin menganggu konsetrasi kamu nak."
"Ibu..." lirih Farhan.
"Enyahlah kau dari hidupku, jangan bunuh aku! Jangan bunuh aku kau!" teriak Fidya dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]
EspiritualGadis itu bernama Fidya terkadang bertanya, "mengapa hidupku tak seperti yang lainnya?" dalam benaknya akankah ia mendapatkan kebahagiaan? *** Jika saja boleh memilih Fidya ingin merasakan seperti 'yang lainnya--orang normal pada umumnya' tanpa haru...