TRINGGGG!
Bel pulang berbunyi, seluruh siswa-siswi pun bersiap-siap untuk pulang, mereka membereskan buku dan peralatan lainnya yang masih berserakan dimeja masing-masing termasuk Fidya, rencananya ia akan membersihkan mejanya yang dicorat-coret dengan spidol permanen.
Perlahan siswa-siswi pun berhamburan keluar dari kelas, Fidya menunggu mereka keluar sepenuhnya, kebiasannya memang seperti itu.
Setelah kelas sudah sepi, ia beranjak dari duduknya untuk pergi ke toilet dan mengambil peralatan untuk membersihkan coretan spidol permanen di meja bangkunya.
Terlihat Pak Nasrudin -OB sekolahnya- sedang bersih-bersih halaman sekolahnya, mungkin ia bisa meminjam peralatan yang biasa pak Nasrudin gunakan.
"Assalamualaikum Pak?" Fidya menghampiri Pak Nasrudin yang terlihat sangat sibuk menyiram tanaman.
Pak Nasrudin menghentikan aktivitas menyiram tanaman dan menoleh pada Fidya. "Waalaikumsalam, ada apa Neng?"
"Anu.. saya mau pinjam lap, ember sama sabunnya pak, boleh?"
"Buat apa?" tanya Pak Nasrudin. Pikirnya jarang-jarang siswa yang mau membersihkan sekolah ataupun yang mau minjam peralatan yang biasa ia gunakan.
"Buat bersihin meja saya pak."
"Ohh boleh kamu ambil saja ya? Di gudang."
"Biasanya di toilet deh Pak." Fidya menggaruk kepalanya.
Pak Nasrudin menggeleng. "Tidak, bapak nyimpannya digudang."
"Ohh gitu. Kalau begitu saya pinjam ya Pak?"
"Iya silahkan."
Fidya tersenyum. "Terimakasih Pak."
"Sama-sama."
Fidya pun melangkahkan kakinya menuju ke gudang tempat dimana peralatan Pak Nasrudin disimpan.
Ia mengambil lap, ember, sabun tepat digudang itu kemudian ia kembali lagi menuju kelasnya sebelum waktu sudah semakin sore.
Ia melirik jam tangannya sudah menunjukkan pukul 4 sore, ia mendengus hari ini ia akan pulang sore bagaimana mengatakan pada Ibu dan Ayahnya nanti?
Sesampainya, ia membersihkan meja bangkunya yang penuh dengan coretan spidol permanen. Dengan penuh tenaga ia membersihkannya, perlahan coretan itu menghilang, ia bersyukur.
Coretan nya masih teringat di kepalanya itu, sungguh ia tidak ingin mengingatnya. Bahasa yang tidak pantas untuknya, panggilan kasar untuknya, sudah benar-benar keterlaluan.
Coretan itu sudah bersih dari meja bangkunya walaupun masih ada jejaknya, namun tulisannya sudah terlihat lagi. Ia membersihkannya sekali lagi agar tulisan itu benar-benar musnah dari mejanya.
Coretan itu membuatnya tidak fokus belajar, sesekali ia melihat ke meja rasanya ia ingin menghancurkan meja itu.
Akhirnya meja itu sudah bersih, ia mengambil peralatan yang ia pinjam dan menyimpan kembali ke gudang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAH, SAVE ME ! [SELESAI]
EspiritualGadis itu bernama Fidya terkadang bertanya, "mengapa hidupku tak seperti yang lainnya?" dalam benaknya akankah ia mendapatkan kebahagiaan? *** Jika saja boleh memilih Fidya ingin merasakan seperti 'yang lainnya--orang normal pada umumnya' tanpa haru...