Bagian. 23

76 6 2
                                    

Pagi hari rea masih belum juga bangun, ia sengaja bangun sedikit siang karna ia tak sekolah ia izin untuk menjemput keluarga nya di bandara

"neng rea bangun neng" ucap bi inah sedikit berteriak ia mengetuk ngetuk pintu kamar rea

"neng re bangun ini udah jam 7 neng rea harus menjemput ibu dibandara setengah jam lagi" teriak bi inah sekli lagi

Rea tersentak kaget, ia lupa jika menjemput keluarga nya jam 7:30
Rea bangkit dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi terburu buru

"iya bi rea bangun" teriak rea dalam kamar mandi

Bi inah bernapas lega setidaknya nya teriakan nya mampu membuat rea bangun

"astaga rea loh kesiangan aduh gimana nih" ucap rea terburu buru ia memakai baju seadanya dan tak memakai lipstik atau pun bedak

"pa toro cepetan ih rea bisa telat jemput nya" gerutu rea ketika berda didalam mobil

"sabar neng ini macet banget, kayak nya mau pada ke kantor jadi macet" ucap pa toro

"aduh gimana dong, rea bisa telat nih, kasian nanti mereka nungguin rea" panik rea, ia tak habis fikir jika harus telat menjemput keluarga yang ia sayangi

Rea menatap area jalanan, dan ia melihat seseorang yang mengendari motor ninja berseragam lengkap dan rea sangat mengenali laki tersebut

"pak toro itu ada motor ninja, pak toro berenti didekat motor ninja itu, rea mau bareng dia aja"

"hah? Tidak tidak biar bpa saja yang anterin neng ke bandara " ucap pa toro kaget

" dia temen rea jadi bpa gk perlu khawatir, nanti bpa susul rea aja"

Pa toro pun mengangguk dan menepi kan mobil nya didekat cwo berseragam dengan mtor ninja nya

Rea turun dari mobil tanpa sepatah Kata pun, ia menepuk pundak pengendara motor tersebut

"astagfirullah" kaget sastra ketika rea menepuk pundak nya ditengah jalan raya ini
Yah yang tadi rea lihat itu sastra, cwo dengan seragam sama dengan milik rea dengan motor ninja nya tengah membelah jalanan ibu kota yang macet ini

"anterin gue" ucap rea tanpa basa basi langsung naik motor sastra

"hah?" kegt sastra tak habis pikir dengan gadis ini

"hahehoh mulu loh, udah cepetan jalan anterin gue" gerutu rea menepuk nepuk pundak sastra

"anterin kemana? Pake dulu nih helm, gue gak mau ambil resiko kalau kepala loh kenapa kenapa" sastra menyodor sebuah helm berwarna hitam ke arah rea

Tanpa basa basi rea memakai helm tersebut
"oke thanks sas" ucap rea disela sela memakai helm

Rea nampak kesusahan memakai helm, sastra yang melihat itupun segera membantu rea memakai helm

Pandangan mereka bertemu, sastra memakai kan helm dikepala rea dengan lembut membuat rea tersentak kaget dengan perlakuan sastra
Jantung rea kini berdebar kencang, pipi nya bersemu merah

Sastra pun tersenyum ketika helm nya sudah terpasang di kepala rea
"nahh udah kan" ucap sastra tersenyum manis ke arah rea

Lamunan rea buyar "ehh eh eh iya makasih sas" ucap rea terbata bata ia tak bisa menutupi kegugupannya

"pegangan" pinta sastra ketika kemacetan di hadapan sudah sedikit longgar

Rea yang polos hanya menurut perkataan sastra, ia refleks memeluk tubuh sastra erat sangat erat seakan akan tak ingin terlepas kan

Sastra hanya tersenyum melihat betapa polos nya rea disuruh langsung mau
Rea memejamkan matanya ketika sastra motor sastra membelah ibu kota

Di sela sela perjalanan tak ada yang membuka suara, rea nyaman dengan posisi ia memeluk tubuh sastra dari belakang, begitu pun dengan sastra

"loh nyaman banget ya meluk gue, sampe sampe gue gak bisa napas loh meluk nya erat banget" goda sastra sedikit berteriak takutnya rea tak mendengar nya karna suara mesin motor nya

Rea melohok dengan perkataan sastra barusan, ia pun melepaskan pelukannya dan sikap nya jadi salah tingkah
"mau ditaro di mana muka gue, bego loh bego reani astagfirullah" gerutu rea dalam hati

Sastra hanya cengengesan melihat dari kaca spion rea yang salah tingkah pipi nya bersemu merah

"gue becanda re, santai aja, kalau loh nyaman meluk gue yaudah peluk lagi aja" goda sastra tersenyum kikuk

"ihh apaan sih tadi gue refleks jadi gak sengaja meluk loh" rea memukul mukul punggung sastra sebal

"refleks ko lama banget, sampe erat banget gitu meluk nya sesak napas gue" goda sastra terkekeh geli

Rea jadi salah tingkah ingin rasanya ia menghilang saja dari situasi seperti ini. "tuhan buat gue menghilang kali ini aja, gue malu banget sumpah" ucap rea dalam hati

"emmm emmm itu tadi tadi tuh gue takut makannya meluk loh" ucap rea gugup benar benar gugup

Sastra tersenyum manis "gue becanda re, emang lebih baik loh meluk gue daripada jatoh gue gak mau tanggung jawab"

"eh iya ini mau kemana sih? Kenapa loh buru buru banget?" tanya sastra bingung harus kemana ia membawa rea

"ASTAGA!!! gue belum bilang ke elo ya kalau gue mau le bandara? " tanya rea kaget, ia sampai lupa jika harus pergi ke bandara saking nyaman nya dipelukan sastra

"gue udah tau" ucap sastra menggoda rea

"hah tau dari mana? Gue kan belum bilang mau kemana! ?" tanya rea aneh

"barusan kan loh bilang mau ke bandara reani, polos banget sih" geram sastra

Rea hanya memasang wajah kikuk nya ia sangat sangat malu dan salah tingkah

"pegangan kita ngebut" pinta sastra

"gak" jawab reani judes

"pegangan atau loh jatuh terus kelindes mobil dijalan?" ancam sastra dengan sedikit menahan tawa

Refleks rea pun memeluk sastra lagi ia memejamkan matanya
"gila kali kalau gue kelindes mobil" ucap rea dalam hati

Sastra tersentak ke depan, Reani tiba tiba memeluk nya tanpa aba aba, sastra tersenyum melihat tingakh rea yang polos
"padahal gue tadi cuman boongan ngancem dia, eeh dia malah nganggep beneran reani reani" ucap sastra dalam hati

Hening. Selama perjalanan tak ada yang membuka suara, rea yang sibuk dengan pikir nya dan sibuk menetralkan detak jantung nya
Dan sastra yang sibuk mengendari motor dengan kecepatan sedang, ia tak mau mengambil resiko jika mengendari motor dengan kecepatan tinggi

Akhirnya mereka sampai di Bandara, rea langsung turun dari motor dan memberikan helm nya berlari kedalam bandara meninggalkan sastra

-PLUTO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang