Motor devan memasuki gerbang sekolah, banyak tatapan dari siswa siswi sekolah, ada yang menatap kagum mendukung hubungan rea dan devan. Adapula yang menatap rea sinis, mungkin mereka sirik dengan rea yang bisa di bonceng devan laki laki tampan most wanted sekolah ini.
Rea turun dari motor nya, membuka helm dan memberikan nya kepada devan. "thanks dev, gue duluan" ucap rea meninggalkan devan.
Belum sempat rea berjalan, tangan rea dicekal oleh devan, otomatis rea terpental dan menghadap ke arah devan, pandanganya bertemu dengan devan. Jarak mereka begitu dekat, bahkan rea bisa merasakan hembusan napas dari hidung devan.
Harus rea akui jika devan baik padanya, namun jika hati tak suka bagaimana? Hati tak bisa dipaksakan, mencintai seseorang harus sepenuh hati, bukan karna paksaan.
Banyak para siswa yang memekik kaget melihat aksi devan dan rea, ada yang berteriak teriak, dan ada pula yang memfoto. Dengan segera rea menepis nya, mengalihkan pandangan nya ke arah lain. Tak ingin berlama lama menatap devan.
"dev lepasin tangan gue!" gunam rea memperhatikan tangannya yang di cekal devan.
"ehh... Eh iya gue lupa, sorry" devan menyengir kuda.
"ngapain? Gue pengen ke kelas!" gunam rea cuek.
"bareng dong ah, masa pasangan nya ditinggal!" goda devan.
Rea hanya memutar bola matanya malas. "yaudah yuk!" rea berjalan terlebih dlu meninggalkan devan.
Dengan segera devan menyusul nya, menyesuaikan langkah dengan langkah rea.Devan mengantar rea sampai di depan kelasnya. "udah dev anterin sampe sini aja, loh juga ke kelas gak perlu ngintilin gue terus"
"eh iya udah sampe kelas ternyata, gak tau gue" ucap devan menepuk jidat nya sendiri, keasikan ngobrol dengan lia membuat nya lupa akan segalanya. "keasikan ngobrol sama bidadari hehehe" cengenges devan.
"cepet balik sana!" rea menatap devan sinis, lalu meninggalkan nya terdiam di depan pintu kelasnya.
"bye re! Muachh!" devan memberikan kiss jauh kepada rea.
Rea tak menggubris ia hanya mengedikan bahu nya jijik. "stres tuh anak" ucap rea pelan, geleng geleng
kepala.Rea duduk di kursi dekat gesya, mempersiapkan area luar lewat jendela, tak menggubris kedua sahabat nya yang tengah bertengkar memperebutkan pensil. Selalu ada saja yang diributkan gesya dan lia, misalnya rebutan pensil, tempat duduk, bahkan rebutan siapa yang harus pergi dulu ke kantin. Sungguh hal yang tidak penting bagi rea.
"Nataslia padilla! Inituh punya gue! Enak aja loh ngaku ngaku!" teriak gesya, merebut pensil di tangan lia, terjadi lagi rebutan pensil pagi pagi.
"liat dong, warna nya aja sama kayak yang punya gue! Berarti ini punya gue! Lagian yang gue tuh ilang kemarin!" balas lia berteriak tak mau kalah, dengan sorot mata tajam.
"ini punya gue! Loh kira pabrik pensil Bikin nya cumab satu apa? Balikin ini punya gue!" gesya mencoba merebut pensil di tangan lia, namun lia mencegah nya.
"punya gue gesyaviani mandari! Beli dong jangan ngambil punya orang!" lia tetap mempertahankan pensil yang ada di tangannya.
"ini punya gue! Cepet balikin gue mau nyalin fisika!" bentak gesya tak mau kalah.
Rea yang sedari tadi geram dengan kedua sahabatnya nya, ia menggebrak meja kencang, dan sorot mata yang tajam.
Bug.......
semua orang menatap rea ngeri, sekarang ia jadi bahan tontonan teman sekelas nya. "BERISIK! CUMAN PENSIL DOANG PAKE DEBAT SEGALA!" teriak rea menatap tajam kedua sahabat nya berganti. Tak lama kemudian rea mengambil paksa pensil tersebut ditangan lia dan melempar nya ke luar kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
-PLUTO-
Ficção AdolescenteIni bukan cerita bad boy dan bad girl yang bertemu lalu jatuh cinta, ini hanyalah cerita anak SMA yang berusaha mencari kembali kepingan hati yang hilang ditelan waktu.