Bagian.39

49 1 0
                                    

Di dalam mobil pun sama rea masih saja kesal dengan sastra dan santi, ia mengalihkan pandangan nya ke luar jendela, pikirannya sedang kosong, tak habis fikir dengan apa yanh barusan terjadi, baginya sastra telah melukai hatinya secara tidak langsung.

Tapi apakah rea menyukai sastra? Sehingga ia tak real jika sastra dekat dengan wanita lain?

Gesya dan lia saling melempar pandangan, aneh dengan sikap rea yang tiba tiba berubah dratis.
"re?" tanya lia memegang pundak rea.

Seakan akan pendengaran rea rusak, ia tak mendengar suara apapun, jangankan suara tangan lia yang menepuk pundak nya saja ia tak merasakannya.

Lia sudah geram dengan sikap rea, akhirnya ia menepuk pundak rea lebih keras dan berteriak didekat telinga rea. "WOY! BUDEG YA LUH!" teriak lia.

Rea terkejut dengan perlakuan lia, ia mengalihkan pandangan nya ke arah lia, bukan pandangan suka tapi pandangan tajam, kesal dengan kelakuan rea.

"lama lama kuping gue budeg denger suara loh!" pekik rea tajam ke arah lia.

"abisnya loh gak nyaut nyaut dari tadi! Gue kira loh kesurupan!" ucap lia membela diri.

Rea hanya memutar bola matanya malas, ia kembali memandangi jalan lewat kaca mobil nya.
"kenapa?" tanya gesya ke rea, namun pandangan nya tetap fokus ke arah jalan, ia sedang menyetir takut nya jika lengah mati tiba tiba.

Rea membalikkan posisi nya ke arah gesya, melirik gesya sekilas. "gapapa" jawab nya simple.

"loh kenapa sih? Dari tadi diem mulu! Lagi ada masalah? Cerita bukan dipendem!" gesya yang sudah geram dengan rea, mengeluarkan semua unek unek yang ada di pikirannya.

"loh punya sahabat reani!" pekik lia ikut campur.

"gue bilang gapap ya gapapa! Gue cuman capek!" jawab rea judes melirik mereka tajam.

Gesya hanya mengehembuskan napas nya kasar, ja tau jika sahabatnya ini sedang ada masalah, namun gesya tidak tau apa permasalahan nya.

Keheningan terjadi di mobil gesya, semua sibuk dengan jalan pikirannya masing masing, hingga akhirnya mereka sampai dirumah rea.

Rea keluar dari mobil. "thanks! Mampir gak?" ucap rea ketika sudah berada di luar mobil.

"mampir mampir! Pasti ada bang rey kan re? Gue kan..... " jawab lia antusias, sudah pasti semangat kan ada reyhand, eh tunggu reyhand tidak ada. Dia sedang kerja.

"gak re!" gesya menyerobot omongan lia.

"ihh gesya ko enggak sih? Gue kangen bang rey!" gunam lia manja, menatap gesya tak suka.

"gue bilang enggak ya enggak! Mobil mobil gue, loh mau balik sama siapa nanti?" tanya gesya judes mengangkat alis nya sebelah.

Lia tak berkutik, faktanya memang jika tidak pulang bersama gesya ia akan pulang dengan siapa? Lia hanya mengerucutkan bibirnya ke depan, menekuk wajahnya kesal.

"gue duluan re bye!" ucap gesya melambaikan tangannya ke arah re.

Rea membalas lambaian tangan gesya, tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia hanya tersenyum canggung.

Setelah melihat mobil gesya melaju dan tak terlihat lagi, rea segera membalikkan badannya berjalan menuju ke kamar nya, ia sangat lelah hari ini, terlebih lelah hati melihat aksi sastra dan santi.
Mengingat kejadian tadi membuat rea muak.

Ia segera membuka pintu kamar nya dan langsung melempar kan tubuhnya ke kasur empuk miliknya, kejadian demi kejadian terus terulang dikepalanya. "punya kepala pusing, gak punya kepala serem udah kayak kuyang!" gerutu rea memijat kepalanya pelan.

-PLUTO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang