Bagian. 46

36 0 0
                                    

"Re gimana sama lomba nya lancar?"  tanya gesya. Mereka semua sedang berada di kantin sekolah menikmati hidangan untuk mengisi perut nya yang dari tadi demo.

"lancar!" jawab nya sambil mengunyah makanan.

"lombanya sama siapa si re? Dion lagi?"

"bukan. Sastra!"

Uhukkuhukk "anjirr yang bener loh?"  teriak lia histeris, dengan suara cempreng nya.

"sakit kuping gue!" pelotot rea ke arah lia.

"diem ih malu!" gesya langsung membekap mulut lia dengan tangannya, sekarang mereka jadi pusat perhatian akibat teriak cempreng Lia.

"beneran?" tanya gesya tak percaya, tangan nya masih membekap lia.

"engap gue bloon!" lia melepaskan tangan gesya kasar, napas nya tak beraturan.

Gesya hanya menyengir tak berdosa, menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. "abisnya loh berisik sih!" gerutu gesya.

"berisik sih berisik. Tapi loh mau gue mati kekurangan oksigen? Sama temen sendiri lagi! Loh tega?" ucap lia sinis, memutar bola matanya malas.

"iyaiya sorry!" ucap gesya pasrah. "lanjut re!" perintah gesya mengalihkan pandangan nya ke arah rea.

Rea menaikkan alis nya sebelah, kedua sahabat nya ini tidak ada yang waras. "lanjut apa?" tanya nya polos.

"lanjut cerita lah!" sewot lia.

"emang gue cerita gitu?" goda rea, memancing amarah sahabat nya.

"wah wah ngajak gue tarung nih anak! Buruan cerita kok bisa sama sastra?" pekik lia kesal, tangan nya ia kepal kan, berpura-pura seakan akan memukul rea.

Rea terkekeh pelan. "gak ada yang perlu gue ceritain. Intinya gue lomba sama sastra, udah itu aja!"

"kalau itu gue tau reani! Maksud gue ko bisa sama sastra? Bukan dion?" lia menjitak puncak kepala rea, napas nya memburu menahan kesal.

"sakit anjirrt!" pekik rea kesal, mengelus elus kepalanya.

"ya mana gue tau, bu diah nyuruh gue lomba sastra, yaudah gue lomba sama sastra aja, kali aja menang gak kayak sama dion kalah!"

Gesya dan lia mulai paham yang di maksud rea, mereka mengangguk anggukan kepala nya.

"tapi gue bingung deh, kenapa harus sama sastra ya? Emang dia pintar matematika gitu? Kalau gue sih ogah!" ucap lia nampak berpikir pikir.

"kan loh sendiri yang nyebar gosip kalau si sastra anak baru pintar!" celetuk gesya menoyor puncak kepala lia.

"Ahhh iya gue lupa!" teriak lia menepuk jidatnya sendiri.

Tak terasa bel masuk pun sudah berbunyi, semua berhamburan menuju kelas nya masing masing, tak terkecuali Rea Dkk.

Saat Rea, Gesya, Lia berjalan menuju kelas, banyak tatapan aneh dan sinis yang murid murid lontarkan. Rea tak memperdulikannya ia berjalan menuju kelas nya dengan santai.

"eh itu kenapa pada ngeliatin kita?" tanya gesya aneh, menunjuk ke arah para murid.

"mereka punya mata!" jawab rea santai, pandangan nya masih fokus ke depan.

"eh tunggu tunggu, kek nya ada yang aneh nih! Gue harus selidikin inimah!" gumam lia berenti dari jalannya, rea dan gesya pun ikut berhenti.

"ngapain berenti?" tanya rea menatap lia aneh.

"gue samperin shafa dlu deh! Pengen tau ada info apa, bye bye loh berdua duluan aja!" lia berlari meninggalkan rea dan gesya, tangan nya melambai lambai ke arah rea dan gesya, mata nya ia kedip kan sebelah.

-PLUTO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang