Bagian. 54

43 1 0
                                    

"udah dong, jangan nangis terus, loh gak salah. Kita harus balas dendam!" putri mengusap usap punggung fire.

Fire, Putri, dan Diana sedang berada dirumah fire. Sekarang fire sedang menangis meluapkan semua kekesalan nya, sejak saat pertemuan dirinya dan Devan kemarin, fire uring uringan dikamar dan menangisi devan. Ia tak terima jika Devan membentak dirinya akibat Rea.

"kita bales aja tuh si Rea! Ngeselin banget emang tuh cwe gak tau malu!" sinis Diana ikut ikutan.

"gak... Gak semudah itu, rea banyak pelindung nya, Devan dan Sastra pasti bakalan selalu ada buat si cabe itu! Belum lagi kedua sahabat nya itu" ucap fire sesegukan.

"kita atur rencana, dan gue tau apa rencananya" Diana tersenyum licik, dengan tangan ia lipat di depan dada.

"apa?" ucap putri dan fire berbarengan.

"sini gue bisikan! Gue yakin setelah ini si rea bakal kapok" diana membisikan sesuatu kepada kedua sahabat nya. Sudah pasti rencana jahat.

Fire mengangguk paham dengan tersenyum licik, begitu pula dengan kedua sahabat nya.

"kita jalankan secepatnya!" perintah fire, ia sudah berhenti dari nangis nya.

Dilain tempat, rea sedang berbaring di kasur nya dengan tangan yang sibuk beemain ponsel, tiba tiba pintu kamarnya terbuka sempurna, menampakkan sang kakak dengan napas ngos ngosan.

"astagfirullah bang! Ketuk dulu kek!" rea mengelus elus dadanya kaget dengan ke datangan sang kakak yang tiba-tiba.

"re? Loh gapapa?" reyhand langsung menghampiri rea, dan duduk di samping rea.

Rea mengangkat alisnya. "kenapa apa nya sih bang?"

"kata lia loh kemarin sakit pas disekolah, sorry gue kemarin keluar kota, gue khawatir banget" reyhand tampak khawatir.

"lia? Lemes banget dah tuh anak!" geram rea, bangkit dari duduk nya. "I'm fine my brother!" rea menepuk pundak reyhand.

"syukurlah gue khawatir!" reyhand mengelus dadanya. "emangnya loh kenapa sih re?"

"gapapa, cuman kecapean aja!"

Reyhand mengangguk paham. Kemudian ia menepuk kening nya sendiri. "astaga gue lupa! Devan nungguin loh di bawah" ucap nya kaget.

"Devan? Ngapain dia kesini?"

"mana gue tau Reani. Udah sana loh temuin dia, kasian " reyhand memaksa rea, menarik narik tangan rea.

" iya ih sabar kali, gue yang mau ketemu, kok loh yang repot sih bang? Laki kok heboh sih!" cibir rea kesal.

Reyhand hanya menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, menyengir tak berdosa. Mengikuti langkah rea dari belakang, rea turun menghampiri Devan yang sedang duduk santai di ruang tamu rumahnya.

"nunggu lama ya?" sapa rea duduk di samping devan, jarak nya sedikit jauh terpaut 1m.

"enggak kok, gue jga baru beberapa menit"

"mau ngapain dev?" tanya rea.

"gak ngapa ngapain sih, gue cuman pengen liat keadaan loh doang" jawab devan enteng.

"gue baik baik aja tenang" rea tersenyum simpul. Senyum yang mampu meleleh kan hati Devan, meskipun saat ini rea memakai baju biasa aja bisa disebut hanya kaos oblong saja, namun tetap cantik, senyum nya yang menawan, mampu meluluhkan siapa saja yang melihat nya.

"syukur deh, jadi bisa dong jalan bareng?" tanya devan mencuri curi pandangan rea.

"jalan?" rea mengulang omongan devan.

-PLUTO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang