Bagian. 62

75 3 0
                                    

"Gue mau ngomong, tapi gue mohon loh jangan tersinggung sama omongan gue!"

"Emang nya apa? Loh......." Rea menggantung ucapan nya menatap Santi yang berada di hadapan nya. "loh suka sama Sastra?"

Santi mengangguk kuat. Membuat Rea melototkan matanya. "what? Asli?" tanya Rea tak kalah penasaran.

"Gue emang suka sama Sastra, tapi Sastra suka sama loh"

"maksud nya?"

"gue mohon sama loh Re, jangan Kecewain Sastra, dia serius sama loh" Santi memegang tangan Rea, memohon mohon pada Rea.

Rea hanya menyempitkan matanya, kening nya berkerut. Dan Rea memilih diam mendengarkan Santi.

"Gue suka sama Sastra sejak kelas 2 SMP, gue prustasi Re, segala cara udah gue lakuin buat deketin Sastra, sampe akhir nya Sastra memilih gue jadi sahabat nya. Gue lelah, dan gue milih nerusin SMA gue di jakarta, gue udah berusaha lupain dia, tapi nyatanya waktu mempertemukan kita kembali, gue yang sudah berusaha melupakan nya, akhirnya membuka hati kembali, namun nihil Sastra masih anggep gue sebagai sahabat nya, dan yang ada di hati Sastra, cuman ada nama loh Reani Tri Rezzalan" Santi menundukkan kepalanya, ia mulai terisak kecil, napas nya tak karuan.

Sudah bisa Rea tebak jika Santi menangis. "San? Maksud.... Maksud loh apa gue gak ngerti?" Rea memegang pundak Santi yang terlihat gemetar.

"Sastra jatuh hati sama loh Re, dan gue harap loh juga sama jatuh hati sama Sastra, gue mohon jangan kecewain dia, karna loh gaktau gimana susahnya mendapatkan cinta nya, dan dengan gampang Sastra bisa jatuh cinta sama loh" Santi meneteskan air matanya, tak kuasa menahan segala sakit di hatinya.

"Baru kali ini Sastra suka sama cewek, dan cewek beruntung itu loh Re, loh"

"Gue..... Gue.. Gak bisa, maaf" lirih Rea pelan, sambil menunduk membayangkan betapa memohon nya mamah Devan. Rea sudah bilang pada Reni jika dia akan membantu membahagiakan Devan, tapi di satu sisi ia harus tidak bisa membohongi perasaan nya.

"Kenapa? Loh gak suka Sastra? Bagi loh Sastra kurang apa? Plis jangan buat dia kecewa" Santi memegang pundak Rea, mengguncang kan nya pelan.

"Disaat loh mengecewakan nya, tatap lah ke belakang ada seseorang yang berusaha membahagiakan nya, dan itu gue Re, gue yang berusaha membahagiakan Sastra, walau gue tau hati gue bakal sakit melihat Sastra bahagia dengan wanita lain, tpi jika itu membuat Sastra bahagia, gue rela Re" Santi kembali terisak dengan kuat, air mata nya terus bercucuran membasahi pipi mulusnya.

"Gue.... Gak tau, gue gak bisa, jujur gue suka Sastra, tpi gue gak bisa San"

"kenapa? Saling menyukai tapi tidak bersatu?"

"Gue udah pilih Devan, maafin gue...." Rea menundukkan kepalanya, merenung kan setiap masalah yang menimpa nya.

"itu semua terserah hati loh Re, tapi jangan sampai loh salah pilih, Sastra berharap lebih pada loh" Santi berdiri dari duduk nya dan bersiap melangkah kan kakinya, tangan nya menghapus air mata yang ada di pelupuk matanya.

"gue duluan!" Santi meninggalkan Rea yang masih diam mematung, mencerna setiap kata yang Santi katakan.

"Sastra berharap lebih sama loh"

"Sastra berharap lebih sama loh"

"Sastra berharap lebih sama loh"

Kata kata terakhir itu terus memenuhi otak dan pikiran Rea, sekarang Rea bimbang memilih seseorang yang mencintai nya, atau yang di cintai nya. Segala keputusan yang di ambil Rea harus sepenuh hati, karna ini akan berpengaruh pada hati seseorang, Rea tak ingin ada hati yang tersakiti.

-PLUTO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang