Setelah hampir 30 menit menempuh perjalanan yang macet, akhirnya mereka sampai di rumah sakit terdekat.
Rea nampak khawatir, dipelupuk matanya terdapat air mata namun rea menahan mati matian agar air mata itu tak jatuh cuma cuma.
"sus tolong temen saya sus" teriak reyhand berjalan tergopoh gopoh masuk kedalam rumah sakit. Rea, Gesya, Lia, dan bu marni mengikuti reyhand dari belakang.
"bang cepet bawa sastra ke dalem!!" panik rea "sus cepat bwa Brankar nya" teriak rea sekenceng mungkin agar perawat rumah sakit datang.
Suster yang merasa di panggil segera membawa brankar terburu buru ke arah reyhand yang sedang membopong sastra, 2 suster datang mendorong brankar terburu buru.
" silahkan tidurkan disini" perintah salah satu suster kepada reyhand.
Dengan segera reyhand membaringkan tubuh sastra yang terkubur kaku tak berdaya dengan darah segar menutupi wajah tampan nya.
Rea nampak bersemangat mendorong bankar menuju UGD, ia tak bisa lagi menahan rasa khawatir nya kepada sastra, sekuat mungkin ia menahan agar air mata nya tak jatuh
Bagi rea rasanya menuju UGD sangat lama ataukah ia yang terlalu khawatir?
Hingga sampai di pintu UGD suster menahan rea agar tidak ikut kedalam, rasanya rea ingin memberontak namun ia tau aturan, bisa bisa ia di sangka gila.
"mohon tunggu diluar, pasien akan segera kami tangani" suster menahan rea agar tak masuk.
"saya pengen masuk sus!! Saya khawatir!!" bentak rea dihadapan suster.
"saya tau tapi mohon tenang, pihak medis akan segera menangani nya" suster nampak sabar menghadapi sikap rea yang menjengkelkan.
"Re, udah re sabar dong! Tunggu aja disini" gesya mengelus elus lengan rea, mencoba menenangkan rea.
Rea menarik napas panjang menghembuskan napas nya gusar.
Suster segera masuk ke dalam menangani sastra, kegelisahan re bertambah, apa yang ia rasakan saat ini? Sehingga begitu khawatir akan sastra? Sejak kapan?"ree duduk dulu, gak pegel loh?" tanya reyhand, saat ini semua tengah duduk kecuali rea, ia masih berdiri bolak balik ke kanan ke kiri.
"duduk loh!" lia menarik lengan rea kasar agar duduk di samping nya.
Rea tersentak kaget, ia hanya mengikuti apa yang di lakukan teman temannya.
Duduk pun sama saja, ia tetap khawatir memikirkan sastra.
"re? Loh kenapa sih? Ko khawatir banget sama si sastra? Loh suka sama dia?" reyhand tampak mengintrograsi adiknya ini, ia memandang wajah rea lekat lekat."iya tuh, tumben banget loh se-khwatir ini?" lia ikut ikutan bertanya
Rea tak bergeming. Ia hanya diam, pandang nya kosong kedepan, pendengaran nya serasa tuli, yang tak mendengar pertanyaan orang orang di samping nya ini.
"woy!!" lia menepuk pundak rea, mengagetkan saja anak ini
"apa sih" gerutu rea menepis kasar lengan lia di pundak nya.
"gak usah ngelamun re,sastra pasti baik baik aja" gesya tersenyum simpul ke arah rea, untng saja rea masih punya sahabat yang sejalan dengannya, tidak belok belok seperti Lia.
"re? Loh suka sama sastra?" tanya reyhand sekali lagi
"ishhh ga... Gak lah.... Gue khawatir karna dia temen gue ishhh" jawab rea gugup, tak karuan.
"saya minta maaf sebelumnya" ucap bu marni
"tidak apa apa bu ini tidak sepenuhnya salah ibu" reyhand menenangkan bu marni yang duduk di sebelah nya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
-PLUTO-
Teen FictionIni bukan cerita bad boy dan bad girl yang bertemu lalu jatuh cinta, ini hanyalah cerita anak SMA yang berusaha mencari kembali kepingan hati yang hilang ditelan waktu.