Bagian. 55

43 2 0
                                    

"Mamah, papah, bang doain rea ya!" ucap rea disela sela sarapan pagi bersama keluarga nya.

"doain apa?" tanya rudi polos.

"papah ih kok gak inget sih? Kan rea sekarang lomba" kesal rea.

"lomba? Kok gue gak tau re?" sewot reyhand tak ingin kalah.

"loh nya aja bang, yang sibuk kerja! Sampe gak inget waktu buat adiknya" sindir rea. "sama aja kayak papah!"

"Iya iya papah minta maaf ya!" rudi tersenyum ke arah rea. "papah doain semoga lomba nya lancar, dan juara pertama!"

"mamah selalu doain kamu sayang, tanpa di minta seorang ibu akan selalu mendoakan anaknya dalam setiap detik nya" jelas siska panjang lebar.

Prokkkprokkk Reyhand bertepuk tangan. "hebat! Mamah udah jadi kembaran Mario teguh! Jadi mamah teguh dong, bukan mamah dedeh" ucap Reyhand ngaco.

"apa sih rey" sinis siska menatap anak pertama nya jengkel.

"haha, terus kita jadi siapa dong bang? Reyhand teguh? Reani teguh?" Rea ikut ikutan menggoda siska, hingga siska menekuk wajah nya kesal.

"sudah sudah! Kalian ini hobi sekali mengganggu mamah mu!"

"iya maaf ya mamah ku sayang ku, my queenku my darling ku!" ucap rea lebay, beranjak berdiri dan mencium pipi siska.

"bang berangkat yuk!" rea menarik lengan Reyhand secara paksa.

"mah, pah, rea sama bang Reyhand berangkat dlu ya"

Setelah itu Reyhand dan Rea pergi keluar rumah, masuk ke dalam mobil Reyhand, untung saja arah mereka sama, jadi rea bisa bareng dengan kakaknya.

Mereka pun sampai di gerbang sekolah yang menjulang tinggi, rea turun dari mobil dan berpamitan pada Reyhand. Setelah itu, rea berjalan santai menuju kelasnya. Tiba tiba ada seseorang dari belakang yang menabrak nya.

Bukkkk seorang laki laki menabrak nya, seperti nya laki laki tersebut sedang terburu buru.

"Maaf, maaf" ucap lelaki itu berbalik melihat rea yang sedang mengusap lengan kiri nya yang ditabrak.

"maaf ya, gak sengaja tadi, ada yang sakit gak? Perlu gue anter ke UKS?" ucap lelaki yang memakai seragam sama Seperti rea, hanya saja ia lebih tinggi dari rea, dan terlihat lebih dewasa darinya, suara nya berat tapi bernada lembut.

"gue gapapa" jawab rea judes, tak berekspresi, jika sudah dengan orang yang tak dikenal, rea sudah pasti bersifat judes dan dingin.

"kelas mana? Perlu gue anterin gak? Sebagai rasa maaf gue" lelaki tadi tersenyum manis ke arah rea. Rea akui jika lelaki di hadapan nya saat ini , tampan dan dewasa, apalgi senyum nya yang manis, menampakkan lesung pipi nya, menambah daya tarik kaum hawa. Tapi tidak untuk rea, ia tetap memegang teguh pendirian nya untuk bersikap cuek pada seseorang yang tak ia kenal.

"gak perlu tau! Permisi!" rea berjalan melewati nya, tanpa berekspresi sedikit pun.

Lelaki itu pun mengukir senyum simpul di bibir nya, menatap punggung rea dari jauh. Sedangkan rea masih setia berjalan ke kelas nya.

"hay!" sapa seseorang dari samping, rea melihat ke arah samping, terlihat Devan dengan wajah berseri nya sedang tersenyum ke arah rea. Rea membalas nya dengan tersenyum simpul.

"jadi lomba nya?"

"jadi!"

"gue ikut ya? Boleh gak?"

"boleh"

"beneran? Gak keberatan kan?" devan terlihat bahagia.

"iya" jawab rea cuek. Devan tersenyum simpul, sikap rea kadang seperti ini, bisa berubah ubah seiring mood nya. Seperti sekarang ini.

-PLUTO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang