Bagian 63

90 2 0
                                    

"Reani! Bangun sayang! Ini sudah pagi" teriak Siska mengetuk pintu kamar Rea.

Rea menguap. Cahaya matahari menembus kornea matanya. Sesekali Rea mengerjap ngerjapkan matanya menatap kesekeliling. "ternyata udah pagi!" gunam Rea yang masih belum sadar sepenuhnya.

"Rea bangun! Mau sekolah gak hah!" teriak Siska lebih keras. Agar anak gadis nya ini bangun.

Rea memutar bola matanya malas. Pagi pagi seperti ini mamah nya sudah membuat kerusuhan. "Aduh mah berisik! Iya Rea bangun nih bangun bawel amat siii" gerutu Rea turun dari kasur dengan sangat terpaksa. Rea berjalan ke kamar mandi untuk sekedar bersiap siap.

Hari demi hari sudah Rea lewati tanpa Devan. Tak ada lagi cerewet nya Devan. Sudah genap lima hari Devan di rawat. Rea terakhir menengok sekitar 2hari yang lalu. Rea disibukan dengan berbagai aktifitas, Rea harus mengurusi semua laporan nya kepada pihak polisi.

Pihak polisi sendiri sampai sekarang belum menemukan sang pelaku. Karna kepintaran sang pelaku ia menjual mobil yang sudah menabrak Devan ke orang lain, dan ia hapus plat nomer nya. Sehingga polisi kesusahan mencari sang pelaku.

*****

"Rea!!!" teriakan cempreng itu mampu membuat Rea berbalik. Baru saja Rea turun dari mobil diantara oleh pak Toro sudah ada yang menunggu indra pendengaran nya.

"Berisik Li ah!" sewot Gesya yang berada di samping Lia. Gesya menyenggol lengan Lia.

"Re kenapa loh? Kayak lusuh gitu?"

"gue kurang tidur, udah jangan banyak bicara gue pengen cepet cepet ke kelas nih ngantuk!" Rea menerobos Gesya dan Lia. Benar kata Gesya, Rea Nampak tidak bersemangat jalan saja sudah tidak benar. Dengan tatapan mata sayu, untung saja tidak mengurangi kecantikan Rea.

Rea berjalan dengan lesuh di ikuti kedua sahabat nya di samping nya. Rea melewati lapangan terlebih dahulu. Banyak pasang mata yang sedang ramai mengerumuni lapangan, entah apa yang mereka tonton Rea sama sekali tidak peduli.

Tiba tiba bola basket mengarah pada Rea.

"AWAS!" teriak Gesya mengingat kan sahabat nya ini. Rea berbalik dengan cepat melihat bola basket yang siap meluncur kepadanya. Rea menutup matanya takut, dengan tangan yang menutupi muka.

"Udah buka matanya, gak kena juga!" suara itu terdengar sangat nyaring di telinga Rea. Perlahan namun pasti Rea membuka matanya dan menatap seseorang tersebut.

Betapa terkejut nya Rea ketika Devan di hadapan nya. Tangan nya memegang bola basket, pasti Devan yang sudah menyelamatkan nya.

"Dev....... Devan?" tanya Rea terbata bata, ia masih tak menyangka jika Devan ada di hadapan nya. Rea mengucek ngucek matanya tak percaya, dengan mulut sedikit terbuka. Sedangkan Devan hanya terkekeh geli melihat tingkah Rea.

"Hey..... Ini gue Devan Sagara" Ucap Devan begitu lembut. Tangan Devan meraih tangan Rea lembut. Otomatis tangan Rea yang sedang mengucek pun terhenti karna Devan memegang tangan nya. Rea menatap Devan, begitu pula dengan Devan. Terjadi Tatap menatap antara mereka beberapa detik.

"Ekhemmmm!" Lia berdeham. Mengganggu moment saja Lia ini. Rea segera membuang pandangan nya ke arah lain. Tak ingin berlama lama memandangi mata indah milik Devan.

"Dev...... Kok... Kok loh udah pulang dari rumah sakit sih? Kan loh belum sembuh" Rea tampak khawatir dengan keadaan Devan. Ia meneliti Devan dari atas sampai bawah. Sedangkan Devan menatap Rea dengan alis menaut ke atas.

"gue kangen loh" jawab Devan enteng. Rea menatap Devan geram.

"gue serius Dev, loh belum sembuh kenapa sekolah?"

-PLUTO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang