Bab 29

51 7 0
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM ATAU SESUDAH MEMBACA!!!

Larafa Ravala POV

            Aku tidak mengerti lagi apa yang ada di pikiran seorang Verinna Helena.

Jujur, saat ini aku terlalu takut. Aku takut Verinna kenapa-napa. Aku tidak ingin dia mati dengan cara seperti ini. Aku juga benar-benar marah karena Verinna memutuskan untuk tetap bundir tanpa memikirkan perkataanku tempo hari dengan matang-matang! Aku juga benar-benar kesal dengan dia! Apa dia sudah lupa kalau aku sahabatnya sampai-sampai omonganku tidak diperhatikan ya?!

Dan kini, aku benar-benar malas untuk membicarakan hal yang berhubungan dengan Verinna. Aku sendiri sedari tadi tidak banyak bacot seperti biasanya. Aku lebih banyak diam dan lebih banyak berpikir pada keadaan Verinna.

Apa dia baik-baik saja? Apa dia sudah mati? Apa dia sudah merasa damai?

Kurasa, ketakutanku semakin berlebihan jika diteruskan.

"Permisi! Kita mau nyari Verinna Helena!" seru Vino pada resepsionis.

Resepsionis itu sempat mengerutkan dahinya. "Bukannya kamu dilarang ke sini lagi sama Verinna ya?" tanya resepsionis itu.

Hah? Jadi cowok ini dilarang ke sini sama Verinna?

"Ehm, iya. Saya ke sini mau nyari Verinna lagi butuh banget," kata Vino ngebet. "Cepetan!"

"O-oke. Saya cari dulu," kata resepsionis itu kelabakan.

Aku melihat ke sekeliling kafe. Tidak ada tanda-tanda Verinna ke tempat ini. Sepertinya dia tidak ke sini.

"Ehm, maaf. Tapi Verinna sudah pergi," kata resepsionis itu.

"APA?!" jeritku dan Vino bersamaan.

"Bangsat!" umpat Vino geram. "Kalo boleh tau, dia pergi ke mana ya?"

"Maaf, kalau soal itu, saya kurang tau," kata resepsionis itu lagi. "Tadi dia ke sini hanya mampir sebentar tanpa membeli makanan apapun."

"Oke, makasih," kata Vino tandas kemudian bergerak cepat menuju mobil lagi.

"Sial, sial, sial!" seru Vino sambil menjeduk-jedukkan kepalanya ke setir mobilnya. "Lo ke mana sih, Rin? Gue capek nyariin lo! Jangan ngilang lagi. Aduh, ya ampun. Segini susahnya ya nyariin elo!"

Aku menatap jalanan tanpa menggubris omongan dari Vino yang ditujukan untuk RinRin. Aku sendiri memang merasa lelah jika harus mencari RinRin seperti ini. Masalahnya, RinRin punya seribu satu cara untuk menghilang secara tiba-tiba seperti ini. Dan sekarang? Dia menggunakan salah satu caranya untuk menghilang.

Sialnya, dia tidak memberitahuku ke mana dia pergi dan di mana tempat pastinya dia akan bundir. Seandainya tau, aku pasti akan memberitahu pada Vino dari tadi karena aku merasakan apa yang Vino rasakan saat ini.

"Vin...ehm, kita sekarang ke taman?" tanyaku takut-takut kalau aku yang jadi kena semprot karena dia sedang marah-marah.

Vino mengangguk. "Iya. Kita ke taman sekarang dan...telepon Tiara. Ada yang harus gue selesain sama dia," kata Vino dingin.

"Oke," kataku sambil segera menelepon Tiara dan menyuruhnya menemuiku dan Vino di taman dekat rumah RinRin.

###

Venzana Defano POV

Demi apapun, hidupku belum pernah sekacau ini deh!

YOU'RE (NOT) MINE--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang