Bab 19

72 8 0
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!

Alvino Putra Irawan POV

Ya ampun, Alvino Putra Irawan! Apa yang sedang kamu lakukan pada anak orang lain yang sedang stres saat ini?!

Kurasa otakku tidak bisa diajak bekerja sama dengan hati nuraniku saat ini.

Ah, tapi masa bodoh. RinRin juga terlihat menikmatinya kok.

Uh-oh. Pikiranku memang tidak beres saat ini.

Aku buru-buru menghentikan ciumanku. "S-sori, Rin. Gue ga maksud..."

Aku melihat mata RinRin sudah mulai berkaca-kaca lagi dan menunduk. "Ga masalah," katanya dengan suara yang bergetar.

Aku terdiam sejenak menatapnya. "Gue ralat kata-kata gue tadi."

"Ralat apa?" tanya RinRin datar.

"Lo...ga usah kabur lagi. Gue akan berusaha buat bantuin lo sebisa gue," kataku akhirnya.

"Sayangnya gue ga butuh bantuan lo dan...soal ciuman itu..."

"Itu abaikan aja," kataku gusar. "Ga ada maksud yang penting."

RinRin mengangkat alisnya. "Lo mainin gue, maksudnya?"

"Gue udah bilang, ga ada maksud yang penting."

"Mainin gue termasuk maksud yang penting atau ga?"

"Ga. Eh, maksud gue, itu ga termasuk dalam makna ciuman tadi," kataku enteng. "Sekarang, kalo lo mau ke rumah Lara, silakan..."

"Vino? Kenapa makananmu belum habis? Sejak kapan kamu berani meninggalkan meja makan sebelum makanannya habis?"

Aku tersentak mendengar pertanyaan yang berentetan keluar dari mulut papaku sendiri. Ya ampun! Aku lupa untuk menghabiskan makananku!

RinRin mengangkat sudut bibirnya, pertanda dia merasa geli. "Jadi, makanan lo belum habis, hm?" tanya RinRin.

Aku sempat mengernyit heran dan sempat-sempatnya mengira bahwa RinRin memiliki kepribadian ganda yang bisa seenaknya dia ubah pengaturannya dalam sekejap. Tapi aku abaikan itu karena tidak mungkin juga. Itu hanya pikiran gilaku. "Iya. Gue sibuk ngeliatin lo dari tadi," tukasku cepat.

Aku melihat papaku mengangkat alisnya. "Anaknya Wijaya?"

"Bukan," sahutku.

"Oh, iya. Papa ngerti," kata papaku kemudian menghampiri RinRin. "Kenalin. Nama Om Ariesta Irawan. Kamu pasti Verinna ya?"

RinRin mengernyit heran sejenak, kemudian menyambut tangan papaku dan bersalaman. "Iya," katanya singkat dengan senyuman tipis menghiasi wajahnya.

"Vino sering cerita tentang kamu ke saya loh," kata papaku sambil mengerling jahil ke arahku.

Aku segera memelototinya. "Aku ga sering ngomongin RinRin ya!"

"Setidaknya, sekali ngomongin tuh, bisa panjang-lebar banget," kata papaku ga mau kalah. "Kamu pulang sendiri?"

RinRin terlihat serba-salah. Dia menatapku dan meminta pembelaan dariku. Tapi, alih-alih aku membelanya, aku malah mengalihkan pandanganku sambil menggaruk tengkukku yang tidak gatal.

"Eh, euh, saya...pulang sendiri. Emangnya kenapa?" tanya RinRin sambil mendelik sebal ke arahku diam-diam.

"Mau saya antar tidak?" tanya papaku sopan.

YOU'RE (NOT) MINE--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang