Bab 11

87 13 6
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!


Alvino Putra Irawan POV

Aku tidak mengerti, hal apa yang ada di pikiran RinRin?

Selama liburan, aku tidak hangout dengan teman-temanku, alias Andra dan Daffa. Sekalinya aku keluar rumah pun, ketika aku menjemput RinRin tiga hari yang lalu.

Hari ini, dengan berat hati aku bangun pagi, demi mengetahui apakah aku lulus atau tidak. Yep, sekolah jaman sekarang memang menyusahkan para murid saja! Tadinya, karena aku merasa bahwa aku pasti lulus (yah, bukannya aku sombong, tapi kan tidak mungkin si ranking satu ini sampai tidak lulus!), aku tidak ingin masuk sekolah. Tapi, motivasiku ke sekolah itu bukan untuk mengetahui apakah aku lulus atau tidak, melainkan untuk bertemu RinRin saja.

Omong-omong soal bab 3, aku belum membacanya. Niatnya sih, aku ingin membaca ketika wisuda telah dilaksanakan, yaitu tanggal 2 Juni. Yah, maklum. Aku ini orangnya kurang suka baca novel. Dan kali ini, aku niat baca pun bukan karena aku ingin membaca novel.

Aku ingin mengetahui rahasia terbesar RinRin.

Aku merasa bahwa tidak perlu terburu-buru untuk mengetahui rahasia RinRin. Toh, masih ada hari esok. Lagipula, handphone-nya RinRin senantiasa berada di dekatku. Aku memang selalu membawa handphone-nya ke mana pun aku pergi (iya deh, aku mengaku).

"Hei, Vin!"

Sapaan itu membuatku tersentak dari lamunanku sekaligus membuatku terperangah mendengar suara yang menyapaku itu. "Eh, h-hai, Rin!"

"Cie, disapa doi," ejek Andra di sebelahku.

Aku mendelik sebal pada Andra sebentar, kemudian kembali menatap RinRin. "Ada apa?" tanyaku.

"Ehm, pulang sekolah, lo ada waktu ga?" tanya RinRin. "Lo dan temen-temen lo, maksudnya. Ga usah ge-er."

Aku mengangkat alisku ketika melihatnya salting. "Ih, siapa juga yang ge-er?" tanyaku nyaris tertawa. "Emangnya mau ngapain?"

"Mau jalan-jalan," kata Lara di sebelah RinRin. "Ke Paskal 23. Mau ikut ga?"

"Oh, ayo, ayo!" seru Andra semangat. Aku curiga pada temanku yang satu ini. Kurasa, diam-diam cowok ini naksir pada Lara. "Pulang sekolah ini, gue ga ada acara kok!"

"Ada Irina ga?" tanya Daffa enteng.

"Ga ada," kata Tiara dan Lara jujur.

"Yah," kata Daffa lesu. "Tapi, ya udah deh. Barangkali aja, gue ditraktir sama Vino."

"Kurang ajar lo!" seruku jengkel. "Ga ada yang nraktir lo!"

Daffa memasang tampang sok sedih. "Kamu jahat deh sama aku. Aku ga nyangka, selama ini kamu ga rela nraktir aku," katanya sok sendu.

"Berisik lo!" bentakku pada Daffa, kemudian beralih pada RinRin lagi. "Jadi, pulang sekolah langsung ke Paskal aja?"

RinRin tersenyum mengejek. "Emangnya mau pergi sekarang?"

"Yah, asal sama lo sih, boleh-boleh aja," kataku ngasal.

Mata RinRin melebar dan menatapku garang.

"Apa yang tadi lo rasain itu, sama aja kayak yang gue rasain waktu gue ngerem dadakan tiga hari yang lalu," kataku jujur. "Puas?"

RinRin mendelik sebal padaku. "Serah lo deh," katanya rada ketus. "Udah ah, pokoknya pulang sekolah, gue, Lara, sama Tiara bakal nunggu di bangku ijo yang deket penjual minuman ya."

YOU'RE (NOT) MINE--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang