Bab 30 part (b)

65 6 0
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!

Alvino Putra Irawan POV

            "Sana pergi! Sana pergi ga usah ngajak gue! Gue ga perlu diajak sama lo berdua!"

"Verinna, kita..."

"Pergi aja tanpa banyak omong bisa ga sih?! Gue balik ke sini karena ada suatu hal yang harus gue selesain di sini! Gue ga butuh diajak kalian pergi ke perayaan pernikahan goblok kayak gitu! Kalian juga ngajakin gue dengan terpaksa kan?!"

Teriakan RinRin yang melengking terdengar sampai ke rumah Andra. Yep, setelah aku memohon pada Lara dan meminta tolong padanya untuk menumpang sebentar di rumah Andra (lebih tepatnya, menguping sebentar), akhirnya di sinilah kami. Mendengar teriakan frustasi dari seorang Verinna Helena.

"Mati lo semua anjing!" teriak RinRin disertai dengan pecahnya suatu benda beling. "Keluarga brengsek! Benci gue sama lo semua!"

Wajah kami memucat mendengar teriakan itu.

"Apa...dia sebegitu tertekannya ya?" tanyaku pada siapapun yang hendak menjawab.

Lara menganggukkan kepalanya. "Iya. Tapi dia ga pernah nunjukin kalo dia itu tertekan. Gue sendiri baru tau kalo Verinna marah bisa sebesar ini," katanya dengan muka pucat.

Demi apapun, aku khawatir padanya saat ini!

Ya Tuhan, semoga RinRin mengubah pikirannya dan membatalkan niatnya untuk bundir!

"Pergi!!!" usir RinRin sambil mendorong kedua orangtuanya.

Oke deh, kita bukan cuma nguping, tapi ngintip. Keren kan?

Lebih parahnya lagi, adiknya yang ada di dalam rumah diseret oleh RinRin dengan cara menjambak rambutnya dan menariknya hingga keluar rumah kemudian memukul adiknya sendiri dengan kasar.

"Ga guna lo! Anak ga guna!" teriak RinRin. "Gue yang punya sejuta kelebihan dan lo berdua lebih ngebela gembel yang satu ini, hah?! Lo udah ngebuang berlian dengan percuma demi sebuah sampah yang ga ada artinya, tau ga?! Di mata gue, lo berdua sama ga bergunanya sama anak lo berdua yang tercinta ini! Bangsat lo semua!"

Kedua orangtuanya saling menyenggol pelan dan segera mengangguk. Tanpa instruksi apapun, kedua orangtuanya ngacir kabur bersama dengan adiknya RinRin dan mereka bertiga masuk ke dalam mobil Alphard.

Dan mobil itu pergi begitu saja, tanpa mempedulikan RinRin.

RinRin tersungkur dan terduduk di tanah. Tak lama kemudian, dia menangis sambil menekuk lututnya dan menundukkan kepalanya.

Dia terus menangis hingga kakiku mulai kesemutan karena sibuk berjinjit untuk mengintipnya. Ketika jam enam sore tiba, entah kenapa dia bisa tau sudah jam enam, dia buru-buru mengelap air matanya dengan tangannya sendiri dengan kasar. Dia juga membanting pintu rumahnya dan mengentakkan kakinya dengan keras.

Uh-oh. Kurasa dia naik ke lantai dua.

"Gengs, ada yang mau jadi superhero?" tanya Andra pelan.

"Maksud lo?" tanyaku tidak mengerti.

"Ada yang mau jadi penyelamat RinRin ga? Ada yang mau nyelametin RinRin biar ga bundir ga?" tanya Andra. Andra sudah tau semua ceritanya dari kami. "Cepetan. Kayaknya pintu rumahnya ga dikunci tuh."

Benar juga. "Oke. Gue pergi dulu..."

"Vin, selametin adek gue ya," kata Venza memohon sangat padaku. "Please. Apapun yang terjadi, adek gue selalu jadi prioritas gue setelah pacar gue, pastinya."

YOU'RE (NOT) MINE--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang