Bab 32 part (c)

56 5 0
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM ATAU SESUDAH MEMBACA!!!

Verinna Helena POV 


           "Venzana Defano! Kurang ajar ya lo!"

Aku menjerit begitu bukan tanpa alasan. Aku punya seribu satu alasan untuk berteriak begitu pada Venza, kakakku yang laknat itu.

"Apa sih, Dek?" tanya Venza pura-pura tidak tahu-menahu.

"Lo kan! Lo pasti abis ngomong yang aneh-aneh ke Vino kan!" tudingku jengkel pada Venza.

"Eh, sembarangan ngomong ya lo! Emangnya gue abis ngapain sih?" tanya Venza misuh-misuh sendiri.

"Elo...kurang ajar deh, Ven! Sumpah! Pengen deh gue kutuk lo jadi batu biar mirip sama Malin Kundang!" seruku jengkel.

"Tapi gue ga durhaka," kata Venza sambil nyengir sejenak, kemudian berpikir dengan serius. "Emangnya gue abis ngapain ya?"

"Lo yang nyuruh gue pergi ke Jakarta kan?" tanyaku telak.

Venza mengerutkan alisnya. "Lo tau dari mana, Dek?" tanya Venza balik.

"Nah, berarti gue bener! Lo yang nyuruh gue pergi ke Jakarta!" teriakku kesal. "Kenapa lo nyuruh gue ke Jakarta sama Vino? Gue kan bisa pergi sendiri, Ven!"

"Dengan resiko lo ngilang lagi?" tanya Venza sebal. "Pokoknya ga mau tau! Lo harus pergi ke Jakarta sama Vino!"

"Kenapa gue harus ke Jakarta sih, Ven? Lo udah ga sayang lagi sama adik lo yang tercinta satu ini ya? Lo mau ngusir gue ya?" tanyaku sok sedih.

"Alay lo!" seru Venza mengejek sambil menoyor kepalaku.

Aku mendelik sebal. "Kenapa lo nyuruh gue ke Jakarta sih? Pake acara dianterin sama Vino segala!"

Oke, jadi begini cerita lengkapnya. Aku sengaja ke rumah Venza untuk bermain seharian ini dengannya. Tentunya, aku diantar oleh Vino ke sini. Ketika aku sampai di rumah Venza, aku sempat bingung dengan pertanyaan dari Vino.

"Rin, lo mau ke Jakarta ya?" tanya Vino.

Aku mengernyit heran karena tidak tau apa-apa. "Hah? Siapa yang mau ke Jakarta?" tanyaku balik.

"Elo."

"Hah? Ga tuh," sahutku balik. "Emangnya, siapa yang ngomong kalo gue ke Jakarta?"

"Venza yang ngomong. Dia nyuruh gue buat nganterin lo ke Jakarta...ah, mungkin dia salah ngomong," kata Vino akhirnya dengan nada yang cukup membingungkan. "Ya udah, have fun di sana ya!"

Yep, dengan alasan itu, aku jadi marah-marah pada kakak terlaknat yang satu ini. Berani-beraninya dia mengatakan sebuah kebohongan pada Vino dan aku? Sudah pasti kena imbasnya.

Venza nyengir ke arahku. "Itu siasat gue," katanya dengan nada yang ngasal.

"Hah? Siasat apa maksud lo?" tanyaku heran.

"Siasat gue menjodohkan lo sama Vino, bleee," kata Venza sambil memeletkan lidahnya padaku.

"Anjrit!!!" teriakku sambil melempar sebuah bantal yang ada di sofa padanya. "Ngeselin lo, anjing! Gue heran deh, kenapa lo ngotot banget gue harus sama Vino? Dia kan..."

"Dia kan ganteng, baik, pinter, kece," potong Venza cepat sambil cengar-cengir. "Udah deh, lo pacaran aja sama dia. Cocok kok."

Aku mendelik sebal padanya. "Gue ga suka sama dia."

"Tapi cinta. Eaaaa," kata Venza sambil ngacir kabur ke dapur.

"VENZA!!! ATUH IH!"

###

Alvino Putra Irawan POV

Setelah mengantar RinRin ke rumah Venza, aku mengecek handphone-ku lebih dari dua puluh kali.

Vin, ntar tmnin Verinna ke jkt.

Sumpah! Aku benar-benar membaca LINE itu lebih dari dua puluh kali! Saking merasa anehnya—apalagi setelah aku konfirmasi pada RinRin, ternyata dia tidak ke Jakarta—aku bertanya pada Venza.

Hah? Kapan anjir? Ngapain ke jkt? Srius lo?

Dan sampai sekarang belum dibalas. Sip, aku mah da ga apa-apa.

Aku melajukan mobilku dengan cepat dan pergi menuju rumah Tiara. Dia ingin menemuiku hari ini. Entah dengan tujuan apa.

"Hm, hai, Vin. Sori, kayaknya gue ngerepotin lo banget ya," kata Tiara sambil tersenyum canggung.

"Ah, ga kok," kataku sambil terseyum. "Emangnya ada apa?"

Tiara tersenyum tipis menanggapi ucapanku. "Sini, masuk dulu ke dalem."

Aku masuk ke dalam rumah Tiara dan duduk di sofa yang telah disediakan. Rumah yang cukup bagus. Yap, kubilang cukup karena rumah RinRin lebih besar daripada rumah Tiara.

"Jadi, apa yang mau lo bicarain?" tanyaku to the point. Mengingat RinRin tidak begitu suka dengan Tiara, aku jadi rada jutek juga. "Jangan bertele-tele ya."

Tiara tersenyum kepaksa. "Tenang aja. Gue ga akan bertele-tele. Gue cuma mau ngasih ini," kata Tiara sambil memberikan sebuah kotak sebesar tempat pensilku dengan warna putih.

"Apa ini?" tanyaku sambil menerima kotak itu.

"Buka kotak ini bareng sama Verinna," kata Tiara sambil tersenyum. "Di rumah lo aja bukanya. Oke? Gue cuma mau ngasih itu aja sih. Lo boleh pulang kalo lo mau."

Aku menatap Tiara aneh. "Ini apaan sih..."

"Sama Verinna aja bukanya. Jangan di sini," kata Tiara sambil membalikkan badannya. "Lo boleh pulang."

Aku menatap ke arah Tiara sampai dia masuk ke dalam kamarnya. Akhirnya, tanpa pamit, aku pergi dari rumah Tiara dalam keadaan hening dan canggung.

Dan juga bingung.



743 words

hm, kira-kira isi kotaknya apa ya?

jujur, gua jg masih lom tau isinya apa wkwkwk


jangan lupa vote dan follow insta ANGELICA.RIVELA yaaa

sekian dari bab 32


bab 33 is coming soon...

YOU'RE (NOT) MINE--CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang