BUDAYAKAN VOTE SEBELUM ATAU SESUDAH MEMBACA!!!
Alvino Putra Irawan POV
"Cukup, kalian berdua!" seruku jengkel melihat Tiara dan Lara tidak mungkin akur saat ini. "Sekarang, gue harap lo ngomong sejujur-jujurnya. Lo tau ke mana RinRin pergi?"
Tiara menatapku. "Ga tau, Vin. Sumpah..."
"Ga usah pake sumpah!" bentakku kesal. "Ya udah, kalo ga tau, mau ga mau kita harus tetep nyari dia."
"Ke mana?" tanya Venza. "Kalo mau nyari, kayaknya pacar gue juga bisa bantu."
Cewek di sebelah Venza, yang bernama Cherina itu, mengangguk sambil tersenyum. "Iya. Gue akan bantu sebisa gue," katanya. "Kebetulan gue bawa mobil sendiri. Jadi, kita harus ke mana?"
Kami semua berpikir dengan keras, kecuali Tiara.
"Ehm, gue balik dulu ya," kata Tiara canggung.
"Lo diem di sini dan ga usah banyak bacot," kata Lara tajam. "Satu-satunya jaminan yang membuktikan kalau Verinna ga ada di tangan lo adalah diri lo sendiri."
"Gue setuju sama Lara," kata Venza enteng. "Gimana? Puas bikin adik gue mau mati kayak gini? Puas bikin adik gue depresi kayak gini? Oh God, apa lo itu ga punya hati nurani ya? Dia udah terlalu banyak masalah di hidupnya! Dan sekarang? Lo nambahin masalahnya dia, tau ga?!"
"Ven, keep calm," kata pacarnya menahan Venza yang sedari tadi terlihat ingin menampar dan menendang Tiara jauh-jauh dari sini. "Ga ada gunanya kamu marah-marah kayak gini. Jangan buang tenaga kamu untuk hal-hal yang ga penting. Okay?"
Venza menahan amarahnya dan seketika itu juga lenyap ketika disentuh oleh Cherina. "Oke, sori banget. Keliatannya tadi aku emang emosi banget," kata Venza sambil cengengesan.
Aku menatap Venza aneh. Cepat juga perubahan emosi Venza.
"Feeling gue, kayaknya kita harus balik ke Black Butler Cafe," kata Lara tiba-tiba.
Semuanya menatap Lara dan termenung. Apa benar kita harus balik lagi ke sana?
"Bukan. Bukan ke kafe."
Suara dingin yang tajam dan datar menusuk hatiku. Kami semua buru-buru menoleh ke sumber suara dan mendapati Vela, Nita, Kila, dan Cindy sedang menatap kami serius.
"Dari mana kalian tau?" tanyaku penasaran.
Vela tersenyum tipis. Sangat tipis. "Kita kan punya peramal keren di sini," kata Vela datar. "Dia...kemungkinan bunuh dirinya menjatuhkan diri karena dia terlihat tidak mempersiapkan alat-alat untuk bunuh diri. Lagipula, kalau bunuh dirinya gantung diri atau menggunakan pisau, biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama karena persiapannya. Jika menjatuhkan diri, itu sih gampang. Semua orang juga bisa dan hal itu tidak mungkin dilakukan di kafe karena hal itu akan menarik perhatian banyak orang. Begitupula dengan di rumah Venza dan Tiara. Tidak mungkin dia melakukan hal itu di rumah orang. Apalagi di taman seperti ini. Terlalu menarik perhatian banyak orang."
"Kalo gitu, di mana dong?" tanya kami semua heran.
Aku melihat Kila tersenyum misterius. "Di tempat yang tidak menarik perhatian orang sama sekali. Di tempat yang bertingkat. Itu ciri-ciri rumahya Verinna, bukan?" tanya Kila dengan nada yang sangat misterius. "Sori ganggu, tapi sebenernya dari tadi kita nguping pembicaraan kalian dan mengambil persepsi dengan cepat. Maaf kalau sama sekali tidak mengganggu. Kami pergi dulu."
Mereka berlalu begitu saja dan membiarkan kami yang masih terperangah dan terpana menatap mereka berempat. Sial, mereka cewek-cewek keren!
"Kita...harus percaya sama mereka?" tanya Cherina yang masih belum mengenal Kilana Jeanny Laurence.
Aku mengangguk mantap. "Iya. Kita harus percaya sama mereka sepenuhnya, terutama cewek yang terakhir ngomong tadi. Gue percaya sama dia," kataku yakin. "Ada baiknya, kita berangkat sekarang..."
"Apa gue perlu ikut?" tanya Tiara tidak suka.
"Oh ga perlu," kataku sinis. "Kalo bisa sih, harusnya lo ga perlu hadir di hadapan gue lagi. Dengan menghilangnya elo dari kehidupan gue, seharusnya sih hidup gue sama RinRin bakal jauh lebih damai."
"Vin, lo kok ngomongnya gitu sih..."
"Baru tau kalo gue bisa ngomong sepedes ini?" tanyaku makin sinis. "Daripada banyak bacot, sia mending pulang. Ga ada yang butuh lo di sini. Lo cuma pengganggu aja."
"Udah, Vino," kata Lara tajam. "Seharusnya lo juga ga usah banyak bacot dan sebaiknya kita berangkat ke rumahnya RinRin sekarang."
Aku terdiam sejenak. "Oke, ke rumah RinRin sekarang."
###
647 words
maaf baru bisa apdet lagi sekaranggggg
part b nya nanti yaaaa
lagi banyak tugas ples ulangan :(:(:(:(
yang My Girl Friend is Pokerface aja keteteran gila ngerjainnya! belum gua apdet lagi!
SORI BANGET YAAAA HIKS HIKS HIKSSS
oke, abaikannn
jangan lupa vote dan follow insta ANGELICA.RIVELA yaaaa
sekian dari bab 30 part a
bab 30 part (b) is coming soon...
![](https://img.wattpad.com/cover/158362314-288-k82691.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE (NOT) MINE--Completed
Dla nastolatkówCover by: @tehucupae RANK 66 #KISAH DARI 706 CERITA (11/9/2018) Rank 1 #cerdas (10/9/2018) Rank 2 #masalah (2/9/2018) Rank 3 #bunuh Rank 4 #pengkhianat (10/9/2018) Rank 5 #gila (1/9/18) Rank 5 #bunuh diri (10/9/2018) Rank 9 #teenlitfiction (26/5/201...