Gaza POV
"Ekhemmm."ditengah tengah keheningan yang ada,aku berdehem untuk memecahkan keheningan di antara kami berdua. Sebab gadis itu sama skali tidak bersuara dan sangat enggan untuk bersuara.
Walau sehuruf kata saja.
"Boleh tanya?"tanyaku akhirnya, sepertinya tadi gadis itu hanya mengangguk tanpa menjawab.
Dia benar benar tidak memiliki kosa kata yang banyak,pertanyaanku terkadang dijawab anggukan dan kadang dijawab dengan singkat darinya. Jujur,aku penasaran dengan gadis ini.
"Kenapa mereka suka membully mu?"pertanyaan ini sejak tadi ingin ku lemparkan padanya,meski tidak tahu apa jawaban dari gadis ini.
"Nggak tau."jawabnya pelan,hanya itu? Kenapa terasa sangat menyebalkan?
"Kenapa kamu tidak membela dirimu sendiri?"tanyaku lagi,ku tatap gadis itu tanpa membiarkan dirinya bebas dari kornea mataku .
"Karna aku tidak bisa."cicitnya,kedua tangannya sudah saling meremas. Dia seperti gugup dan takut,tampak sangat jelas di wajahnya.
"Oh."aku tidak tahu harus berkata apa lagi,aku paling tidak suka mengurus kehidupan orang lain. Tapi,kali ini berbeda. Gadis itu membuatku penasaran.
"Ma..maaf,aku mau kembali kesekolah."ucap gadis itu to the point tak lepas wajahnya yang selalu menunduk tidak berani menatapku.
Aku mengangguk kecil.
"Aku bisa izinin kamu,kalau kamu tidak bisa kembali lagi kesekolah."sambungnya
"Terserah,aku juga lagi tidak enakan badan. Kamu tidak perlu repot untuk mengizinkan ku."
Gadis itu menggeleng cepat.
"Ngga ngerepotin kok."ia tampak begitu kekeuh dengan jawabnnya."Terserah."ucap ku santai dan beranjak dari sofa yang mulai lusuh,aku berniat pulang.
"Aku pergi dulu."aku beranjak oe hi meninggalakan gadis itu
"Assalamu'alaikum,"ucap gadis itu,hal itu berhasil menghentikan langkahku. Aku berbalik menatapnya.
Bukannya terbalik yah? seharusnya aku yang ucap salam.
"Bukannya itu terbalik?"tanyaku. Gadis itu menggeleng kecil.
"Hal itu bukan masalah, Salam adalah doa untuk saudara kita."Jawabnya pelan. Aku mengangguk kecil.
Jujur, baru kali ini aku ketemu sama gadis seperti dia.
****
Author pov
Naura sudah tiba disekolah, kini ia berjalan di koridor yang tampak begitu lengang,sudah pasti ini sudah jam masuk. Hanya tersisa segelintir siswa saja yang berada di luar,dnegan kepentingan yang berbeda-beda.
"Sebaiknya aku kekelas cowok itu dulu"gumamnya sambil berjalan di koridor sepi.
"Astagfirullah haladzim aku nggak tau dimana kelasnya,lagian aku baru liat dia hari ini,mungkin dia murid baru yang dibicarakan gadis gadis sekolah ini."batinnya.
"Lantas bagaimana caranya aku mencari kelasnya? Bahkan namanya pun aku tidak tahu dan sekarang jam masuk ya Allah maafin hamba, sebaiknya aku kekelas saja dulu."batinnya dan melanjutkan jalannya kearah kelasnya.
Sampai didepan pintu kelasnya,
Naura mengetuk pintunya tiga kali.
"Assalamu'alaikum."Naura berjalan masuk dengan perasaan bersalah karena sudah terlambat masuk."Dari mana kamu?"tanya bu Kira,guru studi Bahasa Inggris,Bu Kira termasuk guru killer di sekolah.
"Emmm,maaf bu tadi saya pulang,saya sudah izin sama pak satpam kok."ucapnya dengan gugup pasal nya baru kali ini ia terlambat masuk di jam bu Kira.
Bu Kita menatap Naura tajam.
"Kamu habis bikin apa?"tanya bu Kira datar."YaAllah gimana ini?apa aku harus bohong lagi,tapi kalau aku jujur gimana jadinya."Naura meremas roknya bingung.
"Naura kenapa diam?"tegas bu Kira, sementara kelas terasa begitu sunyi. Semua menatap Naura dan Bu Kira.
"Ya Allah alasan apa yang bisa aku gunakan?"batinnya khawatir.
"Saya tadi pulang ganti seragam bu"jawabnya jujur.
"Memangnya ada apa dengan seragam kamu?"tidak sampai disitu Bu Kira terus mengintrogasi Naura.
"Sobek bu"jawab Naura. Bu Kira menatap Naura lekat,lalu mengangguk kecil.
"Baiklah silahkan duduk."pinta bu Kira berhasil membuat Naura berucap syukur. Naura menganggukan khidmat dan berjalan kearah bangkunya.
Baru saja Naura duduk, ia sudah dilemparkan berbagai pertanyaan dari Dita sang sahabat.
"Ra,kamu dari mana? Kenapa seragam kamu bisa sobek? Kok nggak bilang aku dulu sih? Tadi kamu diapain sama si Nisa? Dia nggak macam macam kan sama kamu?sampe sampe baju kamu sobek gitu?"
"Astagfirullah haladzim Dita,aku baik baik aja,lagian kalo bertanya satu satu dong" Naura menggeleng kecil. Dita mendengus kesal lalu memukul punggung tangan Naura menggunakan kepala pulpennya.
"Habis aku panik Ra,tadi kamu mendadak ngilang."kesal Dita. Naura tersenyum hangat.
"Udah udah, makasi ya kamu uda mau khawatir sama aku. Tapi aku beneran baik baik aja,"ucap Naura sambil mengusap ngusap punggung tangan Dita lembut. Dita mengangguk kecil.
"Iya Ra, aku sayang banget sama kamu,kamu itu uda aku anggap sodara."Dita menghembuskan nafasnya pelan,Naura tersenyum senang.
"Dita, Naura? Apa yang kalian bicarakan?"tanya bu Kira tegas. Sista jadi gelagapan.
"Oh anu bu,tadi Naura bertanya tantang apa saja yang sudah di bahas,"ucap Dita bohong.
Sementara Naura menyenggol lengan Dita karna telah berbohong.
"Kalo aku jujur,Kamu mau apa kita dikeluarin."bisik Dita kesal.
"Ya sudah perhatikan sekarang."ucap bu Kira percaya, lalu melanjutkan pelajaran nya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love (TAMAT)
Ficção Geral7 Februari 22__Rank 1 #berkorban Disaat menCINTAi seseorang dengan tulus dan ikhlasnya namun terpaksa untuk meninggalkan nya pada saat itulah kita dipaksa untuk harus menerima takdir. Sama halnya cinta Naura kepada...? *** Murni...