62.) Dingin

159 7 0
                                    

Aku membayangkan betapa bahagianya saat bersamamu,namun aku salah Jika aku terlalu berharap lebih kepadamu,maka Allah pasti akan menimpakan rasa sakit itu padaku.

~Naura Afrisa Salsabila~

🌹🌹

Pagi yang begitu cerah dan hangat,semua terlihat indah,seakan bumi ikut berbahagia,tapi berbeda dengan Naura ia merasa atmosfer disekitarnya seakan mencekiknya hingga ia tidak bisa apa apa.

"Fatih apa kau tidak berniat untuk mengajak Naura untuk pergi liburan?"tanya Umi lembut, karna hari ini adalah hari libur hati Ahad tidak ada yang bekerja kantoran hari ini.

Mendengar itu Naura Menatap umi dan Fatih bergantian.

"Aku banyak kerjaan Mi"jawab Fatih pelan, Mendengar itu Naura menunduk berusaha menelan makananya dengan kasar,ia tidak suka dengan situasi ini.

"Ada apa?kenapa belakangan ini kau terlihat aneh,apa kau bertengkar pada Naura?"tanya Umi heran,sudah satu Minggu Fatih terus bersikap seperti ini.

Fatih yang mendengarnya langsung melepas sendoknya,ia mengambil air putih miliknya dan meneguknya tiga kali.

Ia menatap Uminya Hangat dan Tersenyum.

"Fatih pergi dulu mi,ada urusan di kantor Assalamu'alaikum"ucap Fatih sambil menyalimi tangan Uminya dan pergi tanpa menghampiri Naura.

Naura merasa terhempas melihat itu, Matanya kian memanas,Ia juga langsung memberhentikan makannya,ia berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh di depan mertuanya.

Umi yang melihat Fatih pergi tanpa pamit pada Naura menatap Fatih yang berjalan pergi.
"Fatih"panggil sang umi berhasil menghentikan langkah sang anak.

Fatih memutar tubuhnya dan berjalan kearah Uminya.
"Ya Umi?"

Umi memberikan Fatih isyarat melihat Bayar di belakang,Fatih menatap kearah belakang Uminya,ia melihat Naura yang berdiri menyusun piring kotor dengan wajah yang suram.

Fatih mengerti,ia berjalan kearah Naura,Naura terhenti dari kegiatannya saat melihat Fatih berdiri didepannya.
"Saya berangkat kantor dulu"ucap Fatih Formal.

Ntah Kenapa itu jauh lebih menyakitkan dari pada Fatih yang pergi begitu saja,Fatih berbicara seakan mereka bukan orang Akrab sangat formal.

Dengan kaki Naura mengangguk kaku meraih tangan Fatih dengan lembut ia mencium tangan sang suami.
"Fii Amanillah Hubby"ucapnya lirih,Fatih menatap Juara dengan wajah yang tak terbaca kan.

Ia memejamkan matanya merasa sakit Melihat Naura yang merasa sakit.
"Assalamu'alaikum"ucapnya pelan lalu berjalan pergi tanpa mengecup kening Naura.

"umi Melihat itu menghembuskan nafasnya kasar

"Biar Umi yang beresin"

"Tidak Mi,biar Naura saja,umi istirahat saja dikamar"jawab Naura dengan senyuman ramah.

"Baiklah"umi Fatih pergi dan berlalu,Naura membersihkan semuanya hingga selesai.

Ia duduk dikursi saat merasa penat detik berikutnya air matanya lolos begitu saja.

Ia menangis namun tak terdengar sedikitpun perlahan bahunya bergeter,sudah dua minggu Fatih bersikap dingin padanya.

Bahkan waktu Fatih mengatakan kalau ia libur tiga hari itu tidak benar, keesokan dari mereka jalan Fatih langsung masuk kerja dengan alasan banyak yang harus di tangani di kantor.

"Hikss...hikss"isakan kecil mulai terdengar, ia tidak bisa lagi menyembunyikan kesedihannya, rasanya dadanya sudah begitu penuh.

Ada tangan yang memegang bahunya lembut dari belakang,Naura berharao itu adalah Fatih, saat ia berbalik ternyata itu adalah Umi.

First Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang