Iqbaal berada disebuah pusat pembelanjaan bersama Omen, ia membeli beberapa pesanan putranya.
"beliin abang mobil kecil yang dihape mamah."
Iqbaal masih mengingat jelas permintaan putranya, ia ingin dibelikan mobil kecil. Iqbaal mengambil satu set mobil kecil berwarna kuning, biru, merah, hijau dan silver.
"kaya optimus prime jatohnya" gumam Iqbaal.
"iya, anak lu gaul ya"
"kayaknya beliin istri kaya tas bakal dapet jatah ini gua haha.''
Iqbaal melangkahkan kakinya, ia mengelilingi pusatnya tas. Iqbaal berfikir sejenak sebenarnya istriya tak terlalu ingin tas. Ia lebih suka memakai tas kesayanganya.
Lebih baik ia membelikan istrinya sepatu adidas yang memang sedang ingin dibeli oleh istrinya.
"mau sepatu beginian men, bagus banget."
Iqbaal mengambil sepasang sepatu yang istrinya incar. Iqbaal menyerahkan kepada kasir.
"mba ini ada nomor 38nya ada ga mba?"
"oh ada mas, sebentar saya ambilkan"
"lu mau beli juga?"
"itu buat (namakamu), dia kan nomor sepatunya segitu. Dia lagi kepingin sepatu kaya ginian, soalnya ngelikenya ginian terus."
Omen dan Iqbaal melangkahkan kakinya menuju kasir, membayar belanjaanya.
Mereka berdua berada disalah satu resturant. Iqbaal menunggu makanan yang ia pesan sesekali membuka ponselnya.
"eh Iqbaal."
Yap bunda Zidny berada dihadapanya dengan Zidny. Yang memakai pakaian yang cukup kemeja panjang yang menutupi setengah pahanya.
Membuat Iqbaal meneguk salivanya, melihat penampilan Zidny.
"boleh gabung lagi engga ini?" tanya Eca dengan tersenyum kearah Iqbaal dan Omen.
"boleh tan." jawab Omen dan Iqbaal serempak.
"Zee duduk disini sebelah aku." Iqbaal memberi izin agar Zidny duduk disebelahnya.
"ketemu terus ya kita disini."
"oh ya, happy birthday Zid. Panjang umur, sehat selalu, semoga cepet nyusul cepet nikah." Iqbaal menepuk pelan puncak kepala Zidny.
Dan itu direkam oleh ibunda Zidny, ia memasukanya kedalam akun instagramnya.
Berbeda dengan Iqbaal dan Zidny yang bercanda gurau. Ada perkataan Iqbaal yang tak bisa ditolerir lagi.
"iya istri ga cukup satu, harus banyak buat disini ada, sana ada dimana-mana ada. Biar ga terlalu kaya abg yang sendirian tidurnya. Nikah aja yuk Zee." Iqbaal merangkul Zidny, terlihat raut wajah Zidny yang malu-malu.
Kebetulan Omen berada ditoilet, menjadikan ia tak tahu apa yang Iqbaal bicarakan.
"tante ke depan dulu, ada yang telfon." Eca meninggalkan Zidny dan Iqbaal sendirian.
Zidny menatap Iqbaal dari arah samping, hanya beberapa centi saja. Zidny tak menyangka ia bisa dekat dengan Iqbaal lagi.
Tanpa diduga Iqbaal menoleh kearah Zidny yang memang wajahnya tak jauh darinya.
Seketika bibir Iqbaal menempel dibibir Zidny, dengan segera Iqbaal menjauhkan wajahnya.
"maaf Zid." kata Iqbaal.
Zidny menundukam kepalanya, ia menganggukan kepalanya. Malu dan senang bercampur menjadi satu.
Berbeda dengan itu, ada seseorang yang merekam kegiatan Iqbaal dan Zidny.