"niatku mau beli atasan Reka sama Alesha, kenapa kamu juga mau riweh beli baju segala macem, sepatu apaan dah. Kamu kalo mau belanja sama Ka Omen aja, ini ninggalin anak-anak Baal."
Yap Iqbaal dan (namakamu) berada di salah satu mall ternama dijakarta, Iqbaal yang riweh membuat (namakamu) kesal bukan main.
"keliatan tadi si yang, aku juga niatnya nemenin kalian aja. Tapi mataku fokus ke sepatu yang tadi itu."
"aku ga suka ya kamu belanja hari ini, tugas kamu hari ini bantu aku. Nanti kalo udah selesai boleh, pas aku sama anak-anak pulang."
"Ya ga bisa gitu dong, kamu aja aku temenin belanja. Sekalian aja kali yang."
"kamu itu kalo belanja lama melebihi cewek, pake acara dicoba, nyari warna, size segala macem Riweh tau ga." Kesal (namakamu) yang melihat Iqbaal yang bertingkah kekanakan.
Iqbaal menghembuskan nafasnya beratnya, "oke, nanti ga usah nonton film korea lagi apaan." cibir Iqbaal.
(namakamu) mendelik, "aku ga pake hape kamu, aku juga pake kuotaku sendiri."
"iya sayang iya."
Iqbaal mencium pelipis (namakamu), untungnya Alesha dan Reka tidak ikut.
(namakamu) menyikut perut Iqbaal, "ish, malu."
Iqbaal terkekeh, tidak ada yang mengganggunya hari ini, dengan meminta foto denganya. Dia tidak ingin mood istrinya terganggu.
"abis ini kemana?" Iqbaal merangkul pundak (namakamu) santai.
"pulang aja deh."
"ga, aku yakin kamu bakal nonton korea lagi. Ga akan, ganteng juga aku yang." ujar Iqbaal.
"apaan si, kasian Alesha sama Reka."
"ya kali."
"korea mulu pikiran kamu."
"orang kamu tiap malem nonton korea dulu, sarangheo." cibir Iqbaal lagi.
(namakamu) mencebik bibirnya, Suaminya ini memang menyebalkan. Bahkan sangat, membuatnya ingin memukulnya saat ini.
"Iqbaal"
Merasa namanya dipanggil Iqbaal menoleh bersamaan dengan (namakamu).
Eca ibunda Zidny, dan Zidny berada disini. Iqbaal melirik (namakamu) yang ia tahu perubahan raut wajahnya.
"kesini berdua aja?" tanya Eca kepada Iqbaal.
"iya."
"abis ini mau kemana baal?" tanya Eca lagi.
"pulang."
"ga makan dulu? Tante lagi ngerayain ulang tahun ini."
Iqbaal menoleh ke (namakamu), "istri kamu pasti mau baal, dia tau kan kamu sama Zidny teman baik?".
Eca berjalan mendahului Iqbaal dan (namakamu), dengan Zidny mengikuti disampingnya.
"kamu mau?" tanya Iqbaal pelan kepada (namakamu).
"temen baik kan?"
Iqbaal menghela nafas beratnya, "sebenernya aku ga terlalu pingin makan."
"takut kalo kebongkar?"
Iqbaal pasrah, dari pada istrinya berfikir negativ tentangnya. Sebisa mungkin Iqbaal menjaga keseimbanganya saat ini.
Iqbaal merangkul (namakamu), memasuki resturant. Iqbaal duduk berhadapan dengan Eca, menjaga kenyamanan istrinya ini.