3. Protes

2.1K 102 0
                                    

Jam sudah menujukkan pukul 11.45, yang artinya sepuluh menit lalu bel tanda pulang sudah berbunyi. Namun tiga serangkai, yaitu Vita, Febri dan Rilya belum berminat keluar kelas. Apalagi setelah mengintip keluar jendela, mereka dapat melihat keramaian didepan gerbang sekolah. Mereka jadi malas untuk pulang dengan segera. Akhirnya, mereka bertiga memutuskan untuk menunggu lebih sepi.

Febri mengeluarkan handphone dari tas ranselnya. Vita berdehem sambil melirik Febri, seolah berkata : udah dikasih tau jangan bawa hp, masih aja ngeyel. Febri nyengir tak karuan.

Sedangkan Rilya tengah fokus menorehkan pensil diatas kertas double folio untuk menuangkan segala idenya dalam bentuk gambar. Dan Vita, mengalunkan lagu kesukaannya dengan suara yang cukup merdu.

Kau yang kusebut didalam doaku
Kau yang menjadi imam dihidupku
Kehadiranmu menyempurnakan imanku
Kumenunggu, dalam sabarku
Kuikhlaskan semua harapanku
( Assalammualaikum Calon Imam by Meyda Safira )

" Bersamamu dimasa depanku
Membangun cinta
Membangun Syurga ...
Menggapai ridhaNya. "

Tiba- tiba Vita mendengar seseorang seperti melanjutkan nyanyiannya. Bahkan dengan suara yang lebih merdu. Vita segera memandang keluar pintu, berharap bisa melihat orang dengan suara baritone namun merdu itu.

" Kau yang kusebut didalam doaku ... eh? "

" Kak Arga? " Ucap Vita hampir teriak.

" Vita? Kalian, kok pada belum pulang? " Tanya Arga.

" Suara kakak bagus. " Puji Febri tiba- tiba. Rupanya ia juga mendengarkan suara yang tadi membuat Vita penasaran. Iya tadi, kini Vita tahu siapa pemilik suara merdu itu.

" Ah, biasa aja, sih. " Balas Arga sambil mengusap- ucap tengkuknya.

" Iya, bagus, kak. Merdu. " Ucap Vita sambil tersenyum tulus. Senyum yang tak menampakkan kegrogian sedikitpun.

" Wah, makasih, deh kalo gitu. " Ucap Arga membalas senyum Vita, bahkan senyum Arga lebih manis dan jauh lebih memesona.

Deg! Vita nervous again.

" Kenapa kalian belum pulang? " Tanya Arga lagi.

" Masih ramai, kak. Ini Vita gak suka keramaian. " Jawab Febri sambil menunjuk Vita. Vita tangkis tangan Febri, sambil menatap tajam seolah berkata : jangan tunjuk gitu juga kali.

" Oh gitu. Tapi itu udah lumayan sepi, kok. " Ucap Arga.

Vita, Febri dan Rilya menengok keluar jendela secara serentak.

" Iya, udah sepi. " Ucap Rilya.
" Ayok, kita pulang. " Ajak Febri.

" Ya udah, kita pulang dulu, ya, kak. " Ucap Vita pamit. Arga mengangguk.

Tiga serangkai itu pun langsung keluar kelas. Setelah Febri dan Rilya berjalan mendahului Vita, Arga menghadang jalan Vita. Sontak Vita kaget. Apalagi ia menyadari bahwa Arga menatap wajahnya sedemikian dekat.

" Ada apa, kak? " Tanya Vita gugup. Tentu saja, ia tak berani menatap wajah tampan itu. Bukan karena takut, tapi ia terlalu nervous.

" Coba lihat tanganmu. " Pinta Arga, sambil menunggu Vita memperlihatkan telapak tangannya. Namun, Vita masih diam, agaknya terlalu terpesona dengan sosok Arga.

" Dek? Denger, gak? " Ucap Arga lagi.

Kini Vita menjawab dengan gelagapan. " Iya, kak. " Jawabnya. Cepat- cepat ia perlihatkan telapak tangannya yang masih memerah pada Arga.

" Nanti dibersihin lagi ya, dek" Saran Arga. Vita mengangguk.
" Kamu kok kayak ngirit ngomong, sih? " Tanya Arga mengernyitkan dahinya.

Vita menatap Arga cepat, ia juga menautkan alisnya. " Ngirit gimana, kak? " Ucap Vita berbalik nanya pada Arga.

" Ya ngirit. " Balas Arga salah tingkah.
" Kakak pengen deh kamu ngomong panjang lebar, gak ngirit kayak sekarang. " Sambungnya tersenyum.

Vita tertawa kecil. " Permintaan aneh. " Ledek Vita.
" Is." Ucap Arga cemberut, bahkan dengan ekspresi seperti itu ketampanannya masih saja dapat memikat banyak orang. Imut, terlalu imut malahan.

Tak sadar, Vita blush mode on. Semburat warna merah menyerbak dikedua pipi Vita.

" Ayo, dek. " Ajak Arga, ketika dapat ia lihat dengan jelas wajah Vita memerah.

Setelah menyelesaikan percakapan itu, Vita keluar kelas, kemudian disusul oleh Arga. Febri dan Rilya masih setia menunggu Vita sambil duduk di teras kelas.

" Tuan Puteri tukang ngirit ngomong udah boleh pulang, kok. " Ucap Arga mencandai Vita.

Vita tertawa kecil. " Iya, puteri pulang dulu ya, TUAN SUKA PROTES. " Ucap Vita dengan penekanan di tiga kalimat terakhir.

Kini giliran Arga yang tertawa kecil. "Kok suka protes? Kan kakak baru sekali protesin kamu. " Ucap Arga.

" Lah? Itu barusan kakak lagi protes. " Ucap Vita sambil menunjuk gemas kearah Arga.
Tawa Arga menggelegar.
" Ah iya, kamu pinter banget deh. " Ucap Arga setelah berhasil menyelesaikan tawanya.

Vita yang melihat senyum manis itu membalasnya dengan senyum terbaik, walau tak semanis senyuman Arga.

Vita pun berbalik badan, dan melangkah mendekati Febri dan Rilya. Sedangkan Arga sedang mengunci pintu kelas.

Namun kunci yang cukup banyak itu terlepas dari tangan Arga, hingga jatuh dan menimbulkan suara gemerincing. Vita menoleh cepat ketika mendengarnya. Kemudian dengan sigap ia ambil kunci yang jatuh itu. Naasnya, Arga pun juga melakukan hal yang sama. Hingga kepala mereka berbenturan.

" Aw. " Ringis Vita.
" Aw. " Ringis Arga.

Arga dan Vita kemudian mendongak, dan tatapan mereka bertemu. Bukannya cepat- cepat bangkit, mereka malah diam ditempat. Tak bergerak ataupun kembali memunguti kunci yang jatuh itu. Tatapan itu seolah mengunci jiwa dan raga mereka, seakan tak bisa dihentikan. Mereka bertatap cukup lama, bahkan sama- sama larut dengan jantung yang berdetak tak wajar.

" Cekrek! "

Arga dan Vita tersadar dari tatapan yang terjadi cukup lama itu. Kemudian dengan tingkah gelagapan mereka berdiri. Vita yang nervous an pun langsung melangkah meninggalkan Arga, yang kembali berjongkok untuk mengambil kunci- kunci dilantai.

" Dapet? " Ucap Rilya berbisik pada Febri.

" Dapet. " Balas Febri sambil memperlihatkan foto yang barusaja ia ambil ketika Andi dan Vita bertatapan. Lalu Febri menyembunyikan handphone nya dibalik saku ketika melihat Vita datang kearah mereka.

" Ayo. " Ajak Vita. Mereka bertiga pun pulang.

Di chapter sebelumnya ada typo😂
Kalo di chapter ini ada typo lagi harap dimaklumi yak😂
Dont forget vote+coment

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang