20. Kejutan

1.2K 75 0
                                    

"Sekarang pukul 09.00, selamat beristirahat."

Vita langsung menegakkan posisi duduknya begitu mendengar bel khas IHS. Ia nyengir ketika melihat Pak Zam yang sedang menjelaskan terpaksa berhenti karena waktu istirahat sudah tiba. Lalu dengan cepat, Pak Zam keluar dari kelas, dan Vita masih mempertahankan senyum pasta giginya.

"Najis, Vi. Ngapain lo cengar cengir?" celetuk Febri dari bangkunya.

Vita menoleh. "Gue mau ketemu seseorang." jawab Vita.

"Arga, ya?" tanya Sigit yang duduk di sebelah Febri.

Vita mengangguk sambil terkekeh. "Iya. Eh, btw kok lo bisa kenal dekat sama Kak Arga sih, Git?" tanya Vita heran.

"Dulu gue tetanggaan sama Arga, waktu TK kalo gak salah. Gue TK dan Arga udah SD. Singkatnya sih kita sering main bareng, sampe gue harus pindah ngikut ortu pas kelas 4 SD yang berarti Arga udah kelas 6 SD." jelas Sigit.

"Ngerti, Vi?" tanya Febri yang melihat Vita hanya manggut- manggut.

Vita kembali terkekeh dengan gelengan kepalanya. "Enggak."

"Beg--"

"Iya gue paham. Kebiasaan nyinyir lo." ketus Vita pada Febri sambil memutar matanya malas. Sedangkan Febri malah nyengir.

"Kalo gak nyinyir bukan Febri namanya." Sigit melirik Febri sambil tersenyum.

Vita ikut tersenyum, namun senyumannya yang jahil. "Oke deh. Feb, Ril, Git, gue ke taman dulu, ya." pamit Vita.

Febri dan Sigit kompak mengangguk. Masih terfokus pada lukisannya, Rilya bergumam sebagai jawaban. "Hm."

Vita menampilkan senyum terbaiknya, kemudian ia keluar dari kelas.

•••

Arga selesai membaca buku yang sempat membuat Vita terpelongo karena halamannya yang sangat tebal. Arga menyandarkan tubuhnya di pohon rindang sambil kedua tangan terbuka lebar, bermaksud meregangkan otot.

Vita dapat melihat wajah lelah Arga, namun yang membuat Vita bangga adalah semangat belajar Arga yang begitu tinggi.

"Ta?" panggil Arga sambil menatap Vita yang bengong melihatinya.

"Ah, iya?" Vita menjawab dengan agak kaget.

"Liatin apa? Di wajah kakak ada yang aneh?" tanya Arga sambil meraba semua bagian wajahnya.

Vita menggeleng. "Bukan, kak. Dih, geer banget sih." ledek Vita.

Arga menautkan alis. "Kalo gak liatin kakak, kenapa matanya nengok ke sini?" tanya Arga tak mau kalah. Ingin membuat Vita skak mat.

"Inikan mataku, suka- suka aku lah." balas Vita enteng sambil mengibaskan rambutnya.

"Oke. Berarti terserah kakak juga dong kalo kakak mikirnya kamu liatin kakak. Inikan pikiran kakak, suka- suka kakak lah." ucap Arga menirukan Vita. Wajahnya dibuat secool mungkin.

Vita menghembuskan nafas kesal. "Gak mau ngalah, ih!" tukas Vita sambil mengerucutkan bibir.

"Iya, maafin kakak, ya." Arga tersenyum seraya mengelus puncak kepala Vita. Perlakuan sederhana yang nampu memperbaiki mood Vita dengan baik.

"Kakak mau ambil buku di loker. Ikut?" Arga mulai berdiri.

Vita menggeleng. "Kakak di sini aja, biar aku yang ambil bukunya." ucap Vita ikut berdiri.

"Emang tau bukunya yang mana?" tanya Arga mengangkat sebelah alisnya.

"Palingan buku kumpulan soal UN, kan?" balas Vita.

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang