28. Saran sahabat

1.1K 69 3
                                        

"Avita Dwi Fabdilla!" panggil Rilya yang baru saja melewati pintu kelas.

Vita yang sedang duduk sambil menulis langsung mendongak. "Lo manggil apa ngabsen gue, Ril? Lengkap amat."

Rilya berdecak. Ketika sudah dekat dengan cewek itu, Rilya langsung mendorong kepala Vita dengan telunjuknya. "Lo kalo badmood boleh, tapi jangan semua orang Lo ketusin, cantik." ujarnya.

Vita hanya mengangguk asal lalu kembali menunduk untuk melanjutkan tulisannya.

"Yok ikut gua!" ajak Rilya langsung menarik tangan Vita.

"NJIR RILYA LO BISA PELAN- PELAN GAK, SIH?!" teriak Vita kesal.

Rilya tidak membalas, ia malah terkekeh pelan sambil terus menarik tangan Vita.

•••

Rilya mengajak Vita ke rooftop, yang menampilkan bangunan menjulang tinggi dengan beberapa pohon rindang mengiringinya.

Senyum Vita mengembang. Vita merentangkan krdua tangannya sambil menengadah. Dadanya naik turun dengan tempo teratur, menandakan Vita sedang menghirup udara dengan santai.

Sejenak, beban berat Vita serasa terbang bebas. Membiarkan pundaknya lebih ringan dan santai.

Melihat wajah Vita yang jauh lebih segar membuat Febri dan Rilya saling melempar senyum lega.

"Cantik." celetuk Febri berdiri di sebelah Vita sambil menatap hamparan prmandangan kota milenial dengan kagum.

Vita menoleh. "Iya, gue tau gue cantik. Makasih." sahut Vita dengan pedenya.

"Njis!" sentak Rilya sembari menyodorkan masing- masing sebotol air mineral pada Vita dan Febri.

Vita terkekeh pelan lalu meneguk air dari botol.

"Vi, penyelesaian masalah terbaik adalah dengan membicarakannya, bukannya malah menarik kesimpulan sepihak tanpa penjelasan." nasehat Rilya.

Vita langsung menoleh ke arah sahabatnya yang kalem itu. Dimiringkannya kepala sebagai gestur tertarik dengan apa yang Rilya katakan.

"Dan camkan satu hal, gak semua yang lo liat adalah kebenaran." tambah Rilya.

Vita mendesah. Mencetak senyum palsu yang membuatnya lelah. Yang dikatakan Rilya tidak salah, namun apa yang Vita lihat kemarin juga tidak bisa disangkal.

"Salahnya kalian adalah gak ada yang mau mengalahkan ego. Malah kek anak kecil, diem- dieman doang." cibir Febri yang jarang bisa serius.

Vita tertawa kecil. Lalu menoleh pada Febri, yang kalau dilihat dari samping lumayan manis.

"Iya." balas Vita.

Febri mendelik. "Gue ngomong serius gini jangan diketawain." ucap Febri galak yang sukses membuat Vita bingung sekaligus kesal, "Yang ngetawain lo siapa, ogeb?" sahutnya.

"Jujur aja, dalam hati lo ketawa, kan?" tuduh Febri asal.

"Kampret! Gue lagi serius juga." gerutu Vita kesal.

"Ril, si Vita ketawain gue kan pas gue ngomong serius tadi?" tanya Febri ke Rilya.

Rilya mengedikkan bahu acuh. "Auk. Tanya aja sama rumput yang berdisko." jawabnya ngasal.

Seharusnya Vita dan Febri memukul kepala Rilya bersama- sama karena jawabannya yang tak masuk akal.

Tapi, Vita dan Febri tampak antusias mendengar jawaban Rilya. Cepat- cepat mereka berlari menuju ke pagar pembatas pinggiran rooftop dan menunduk ke bawah. Ada kumpulan ilalang panjang yang bergoyang sebab tertiup angin.

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang