36. Gelisah

894 60 0
                                    

Arga membanting tasnya ke atas kasur. Duduk dipinggiran ranjang dengan nafas cepat. Arga memejamkan mata dengan rahang mengeras.

Kenapa begitu cepat Vita melupakannya? Dan kenapa Vita harus bersama Nevan yang notabene adalah musuh Arga? Bukankah Arga jauh lebih baik dari pada Nevan?

Arga menggeram kemudian meninju udara kosong. Melampiaskan emosinya sambil terus bertanya- tanya.

Mengapa? Mengapa Vita bisa bersama Nevan?

Kenyataan itu sangat menyakiti perasaan Arga. Melukai diri Arga sebagai seorang laki- laki.

Flashback

Arga tersenyum tipis tanpa menoleh pada Celin, yang sedari tadi terus berceloteh ria disampingnya. Seperti kemarin, Arga kembali diberi amanat dari Bu Wardah untuk mengantar Celin pulang. Karena yang meminta adalah Bu Wardah, maka Arga tidak kuasa menolaknya.

"Kak, Celin tuh suka ngantuk kalo Pak Sahrul ngajar. Tapi Pak Sahrul tuh lebih cocok ngelawak daripada ngajar, deh." gurau Celin sambil tertawa renyah.

Jika Celin yang mengatakan hal itu, maka Arga hanya akan tertawa seadanya. Berbeda jika itu adalah Vita, dengan senang hati Arga akan membalas celotehannya dengan lebih antusias.

Sayang, gadis itu kini menjauhi Arga. Little girlnya Arga sudah membuat keputusan dan Arga tidak bisa mencegahnya. Karena akan cukup egois jika Arga melakukannya.

Arga menghentikan laju mobil begitu lampu merah di persimpangan mulai menyala. Arga mendesah. Melirik sebentar ke arah Celin yang rupanya turut memerhatikan Arga dari samping.

"Kenapa kok liatin aku gitu?" tanya Arga.

Celin terkekeh malu. "Kakak ganteng, jadi Celin kagum." jawabnya.

Arga lagi- lagi hanya merespon dengan tawa kecilnya yang terkesan hambar. Arga bukan tipikal moodyan, tapi entah kenapa hari ini mood nya sedang berada dalam fase yang buruk.

Arga kembali meluruskan pandangannya ke depan. Namun titik fokusnya terganggu kala dari sudut matanya, samar- samar Arga melihat mobil disamping kanannya bergerak. Arga pun menoleh untuk melihat secara lebih jelas. Detik berikutnya, Arga memaki tertahan.

Itu mobil yang Arga lihat di parkiran saat Celin tidak sengaja menabrak Vita tadi. Dan Arga tahu siapa pemiliknya. Rival Arga, si Nevan.

Bukan itu permasalahan yang mengganggu Arga. Melainkan seseorang yang ada didalamnya. Nevan duduk di kursi penumpang belakang sambil menutup mata gadis itu. Gadis yang menjadi cinta pertamanya Arga. Nevan menenangkan Vita yang tampak tengah terisak.

Hal itu memang mengganggu Arga. Ia jelas tidak senang ketika Nevan menyentuh Vita. Namun, yang terjadi pada Vita jauh lebih membuat Arga penasaran dan kalang kabut. Kenapa Vita menangis bahkan sampai tersedu- sedu begitu?

Apa Nevan yang membuatnya menangis? Jika itu benar, mengapa Vita tidak menghindar atau menepis tangan Nevan yang menyentuhnya?

Berarti itu tidak benar. Vita tidak menangis karena Nevan. Dan Arga sangat geram melihatnya. Tak sadar, ia mencengkeram kemudi dengan kencang dan rahang mengeras. Mereka terlalu dekat. Terlalu bersahabat dan terlalu rawan.

•••

Arga menggenggam rambutnya frustasi. Vita seperti pusat dunianya Nevan hingga saat orang- orang menyalakan klakson untuk menyuruh Nevan menjalankan mobilnya, Nevan tidak memerdulikannya sama sekali. Nevan terus menutup mata Vita yang terus mengeluarkan air mata.

Di saat Arga tengah sangat kacau, sebuah video call masuk ke ponselnya. Arga menatap benda pipih yang tergeletak di nakas itu. Ia memutar mata, lalu berdiri dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang