31. Ruang BK

956 59 4
                                    

Vita melewati toilet. Karena memang ia tidak ingin ke sana. Hanya sepik ingin menghindari Febri agar tak melihat wajah kecewanya.

Vita menoleh ke arah kanan ketika melewati jendela ruang BK. Dan tak sengaja, Vita melihat sosok yang ia kenal didalam sana. Vita pun berhenti dan memilih mengintip dari balik jendela.

Vita memicing, karena ia punya minus di mata kirinya, jadi ia agak kesulitan memastikan tentang orang itu. Tapi jika dilihat dari penampilan, Vita yakin itu Arga.

Vita pun berdehem, lalu berjalan melewati pintu ruangan itu. Lagi- lagi hanya sepik agar ia bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi di ruangan horror itu.

Vita memperlambat jalannya didepan pintu itu dan melirik sedikit ke dalam. Namun tak lama ia langsung membuka matanya lebar, dan rahangnya hampir saja copot.

Cowok mesum! Ceplos Vita dalam hati.

Itu Nevan. Cowok dengan kaus putih tanpa lengan dan celana seragamnya. Sosok itu tengah duduk menunduk dihadapan Bu Wardah, guru BK. Entah tengah melamunkan kesalahannya atau malah mengabaikan segala ucapan dan nasehat Bu Wardah. Nevan tetap saja diam, menunduk dan tidak memberi penjelasan apapun.

Didepan Nevan, disamping Bu Wardah, berdiri Arga dan Ben dengan wajah tegas dan terkesan formal. Vita mengambil kesimpulan, bahwa si cowok mesum itu sudah melakukan pelanggaran. Tidak menarik.

Vita hendak melangkah pergi meninggalkan lokasi ketika seseorang dari belakang tidak sengaja menyenggol bahu kirinya.

"Duh!" Vita mengaduh pelan. Orang itu menatap Vita tajam, hingga akhirnya Vita pun meringis dan meminta maaf.

Orang itu berdesis kesal dan pergi dari sana. Sementara Vita juga bersiap untuk melangkah dari sana. Hingga sekali lagi, seseorang dari dalam ruangan BK menarik tangan Vita hingga gadis itu ikut masuk ke sana.

Vita membulatkan matanya kaget. Tangannya yang digenggam Nevan bergerak memutar dengan tangan yang lainnya memukul tangan cowok itu. Vita kelimpungan untuk melepaskan diri dari Nevan.

"Nevan!" panggil Arga dengan suara tegas.

"Duduk, Van!" titah Ben tak kalah tegas. Mengingat mereka berdua adalah ketua dan wakil ketua OSIS IHS. Jadi jika ada murid yang bermasalah, mereka harus ada di ruang BK untuk membantu guru menyelesaikan masalahnya.

"Saya mau duduk asalkan dia juga." sahut Nevan sambil menunjuk Vita dengan dagunya.

Membuat Vita langsung menggerutu dan melayangkan sumpah serapah pada Nevan.

"Kamu siapa?" tanya Bu Wardah pada Vita.

Karena gugup, Vita pun menjawab dengan terbata- bata. "Avi-ta, Bu."

"Siapanya Nevan?" tanya Bu Wardah lagi.

"Ga--"

"Teman saya." Ini Nevan yang menjawab. Membuat Vita kembali membulatkan matanya, lalu mendelik tak suka.

Bu Wardah menghela nafas. "Nevan, apa kamu tidak ada keinginan untuk berubah? Sekolah lama sudah mengeluarkan kamu, jangan sampai IHS juga melakukan itu. Karena kasihan orang tua kamu. Mereka mengeluarkan biaya yang banyak agar kamu bisa bersekolah ditempat terbaik, Nevan." nasehat Bu Wardah dengan sabar.

Vita menatap Nevan yang hanya menatap kosong ke arah depan. Vita yakin, ucapan Bu Wardah tadi pasti mantul ke otaknya Nevan. Tidak masuk sama sekali.

"Elo sih!" hardik Vita kesal karena selain sudah membuat kesalahan, Nevan malah tidak menampakkan penyesalan sama sekali. Bahkan ia mengacuhkan omongan orang yang lebih tua. Vita tak suka sikap seperti itu. Wajar jika Vita tak mampu menahan suaranya agar tak mengutuk Nevan.

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang