17. Rencana

1.3K 79 3
                                    

Arga masuk ke kamar,  langsung meletakkan tas diatas meja belajar dan merebahkan diri di kasur.

"Bang, yuk makan yuk." ajak seorang gadis kecil sambil menggendong kucing anggora kesayangannya.

Arga mengangkat kepala sedikit, lalu kembali merebahkannya. "Abang masih capek. Ayi sini dulu, deh. Temenin Abang." ucap Arga.

Ayra berjalan mendekati Arga. Karena tubuhnya tidak terlalu tinggi, jadi Ayra agak kesulitan naik ke atas ranjang.

"Ayi gak bisa naik!" gerutunya kesal.

Arga yang mendengar itu  mengernyit. Segera ia bangun dan memposisikan diri untuk duduk.

Arga tertawa melihat usaha Ayra untuk naik ke atas ranjang. Gadis kecil itu mengangkat satu kaki ke atas, dan kaki lainnya berjinjit. Diusahakan sebisa mungkin, namun tetap tak ada hasil.

"Sini, Abang bantu." ucap Arga seraya menggendong Ayra dan mendudukkan adiknya itu ke pangkuannya.

"Coba bantunya dari tadi!" Tukas Ayra sambil memanyunkan bibir.

Walau Ayra membelakanginya, Arga tahu bahwa si kecil ini sedang merajuk. Itu terbukti dari cara bicaranya.

Arga menyentil paha Ayra. "Kalo udah ditolong orang itu bilangnya terimakasih." ujarnya.

Ayra terkekeh. "Iya, makasih, Bang."

Secara spontan, Arga tersenyum.

"Kalo udah ditolong orang itu bilangnya terimakasih."-Arga.

Tiba- tiba, ucapannya barusan terngiang di telinga Arga. Membuat Arga mengernyit bingung, lalu tak lama ia mengingat sesuatu.

Arga kan belum bilang terimakasih pada Vita. Sebab tadi gadis itu sudah membantu memperbaiki mobilnya.

Arga jadi agak malu, menasehati namun tak mampu menjalankan nasehat itu.

"Ya udah, kita makan, yuk!" ajak Arga yang sontak membuat Ayra berseru girang. "Ayo!"

Arga pun berganti baju, lalu menggendong Ayra dan turun ke bawah.

•••

Makan siang kali ini rupanya disiapkan Bi Zuim, karena Abi dan Yuni sedang ada bisnis diluar kota. Arga tentu mengetahuinya, tapi Arga tak ingat bahwa mereka akan pergi di bulan ini.

"Ayi makan yang bener. Abang keluarin ya anggoranya kalo gak makan." ancam Arga dengan wajah serius.

Ayra yang tengah duduk didepan Arga hanya mendengus kesal, sambil memasukkan nasi tanpa lauk ke mulutnya.

"Kenapa? Masakan Bi Zuim gak enak?" Nada bicara Arga melembut. Ia paham, adiknya itu pasti tak selera makan.

Ayra mengerucutkan bibir, lalu menggeleng. "Ayi mau disuapin Mama." ucapnya manja.

Arga tersenyum. "Mama gak ada. Sama Abang aja, mau?" tawarnya.

"Gak!" balas Ayra cepat.

"Ayi makan, jangan enggak." pujuk Arga dengan selembut mungkin.

"Ayi pengen makan tapi disuapin!" tukasnya kesal.

"Iya, sini Abang suapin."

"Enggak!"

"Tadi katanya mau disuapin. Ayi, mau apa, sih?" tanya Arga mulai frustasi.

"Ayi mau minta disuapin sama cewek!" balas Ayra dengan raut wajah menggemaskan.

Mendengar itu, sontak membuat Arga mengernyit heran. "Sama Bi Zuim?"

Ayra lagi- lagi menggeleng. "Sama cewek, tapi enggak tua." tandasnya.

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang