16. Little Girl

1.2K 85 1
                                        

"Hah?!" Vita membelalakkan mata kaget dengan bibir yang agak terbuka.

Arga tersenyum tanpa menoleh. Entah kenapa, melihat Arga seserius ini, rasanya jantung Vita berdetak kencang.

Arga menoleh sebentar. "Gapapa."

Vita yang tadinya tengah terperangah karena larut dalam wajah tampan Arga pun langsung terkesiap. Lalu ia tersenyum kikuk, dan melempar pandangan ke luar jendela.

Detik demi detik berubah menjadi menit yang sunyi dan senyap didalam mobil.

Beberapa lama kemudian, Vita kembali menoleh pada Arga, ketika dirasakan bahwa mobil itu mulai menurun kecepatannya. Padahal, perumahan Vita belum terlihat.

"Kenapa berenti, kak?" tanya Vita.

Arga memutar kunci, menyalakan mesin berulang kali, namun mesin itu sama sekali tak mau menyala.

"Ada masalah." balas Arga singkat karena sedang berusaha menghidupkan mesil mobilnya.

"Mogok?" tanya Vita lagi yang dijawab anggukan kecil dari Arga.

"Mobil ini ada di bagasi sekitar dua mingguan, hari ini perdana kakak pake. Wajar kalo ada masalah." ujar Arga sembari melepas sabuk pengaman.

Vita hanya mengangguk pelan.

"Tunggu di sini ya, Ta. Kakak mau liat letak mogoknya." kata Arga yang dibalas anggukan dari Vita.

Dari kursi duduknya, Vita dapat melihat siluet Arga yang gagah dan kekar. Walau hanya siluet, tetap saja ketampanan seorang Arga Keano Rajendra tidak hilang.

Kok gue malah enak- enakkan didalem mobil, sedangkan yang punya lagi diluar buat bagusin mobil. Kan gak tau diri namanya! Ucap Vita dalam hati.

Karena merasa tidak enak, Vita pun membuka sabuk pengaman dan turun dari mobil.

Arga yang melihat pergerakan dari pintu mobil pun langsung menoleh. "Gak usah keluar, Ta. Panas." ucap Arga.

Vita yang sudah diluar segera menutup pintu dan berjalan menghampiri Arga. "Aku juga harus keluar, kak." balas Vita senyum.

Kemudian, Arga dan Vita bersama- sama membuka kap mobil. Asap yang berjembul langsung keluar membuat kedua manusia itu terbatuk- baruk dan mengipaskan kedua tangan ke wajah agar asap berbahaya itu tidak masuk ke indera penciuman mereka.

"Kakak gak ngerti yang kayak beginian, lagi." keluh Arga sambil menatap mesin di kap mobilnya.

"Ya terus gimana, kak?" tanya Vita.

Arga tersenyum, lalu tangan kanannya menyentuh ubun- ubun Vita. "Kakak ambil handphone di tas dulu, mau nelepon montir."

Vita yang diperlakukan seperti itu hanya mengangguk. Kemudian, Arga kembali masuk ke dalam mobil untuk mengambil handphone di tas ranselnya.

Vita beralih menegok ke arah mesin, dimana pemandangan seperti sekarang sudah sering Vita lihat di mobil milik Denis.
Setelah sekian lama terdiam sambil memandang mesin- mesin mobil itu, Vita akhirnya mulai menggerakan tangannya untuk memperbaiki sesuatu yang dianggap penyebab mogoknya mobil.

Arga membuka pintu lalu duduk di kursi dengan salah satu kaki berada diluar mobil. Ia hidupkan benda pipih itu, menggeser layar dan membuka password. Setelah itu, ia segera menelepon montir yang sudah menjadi langganan keluarganya.

"Halo Kang, mobil ada masalah, nih." Ucap Arga.

"Dimana lokasi, AK?" Tanya montir itu di seberang sana.

"Jalan xxx. Buruan yak, Kang."
"Siap."

Arga melepas ponsel itu dari telinganya, lalu kembali memasukkannya ke dalam tas.

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang