19. Sore bersamamu

1.2K 74 2
                                    

Akhirnya, Vita memilih duduk menyamping. Setidaknya itu lebih baik, daripada ia harus berganti baju lagi dan akan menghabiskan banyak waktu.
Dan seperti yang Arga sarankan tadi, Vita langsung memegang pundak Arga begitu sudah naik ke atas motor. Rasanya sangat canggung. Sukses membuat Vita blushing lagi.

Lima menit perjalanan, Arga dan Vita sama- sama diam. Tak ada yang bersuara. Hanya Arga yang fokus mengemudikan motor dan Vita yang melihat- lihat ke sekitar.

Arga membawanya ke alun- alun. Dimana ada banyak jualan cemilan, buah- buahan dan atraksi lainnya.

Jarang sekali Vita keluar rumah. Alasan utamanya adalah mager, malas gerak. Selain itu, Vita juga lebih suka di rumah sambil menyalakan televisi dengan volume keras, lalu meninggalkannya ke kamar. Kegiatan kurang ajar.

Vita baru menyadari, rupanya, udara sore itu sejuk. Pemandangannya menyegarkan, dan ada banyak hiburan dipinggir jalan. Anak- anak berlarian dan orangtua mereka tersenyum hangat sambil berjalan santai.

Sesaat, Vita jadi merindukan Mama dan Papa. Mungkin lain kali, Vita bisa mengajak mereka jalan- jalan? Ide bagus.

"Kak Arga, kita mau kemana?" tanya Vita sembari memiringkan kepalanya.

Arga bergumam. "Kamu maunya kemana?" ucapnya berbalik nanya.

"Gak tau, kan kakak yang ngajak." balas Vita dengan suara anak- anak.

Tanpa dilihat Vita, Arga tertawa kecil. "Ya udah, kita keliling kota aja, ya. Sekalian kalo mau liat sunset?" tawar Arga.

Vita langsung mengangguk antusias. "Mau!" jawabnya senang.

Arga pun memperlambat motornya, membiarkan Vita menikmati lebih banyak dari pemandangan sore ini.

"Kak Arga, itu topeng monyet, ya?" tanya Vita sambil menunjuk ke pertunjukkan yang ia maksud.

Arga menoleh, melihat seekor monyet yang dipakaikan baju sedang menaiki sepeda kecil.

"Iya. Kenapa? Mau liat?" tawar Arga lagi.

Vita menggeleng. "Enggak. Kasian monyetnya, bukannya dilepas ke alam malah dijadiin pekerja. Mana lehernya diiket kek gitu. Kalo kecekek gimana?" ucap Vita polos sambil mengerucutkan bibirnya.

Arga tertawa geli mendengar penuturan Vita. Tapi ia juga tahu Vita merasa prihatin pada monyet itu.

"Ta, coba liat ke sana, deh. Ada gulali, mau gak?" tanya Arga sambil menunjuk gerobak penjual gulali.

Vita menengok ke arah yang Arga maksud. "Enggak, ah. Itu gulali mahal tapi isinya dikit. Kapas doang." tolak Vita.

Arga menghela nafas. Taktiknya untuk mengalihkan pikiran Vita gagal total. "Ya udah, nanti kalo ada yang kamu mau, bilang ke kakak, ya?"

"Siap, Kak Arga."

Vita duduk dengan tenang. Ia tak berhenti tersenyum melihat ke tempat- tempat yang ia lewati dengan Arga. Namun, belum ada yang menarik perhatiannya sepenuhnya.

"Kak Arga, berhenti." ucap Vita.

"Um?" Sesuai kemauan Vita, Arga meminggirkan motornya.

Arga membuka kaca helmnya. "Kenapa, Ta?"

"Beli jeruk, yuk!" ajak Vita.

"Jeruk?" tanya Arga.

Vita mengangguk. "Iya. Jeruk itu bagus, vitamin c nya mencegah sariawan." jelas Vita diiringi senyum manisnya.

Arga tersenyum juga. Lalu ia mengangguk. "Ayuk."

Setelah mendapat persetujuan Arga, Vita pun turun dari motor. Disusul Arga yang melepas helm lalu ikut turun.

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang