43. Tamu rutin

1K 52 2
                                    

Vita membuka, lalu menutup pintu gerbang. Ia berjalan santai menuju Arga yang sudah menyambut paginya dengan sebuah senyuman hangat.

"Pagi, Ta. Kamu cantik hari ini," sapa Arga sambil membukakan pintu mobil untuk Vita.

"Hari ini doang?" Vita masuk ke dalam mobil. "Berarti kemarin- kemarin enggak, gitu?" tanya Vita sarkartik.

Arga terkekeh. "Tapi hari ini lebih, Ta. Kamu cantik banget."

"Lebay," cibir Vita.

Arga menutup pintu mobil itu dan berjalan ke arah kursi kemudi. Membuka pintu lalu masuk.

"Biasanya juga aku kayak gini. Pake sabun muka yang sama, bedak yang sama, sisiran pake gaya yang sama. Dan kakak ga pernah tuh muji aku," sambung Vita sambil mengangkat bahu.

Arga langsung mengerucutkan bibirnya dan menutup pintu mobil. Oke, tidak masalah. Jika cara pertama yang Arga baca di internet tidak berhasil, maka ia punya cara kedua yang akan ia usahakan sukses.

Arga menyampingkan posisi duduknya, menghadap Vita.
"Kakak punya sesuatu untuk kamu," ucap Arga tersenyum.

"Apa?"

"Tutup mata dulu," pinta Arga.

"Kakak mau ngasih aku kejutan, ya?" tanya Vita sumringah dengan mata berbinar.

Senyum Arga makin mengembang. Lalu ia mengangguk.

"Tapi kan aku gak lagi ulang tahun." Vita menyandarkan tubuhnya di kursi.

Arga memutar matanya malas. "Emangnya kejutan itu buat orang yang lagi ultah, aja?"

Vita terkekeh. "Enggak, sih."

Arga berdecak. " Ya udah, buruan merem," titahnya lagi. Kali ini Vita menurut.

"Jangan buka mata sebelum kakak suruh, Ta," ucap Arga mengingatkan. Vita mengangguk antusias.

Arga segera meraih setangkai mawar merah yang ia letakkan di kursi belakang kemudi. Arga merapi- rapikan bunga itu lalu mencium aromanya. Wangi. Arga yakin Vita pasti suka.

"Oke. Kamu boleh buka mata sekarang," titah Arga yang telah mengulurkan bunga ditangannya.

Vita membuka matanya. Ia mengernyit sebelum sebuah senyuman tipis terbit di bibirnya.

"Tumben."

Bukannya berterimakasih, Vita malah melontarkan sebuah kata yang langsung membuat Arga berwajah masam.

"Kenapa? Kamu ga suka?" ucap Arga menurunkan tangannya. Samar- samar terdengar kekecewaan.

Vita mengelus rahang Arga dengan lembut sambil tersenyum menampakkan lesung pipinya.

"Suka, kok. Makasih, ya," ucap Vita sambil mengambil mawar dari tangan Arga. Lalu mencium aromanya hingga dirinya hampir tersedak. Cara kedua ini tak buruk juga.

Arga terus memerhatikan wajah Vita, yang menurutnya semakin hari semakin manis dan enak dilihat. Kini Arga mengerti, mengapa dulu ia bisa tertarik dengan Vita hanya dengan sekali melihat wajahnya. Rupanya wajah orang manis itu selalu nyaman untuk diingat.

"Udah atuh ngeliatinnya. Buruan jalan."  Vita tersenyum dengan tatapan jahil.

Arga gelagapan. Lalu ia menyalakan mesin dan memacu mobil dengan kecepatan sedang. Tak terburu- buru karena jam masih menunjukkan pukul 06.35 .

Disela kegiatan menyetirnya, Arga melirik sedikit ke arah Vita. Tampak sepasang headset menyumpal kedua telinganya. Gadis manis itu terlihat komat- kamit, sepertinya mengikuti lirik lagu yang sedang ia dengar.

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang