7. Bawel dan Ngirit (?)

1.6K 103 3
                                    

Budayakan vote sebelum baca
Terimakasih:)

"Hm, dek. Kayaknya kita kekunci, deh. " Ucap Arga merasa tak enak, sambil ia garuk tengkuknya yang tak gatal.

" Hah? " Ucap Vita kaget, cepat ia menoleh menatap Arga.

" Tapi bentar lagi, temen kakak bakalan dateng buat bukain pintu. " Ucap Arga berusaha menenangkan Vita.

Vita meneguk ludahnya dengan susah payah. Belum selesai nervous karena kejadian barusan, kini ia harus terkunci bersama kakak senior kesukaannya? Oke, Vita bakal meregang nyawa beneran:v

Vita mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan. Dari wajahnya terlihat jelas, bahwa gadis cantik itu sangat khawatir.

Keheningan menguasai ruangan. Arga dan Vita sama- sama tak ada yang mau memulai percakapan. Ralat: Sebenarnya mereka mau menghilangkan keheningan ini dengan membahas satu topik pembicaraan, namun yang jadi masalahnya adalah, pembahasan apa yang harus dibicarakan?! Mereka berdua sama- sama tak tahu harus mulai darimana.

Bahkan sang ketua osis yang punya public speaking baik itu pun terasa kilu untuk bicara. Apalagi Vita, gadis dengan tingkat percaya diri yang rendah, terkunci berdua bersama kakak senior kesukaannya mampu menutup mulutnya rapat- rapat.

" Namamu Avita Dwi Fabdilla, kan? " Tanya Arga tiba- tiba. Ah, akhirnya ada juga salah satu dari mereka yang mau membuka mulut terlebih dahulu.

" Iya, kak. " Jawab Vita sambil mengangguk.

" Kalo kakak panggil " tukang ngirit ", boleh ga? " Tanya Arga.

Vita mendelik dengan mengerucutkan bibirnya.

Arga segera mengalihkan pandangannya dari Vita, bersiul dan pura- pura tak melihat ekspresi tak mengenakkan Vita itu.

" Ga boleh. " Jawab Vita ketus.

Arga terkekeh. " Iya, kakak bercanda doang, kok. " Ucap Arga geli, menjahili Vita rupanya seru juga. Ekspresinya menggemaskan, ngomongnya masih aja ngirit.

" Masuk kesini ambil jurusan apa? " Tanya Arga lagi.

Vita menghela nafas, berusaha memperbaiki moodnya. Kesal pada Arga juga tak ada guna, toh Arga kan hanya bergurau.

" MIPA. " Jawab Vita.

Kini Arga yang menghela nafas.

" Bicaramu itu lho dek, ngirit sengirit ngiritnya. " Protes Arga. Entah sudah berapa kali ia memprotes gaya bicara Vita yang dianggapnya terlalu ngirit. Padahal Vita hanya menjawab sesuai dengan apa yang dipertanyakan. Lalu dimana letak kesalahannya? Rupanya Arga cukup bawel juga, Vita tertawa kecil.

" Nama kakak, Arga Keano Rajendra, kan? " Tanya Vita.

Kini gilirannya untuk memulai pembiacaraan. Karena Vita tahu betul bagaimana sulitnya mencari topik pembicaraan sedangkan yang ditanya hanya perlu menjawab.

" Iya. " Balas Arga, seperti meniru gaya bicara Vita.

" Kok dipanggil AK? " Tanya Vita lagi.

" Karena mereka mau. " Balas Arga singkat.

Vita mengerucutkan bibirnya lagi, ekspresi menggemaskan itu muncul lagi. Arga tersenyum kecil.

" Iya iya, nih kakak jawab. Nama kakak kan Arga Keano Rajendra, jadi dulu kakak pengen dipanggil Arga, tapi temen- temen bilang kesusahan, jadi mereka manggil AK aja, sampe sekarang udah jadi kebiasaan. " Jelas Arga.

" Padahal kakak ga tau dimana letak susahnya. Arga sama AK rasanya sama aja. " Lanjutnya.

" Oh. " Jawab Vita sambil mengangguk paham.

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang