33. Heroic Arga

985 69 9
                                        

Vita keluar dari perpustakaan ketika mendengar bel masuk berbunyi. Karena keasyikan membaca, Vita tak sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul 09.20.

Sebenarnya Vita tak terlalu menyukai perpustakaan lagi. Karena di ruangan penuh buku itu, adalah tempat dimana Vita menerima kenyataan pahit. Kakak senior kesukaannya, nyatanya telah memiliki kekasih.

Namun Vita tetap tak bisa menjauhi ruangan yang sunyi dan damai itu. Karena di saat sedih seperti sekarang, perpustakaan adalah tempat bernaung yang menenangkan bagi Vita.

Vita berlari sekencang mungkin agar bisa sampai di kelas sebelum guru bidang studi. Sedari tadi pikirannya sudah tak tenang, perasaannya gelisah.

Masalahnya, yang akan masuk setelah istirahat ini adalah guru killer paling ditakuti. Bisa mati Vita kalau sampai terlambat.

Tapi pada akhirnya, Vita menghentikan larinya, mengganti dengan berjalan cepat, sembari nafasnya tak terkendali.

Vita menyelipkan anak rambutnya yang lengket di pipi karena keringat, lalu memejamkan mata sambil menghembus nafas panjang.

"Ah!"

Sebuah tangan mengulur menyentuh lengan Vita, menariknya dari koridor.

Tubuh mungil Vita terhempas ke dinding. Membuat gadis manis itu merasakan nyeri di bagian punggungnya. Lalu Vita membuka mata dengan wajah yang menahan sakit.

"Hei, bitch!" Wanita dengan bibir merah terang itu menjambak kuncir rambut Vita, membuat Vita mengaduh kesakitan.

"Tarik dia ke gudang. Kita gak mungkin menghabisi dia di sini, kan?" Ucap cewek yang lebih cantik dari dua temannya. Ucapan yang disertai seringaian menakutkan.

"Oke." Cewek yang menjambak Vita itu tersenyum miring, lalu berjalan dengan tangan masih menjambak rambut Vita. Vita sudah meronta keras, namun pada akhirnya ia hanya mampu berjalan dengan tangan memegangi kulit kepala yang rasanya akan terkelupas.

•••

Tubuh ramping itu lagi- lagi dihempaskan ke dinding.

Vita menahan nafas ketika sebuah isakan hampir saja keluar dari bibirnya yang bergetar ketakutan. Vita mencengkram kuat ujung roknya, dengan kedua kaki yang gemetar.

Dalam pikirannya terbesit satu pertanyaan, apa kesalahannya?

Sambil terus menunduk, Vita berusaha tidak menangis. Ia tak ingin terlihat lemah, yang malah akan membuat tiga cewek didepannya ini semakin leluasa menghajarnya.

"Jadi ini, cewek ganjennya Kak Arga?" Ucap cewek berambut panjang dan lebat itu dengan sarkartik.

Vita mendongak sambil menggigit bibir tak terima. Ganjen? Vita tidak seperti itu.

Akhirnya Vita mengerti, alasan kenapa ia berada dalam posisi sekarang. Jadi Arga lah penyebabnya.

Meski Vita sudah berusaha menjauhi Arga, tetap saja, orang- orang selalu iri padanya yang bisa dekat dengan Arga. Padahal, kenyataannya adalah Arga mempunyai kekasih. Dan wanita beruntung itu, bukanlah Vita.

Kenapa bukan Celin saja yang mereka bully? Kenapa harus Vita? Vita bukan kekasih Arga.

"Sini deh lo, gue mau liat muka sok kecakepan lo. Sampe- sampe lo bisa bikin Kak Arga suka sama lo!" Cewek itu mencengkram dagu Vita kasar.

"Ah!" Vita memejamkan mata sambil menahan sakit di dagunya.

"Ugly!" Ucap cewek itu tertawa sambil menghempaskan dagu Vita. Jika saja Vita tak menjaga keseimbangan, maka tubuh rampingnya bisa saja terjengkang ke belakang.

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang