Vita meletakkan kaos kaki didalam sepatu dan meletakkan sepatu ke atas rak. Baru saja Vita hendak menyapa Mama, mendadak Denis bersuara dari arah belakang.
"Gimana, sih. Tadi minta jemput, tapi pas gue ke sana gak ada." Gerutunya kesal.
Vita yang mendengar itu langsung menoleh dan memandang galak. "Elo lama! Lumutan gue nungguin lo." Balas Vita tak kalah kesal.
"Hari ini jadwal kuliah gue ganti, baru aja pulang." Balas Denis agak merendahkan suaranya.
"Bilang. Kalo tau gitu kan gue gak usah nunggu." Ucap Vita.
Denis menghela nafas. "Iya maaf."
Vita memutar matanya malas, lalu mengayunkan kaki hendak menuju dapur.
"Eh, Ta. Tadi gue papasan sama mobil mahal pas di gerbang. Kece banget sumpah. Jadi pengen." Ucap Denis sambil matanya menerawang ke atas. Membayangkan kembali mobil mewah yang ia jumpai di gerbang perumahan tadi.
Vita yang sedang minum tersedak hebat, memukul- mukul dada dengan mata memerah.
"Avita, minum yang bener, nak." Ucap Mama yang kaget mendengar suara batuk Vita.
"Ma- maaf." Balas Vita sambil berusaha mengatur nafas.
"Kenapa?" Tanya Denis.
Vita melirik Denis dengan sisa- sisa batuk yang masih mencekik lehernya.
"Jangan- jangan lo dianter pake mobil itu ya, Ta?!" Ucap Denis heboh.
Vita melebarkan mata kaget, wajahnya memerah hanya karena sepaket kalimat Denis.
"Nah muka lo merah, berarti iya, ya?" Goda Denis lagi sambil tersenyum jahil dan menunjuk tepat didepan wajah Vita.
"T- tai ya lo." Ucap Vita sambil mendelik.
"Tadi Mama liat loh kamu dianter sama mobil, cuma Mama diem aja tadi." Timpal Mama sambil tersenyum penuh makna ke arah Vita.
"Hah? Mana ada, ih!" Vita mulai gelisah. Bagaimana tidak, Mama dan Denis mengucapkan kalimat jahil beserta tatapan penuh arti.
Menyebalkan...
Demi menghindari pembahasan topik yang tidak diinginkan, Vita pun segera berlari ke atas menuju kamar. Ia yakin pipinya pasti sudah benar- benar memerah hingga mengundang gelak tawa Mama dan Denis.
"Huh!" Vita merebahkan diri ke kasur. Matanya memejam dan nafasnya teratur.
"Arga Keano Rajendra." Gumam Vita pelan.
"Avita Arga Keano juga bagus."
Hening.Hening.
"ANJIR GUE NGOMONG APAAN TADI?!"
Mata Vita membulat kaget, ia sendiri tidak mempercayai apa yang barusan ia katakan.
"Ih, kok centil, sih?" Tanya Vita pada dirinya sendiri. Layaknya seorang anak kecil yang tersipu malu.
"Avita, makan dulu!" Pekik Mama dari lantai bawah.
"Iya, Ma!" Jawab Vita sambil memekik. Lalu, ia bangkit dari kasur dan masuk ke kamar mandi. Butuh waktu sekitar 2 menit, lalu ia keluar dengan balutan santai. Berupa baju kaus abu- abu polos dan celana training hitam.
Vita pun turun menuju ruang makan.
•••
Sepanjang kegiatan makan, tidak ada yang membuka suara. Mama dan Denis makan dengan wajah datar, tidak seperti tadi saat menjahili Vita. Vita sendiri juga ikut diam, lebih baik begitu daripada nanti ia kena jahili lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi My Senior!
Novela JuvenilKesalahan pada MOPDB hari pertama di gugus 6 membuat Vita bertemu sosok Arga. Senior tampan yang punya mata menenangkan. Arga tidak dingin. Justru Arga sangat ramah pada semua orang. Dan sayangnya sifat baiknya itu membuat cewek di sekitarnya baper...