40. I'm yours

1K 70 4
                                    

Arga♥
Cel?
Istirahat ini ke koridor, ya?
Kakak mau ngomong

"Buruan, Cel!" desak Tifa, teman sebangku Celin.

Rencananya, Tifa dan Celin akan ke kantin untuk memburu makanan. Namun, begitu Celin hendak berdiri, satu pesan masuk ke ponselnya. Dan ketika Celin mengecek pesan itu, niatnya untuk ke kantin enyah terbawa angin.

"Gue ke kelas Kak Arga aja, deh. Bye, Tifa!" kata Celin yang kemudian berlari keluar kelas.

Percayalah, Celin yakin ini adalah saatnya. Arga akan menyatakan perasaannya pada Celin. Astaga, Celin deg-degan.

•••

"Ta,"

Vita hampir menepuk jidat Febri jika saja suara itu tidak menginterupsinya.

Ketika Vita menoleh, dahinya langsung mengkerut dalam ketika menemukan seorang manusia—oh bukan, itu pangeran. Pangeran tampan yang beberapa hari ini berusaha Vita enyahkan dari hatinya.

Arga berdiri di ambang pintu.

Rilya menyenggol bahu Vita hingga gadia itu memutar kepala.

"Samperin," suruh Rilya berbisik.

Vita mengerucutkan bibir, enggan menurut. "Buat? Capek lho pura- pura gak peduli padahal sayang," tukas Vita.

Membuat Febri dan Rilya mendecakkan lidah malas.

"Buru." Kali ini nada bicara Rilya seolah tak mau dibantah. Akhirnya, Vita pun mendekati Arga. Lantas menarik dasi cowok itu agar menjauh dari kelas.

"Ta, gak ada cara yang lebih manusiawi ya nariknya?" tanya Arga yang terdengar agak memprotes.

Vita tidak menggubris. Terus berjalan menyusuri lorong kelas hingga berhenti di depan perpustakaan.

"Apa?" tanya Vita yang sudah membalikkan badan.

"Ikut kakak, ke koridor." titah Arga serius.

Vita membulatkan mata. Kaget, tidak mengerti juga maksud Arga. Tapi, ia enggan menanyakan lebih banyak.

Vita sedang goyah. Ia takut nanti tidak bisa move on dari kakak seniornya ini.

Vita menengok ke tempat dibagian belakang Arga. Menunjuknya dengan wajah sumringah seolah- seolah menemukan harta karun.

"Kak Arga itu ada Jonathan Christie!" ucap Vita girang.

Arga memandang lurus- lurus mata Vita. "Biarin. Gak perduli." ketus Arga.

Vita mencebik sambil menatap Arga. "Gak boleh gitu. Kalo ada orang yang dateng itu dihargain." tutur Vita.

"Kalo gitu kamu juga harus ngehargain dan dengerin kakak, karena kakak datang untuk kamu." balas Arga.

Vita langsung kicep. Bibirnya menutup rapat- rapat sambil menunduk dengan ekspresi menggemaskan. Layaknya anak kecil yang merajuk sebab dimarahi Ayahnya.

Arga menghela nafas. Ditariknya kedua sudut bibirnya hingga melengkung, membentuk senyuman mempesona.

"Ta, kakak mau...-"

"Kak Arga itu pak presiden kita!" teriak Vita lagi dengan menunjuk kembali ke posisi belakang Arga.

Arga menaikkan sebelah alisnya. "Siapa?"

Vita mengernyit sambil memandang Arga. "Ih! Masa presiden sendiri gak tau!" tukasnya manyun.

"Yang nanya!" lanjut Arga.

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang