21. Cemburu

1.2K 99 3
                                    

Selama di kelas, Vita terus termenung. Penjelasan Bu Dian didepan sama sekali tak diperhatikannya. Dalam otaknya kini tengah bersemayam ribuan pertanyaan, namun induknya hanya satu.

Siapa cewek yang bersama Arga tadi?

"Tadi Kak Arga sama siapa, Vi?" Tanya Rilya yang langsung mengagetkan Vita. "Kok sama?" Ucapnya agak keras.

Rilya memelotot, volume bicara Vita tidak bersahabat. Bisa- bisa Bu Dian menendang Vita dan Rilya keluar dari kelas karena ketahuan ngobrol.

"Apanya?" Tanya Rilya berbisik.

Vita menggeleng. "Enggak. Gue lagi mikirin hal lain."

Rilya menaikkan sebelah alisnya, berdesis kesal lalu kembali melihat ke depan.

Vita sendiri hanya menghembuskan nafas. Buku ditangannya lebih menarik dari pada penjelasan Bu Dian.

Vita usap buku tebal yang menjadi buku pegangan Arga ketika belajar. Vita bisa mencium bau khas Arga dan segala kehangatannya. Anggap saja Vita berlebihan, tapi beginilah dia, apapun tentang si 'kakak senior' begitu sempurna baginya.

•••

Waktu pulang sudah tiba. Vita yang tak suka berdesakkan masih menunggu didalam kelas. Ia tengah asyik melantunkan lagu yang pernah ia dengar dari Friska.

"Oh angin bisikkan padanya, ku cinta dia. Takkan ada yang lain...
Ku harap dirinya dapat men...-"

"Ta.."

Vita yang tengah mendongak ke atas langsung menoleh ke pintu, sumber dari suara yang barusan memanggilnya.

Vita memicing. "Ya?"

Seseorang itu mendekat dengan terburu- buru.

"Ta, buku kakak yang tadi kamu ambil mana?" Tanya Arga to the point.

Vita membulatkan mata, hingga ia lupa berkedip. Hampir setengah harian ini kepala Vita hendak meledak akibat memikirkan Arga, dan orang itu kini tengah ada dihadapannya.

"Ta?" Arga memetik jari didepan wajah Vita.

Vita terkesiap. "Oh, buku?"

Vita segera membuka tas, merogoh isinya dan mengeluarkan buku tebal milik Arga tadi.

"Ini, kak. Maaf tadi aku gak dateng lagi ke taman." Ucap Vita seraya memberikan buku itu pada Arga.

Arga menyambut buku itu lalu langsung memasukkannya ke dalam tas. "Its okay, kakak justru seneng kamu gak ke sana." Balasan Arga membuat Vita mengernyit bingung. "Memangnya ada apa?"

Arga yang tengah menutup resleting tasnya terhenti sesaat. Ia berdehem sebentar lalu menatap Vita sambil meneguk saliva.

"Enggak. Oh iya, kakak pulang duluan, Ta. Ada urusan Osis diluar."

"Oh gitu, oke hati- hati, kak." Vita tersenyum.

Arga pun melakukan hal yang sama. "See you tomorrow, little girl." Ucap Arga sembari mengusap puncak kepala Vita.

Arga pun bergegas keluar kelas. Meninggalkan Vita dengan segala kebingungan di otaknya.

"Makin lengket, cuy!" Ledek Febri sambil cengengesan tak jelas.

"Bacot amat, Feb." Lirih Vita malas.

"Ye, kampret. Baru juga di bilang gitu udah dikatain bacot guenya." Balas Febri tak kalah malas.

"Lo gak mau nanya sama Kak Arga siapa cewek yang tadi sama dia?" Tanya Rilya tanpa menoleh ke Vita.

Vita memdecakkan lidah. "Udahlah, palingan temen atau adek kelas doang."

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang