2. Hari Pertama

3.5K 134 4
                                    

" Tetttt. "

Bel tanda istirahat sudah berbunyi, semua peserta MOPDB mulai keluar dari kelas dan menuju kantin, yang letaknya dibelakang sekolah. Bahkan, para guru pun juga tampak cekatan menuju ruang guru, dimana mereka bisa santai sejenak setelah menjalankan rutinitas yang menguras otak dan otot itu.

Vita tak bergeming meski seluruh temannya sudah meninggalkan kelas satu persatu. Gadis berseragam putih biru itu masih diam di kursinya, sesekali merapikan baju seragamnya, dan menenggelamkan wajah pada kedua tangannya. Vita tipe yang tak suka berdesak- desakkan. Itulah alasannya, Vita tak berniat untuk kekantin, yang sudah pasti akan penuh dengan ratusan manusia. Manusia- manusia itu pasti akan berjejalan agar bisa makan dikantin. Membayangkannya saja sudah membuat Vita sesak.

" Vi, ga kekantin? " Tanya Rilya, salah satu sahabat Vita yang kalem dan jarang bicara.

" Enggak. " Jawab Vita singkat.

" Iya, biarin aja dia gitu mulu. Entar kalo maagh baru tau rasa. " Ucap Febri sinis, sebenarnya ia hanya khawatir akan kesehatan sahabatnya itu.

Vita tertawa kecil. " Bawel, ih. "

" Itu kebiasaan ga bagus lho, Vi. Coba kamu hilangkan. " Ucap Rilya menasehati.

" Gak bisa, bawaan lahir kayaknya. " Balas Vita.

Febri hanya menatap malas, Vita selalu memberikan jawaban yang sama ketika disuruh memperbaiki pola makannya.

" Selalu deh. " Ucap Rilya lirih, agaknya sudah bosan menasehati Vita.

" Udah sana, mending kalian buruan ke kantin. Entar makin rame, lho. " Usir Vita. Febri dan Rilya pergi setelah menghela nafas.

Vita bergumam tak jelas, sambil kedua tangannya menopang dagu. Kemudian ia menghela nafas, tiba- tiba merasa bosan. Vita mengedarkan pandangan ke seluruh bagian ruangan itu. Tak ada yang menarik, Vita jadi mengantuk.

Kau yang tertulis di Lauhul Mahfudz
Kau adalah rahasia terbesarku
Kehadiranmu menyempurnakan hidupku ...
( Assalammualaikum Calon Imam by Meyda Safira )

Rasa kantuk Vita agak berkurang ketika ia menyanyikan salah satu lagu favoritnya itu. Namun, ia berhenti bernyanyi, tatkala tenggorokannya terasa gatal.

Kemudian Vita berdalih memandang jam tangan silver ditangan kirinya. Pukul 09.08, berarti masih ada dua belas menit untuk istirahat. Mau diapakan waktu sebanyak itu? Ah, Vita jadi makin bosan.

" Assalammualaikum. " Suara baritone dan langkah kaki cepat terdengar memenuhi kelas itu.

Vita mengernyitkan dahi, kemudian mendongak. Ia sipitkan matanya untuk melihat siapa yang telah masuk kekelas. Maklum, Vita punya minus di mata sebelah kiri, namun ia masih enggan berobat kerumah sakit. Dengan alasan, rumah sakit pasti rame, belum lagi harus mengantri. Vita sangat malas melakukannya.

" Waalaikumussalam. " Jawab Vita lirih.

" Eh, ada orang, ya. Kirain kelasnya kosong. Oh ya dek, bisa bantuin kakak, ga? " Tanya orang itu.

" Saya kak? Oh iya, bisa. " Ucap Vita, kemudian ia berdiri menuju pemuda itu.

Semakin dekat ia menuju pemuda dengan suara baritone itu, semakin ia seperti mengenali sosoknya. Dan menjelang dua meter dari pemuda itu, Vita menyadari satu hal. " Kakak senior" nya lah yang bicara dengannya tadi. Setelah menyadari itu, detak jantungnya berdetak cepat, benar- benar tak teratur. Vita meneguk ludah kasar. Tiba- tiba saja nervous, namun ia usahakan untuk bersikap normal tanpa ada kegugupan.

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang