"SIALAN! GUE SURUH LO BAWA DIA NGEJAUH BUKANNYA LO PEGANG- PEGANG!" teriak Nevan marah sambil melayangkan pukulan brutal ke wajah cowok di bawahnya.
Cowok itu tidak melawan. Ia sudah terkapar pasrah oleh teman kesepakatannya ini.
Memang, pada awalnya Nevan mengajak ketiga teman satu gengnya dulu untuk melampiaskan kekesalan yang selama ini bersemayam di dada.
Sejak pertama melihat Vita, Nevan jatuh hati padanya. Setelah sekian lama berjuang, yang mendapatkan Vita malah Arga? Tidak, Nevan tak mau dikalahkan. Dalam kamus kehidupan Nevan, apa yang sudah Nevan inginkan, harus menjadi miliknya.
Karena alasan itu, hingga kini, Nevan punya dendam pada Arga. Nevan tak pernah dikalahkan, namun Arga selalu berhasil menyainginya. Nevan ingin masuk ke hati Vita, namun Arga lebih dulu menempati ruang rasa itu.
Jika Arga adalah seekor kelinci, maka Nevan adalah serigala. Dari sekian banyak mangsa yang bisa ia lahap, sang serigala lebih memilih kelinci. Karena yang terpenting adalah hasratnya terlampiaskan.
"BANGSAT! DWI ITU PUNYA GUE, BEGO! NGAPAIN LO SENTUH DIA?! PENGEN MATI LO?!" teriak Nevan kencang dan penuh amarah. Uratnya lehernya terlihat akibat terlalu kuat berteriak. Urat pelilisnya tampak dipermukaan karena terlampau murka.
Akhirnya, tanpa belas kasihan, Nevan melayangkan pukulan, tendangan di kepala dan dada, serta injakan di leher cowok itu.
"Berani lo mikirin tentang cewek tadi, gue pastiin ini leher ancur gegara gue." Kemudian, Nevan meludahi tubuh tak sadarkan diri itu. Seluruh tubuhnya luka, lebam bahkan membengkak.
Sedangkan Nevan sama sekali tidak tersentuh. Hanya sedikit luka disudut mata kirinya, dan tidak ada rasa sakit sedikitpun.
Lantas, Nevan pun berlari menjauh dari lokasi itu. Ada hal penting lain yang harus Nevan atasi.
•••
Vita melemah. Ketika ia menangis, tak ada air mata lagi yang keluar. Ketika ia bergeser sedikit, kakinya seakan lumpuh. Tak cukup kuat untuk menapak. Vita juga sudah kesulitan bernapas, hanya tersisa sesegukkan pilu yang menyesakkan dada.
Vita mengkerutkan dahi ketika telinga menangkap suara langkah seseorang mendekat. Vita pasrah jika memang orang itu adalah penjahat yang telah membawanya ke dalam kondisi ini. Vita terlalu lemah untuk memberontak. Saat ini, hanya suara hati Vita yang terus memohon pertolongan. Lirih, hatinya seperti hancur mengingat kondisi dirinya dan Arga.
"Lho? Dwi?!" Suara yang akrab di telinga Vita membuatnya tersentak. Suara itu seakan memberi harapan baru untuk Vita. Menghidupkan kembali keberanian yang semula hilang.
Dengan gemetar, Vita berucap, "Nevan, help.." melas Vita.
"Iya. Bentar ya, Dwi," ucap Nevan sembari melepaskan ikatan tali itu dari tubuh Vita.
"Dwi, yang tenang. Lo udah aman,"ucap Nevan menenangkan Vita.
Setelah berhasil melepaskan ikatan itu. Nevan buka kain penutup mata Vita. Nevan bisa merasakan kain itu basah oleh air mata dan keringat Vita. Seketika, rahang Nevan mengeras. Ia genggam kain hitam itu dengan geram lalu ia buang ke sembarang tempat.
Belum Vita membuka mata, segera Nevan rengkuh tubuh mungil itu dalam pelukannya.
"Dwi, nangis aja. Gue udah sama lo, lo aman," kata Nevan mengeratkan pelukannya.
"Van, sakit.." keluh Vita sambil mendorong Nevan tanpa tenaga.
Sontak, Nevan langsung melepas rengkuhannya. Kaki Vita yang tak mampu dirasakan membuat tubuh Vita tumbang ke belakang. Untung saja Nevan cekatan, hingga ia kembali merengkuh pinggang Vita. Mencegah gadis itu tersentak ke tanah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi My Senior!
Ficção AdolescenteKesalahan pada MOPDB hari pertama di gugus 6 membuat Vita bertemu sosok Arga. Senior tampan yang punya mata menenangkan. Arga tidak dingin. Justru Arga sangat ramah pada semua orang. Dan sayangnya sifat baiknya itu membuat cewek di sekitarnya baper...