25. Nevaniel Geraldie

1.1K 69 5
                                    

Anak laki- laki tampan itu bersandar di kursi kantin. Bangku paling tengah yang tentu akan jadi pusat perhatian jika ia mendudukinya.

Nevan tak perduli, ia tetap memasang wajah datar. Masa bodoh, ia hanya ingin bersantai sejenak.

"Bro?" panggil seseorang ramah.

Dahi Nevan mengkerut. Ia membuka mata, namun kembali menutupnya tanpa merespon panggilan itu.

"Gue boleh duduk di sini?" tanya cowok itu sembari mengambil ancang- ancang untuk duduk.

Namun yang dilakukan Nevan benar- benar diluar dugaan.

Anak laki- laki itu mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan melipat tangan ke dada. Semakin mengabaikan banyak pandangan tak suka atau bahkan cibiran buruk untuknya. Sebagai murid pindahan, sikap Nevan terlampau berani dan kurang ajar.

"Lo mending pergi sebelum gue hajar." ancam Nevan dingin.

Cowok itu meneguk ludah kasar. Kemudian dengan langkah cepat ia meninggalkan Nevan dengan 'bangku' kekuasaannya.

Nevan membuka mata, menghadiahkan pandangan dingin untuk semua orang yang menatapnya. Wajah datar yang siap sedia untuk kaum hawa yang menyukai ketampanannya atau kaum adam yang mencoba berteman dengannya.

Nevan benci orang- orang asing yang berusaha masuk ke kehidupannya. Mengganggu. Nevan tak suka diusik.

Tangan Nevan merogoh saku celananya. Mengeluarkan benda pipih yang Nevan beli dengan harga mahal lalu digunakannya benda itu untuk bermain game.

Nevan tenggelam dalam dunianya. Dunia yang selama ini menemani keseharian Nevan. Kecuali, jika Nevan lebih memilih menyalurkan kebosanannya lewat kekerasan. Seperti menghajar orang- orang yang menentangnya? Hal sekasar itu sudah biasa bagi Nevan.

Nevan mendelik ketika seorang cowok berseragam menggeser posisi kakinya. Apalagi deheman cowok itu begitu mengganggu di telinga Nevan.

"Pergi." titah Nevan dingin.

"Lo Nevaniel Geraldie?" tanyanya sembari duduk didepan Nevan. Karena telapak kaki Nevan tepat dihadapan wajahnya, cowok itu pun kembali menggesernya.

"Gue Arga, ketua OSIS Indonesia High School." tutur cowok berseragam itu- Arga sambil tersenyum ramah.

"Gak perduli." sangkahnya acuh.

Arga mengangkat satu kakinya ke atas paha, lalu ia bersender dan melipat tangan ke dada. "Gue tau apa yang udah lo lakuin di sekolah sebelumnya sampe harus pindah ke sini." ujar Arga sarkas.

Nevan mengangkat sebelah alisnya. "Bukan urusan lo." tukasnya.

Arga tersenyum miring. Lalu ia berdiri dan kembali menggeser kaki Nevan. Kali ini dengan kuat hingga kaki Nevan jatuh ke bawa.

Merasa diremehkan, Nevan pun bangkit dan menggebrak meja. "Maksud lo apa, hah?!" teriaknya marah.

Sontak, semua yang ada di kantin terdiam. Mata mereka membulat kaget.

Arga pasang wajah datar, tak kalah dingin dari Nevan. "Berbuat onar di sini, lo gue tunggu di BK." ucap Arga sarkartik lalu meninggalkan kantin.

Nevan diam. Namun mata tajamnya yang sarat akan amarah terus menatap Arga, tidak peduli meski cowok itu bahkan sudah hilang di keramaian kantin.

Nevan ditantang? Bagus, Nevan suka tantangan. Baginya hidup adalah tentang bagaimana kita menyelesaikan suatu hambatan, bukan hanya sekedar menjalani keseharian membosankan.

Nevan tersenyum miring. Peringatan Arga tadi lebih mirip ajakan dipikiran Nevan.

Mungkin, Nevan akan membuat masalah nanti?

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang