4. Argavita

1.8K 94 3
                                    

Arga Keano Rajendra
Wajah khas Asia✔
Mata yang menenangkan✔
Alis tebal✔
Cute face✔

"Assalammualaikum. " Ucap Vita memberi salam.

" Wa'laikumussalam. " Jawab mama yang sedang duduk di ruang keluarga. Vita menyalami mamanya itu.

" Bang Denis mana? " Tanya mama.

" Itu lagi parkir mobil. " Jawab Vita singkat sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.

" Entar sore ke sekolah lagi? " Tanya mama sambil memakan keripik buatannya sendiri.

Vita hanya mengiyakan.

" Ya udah, sana ganti baju, abis itu baru makan. Bang Denis juga belum makan buat nungguin kamu. " Ucap mama.

Vita melirik. " Ciee! Abang belum makan buat nungguin aku. So sweet, deh! " Pekik Vita nyengir sembari berlari ke lantai dua.

Denis- kakak laki laki Vita, yang mendengar teriakan adiknya itu hanya menggeleng. Jika sudah di rumah, Vita benar- benar banyak bicara. Bahkan tak sungkan untuk berteriak.


Vita masuk kekamar dengan cat hijau dan sofa dengan sprei Spongebob Squerpants kesukaan Vita. Tas yang tadi ia gendong kini ia letakkan diatas meja belajar.

Vita pun merebahkan tubuh rampingnya kekasur yang sedari tadi seolah menggodanya untuk segera berbaring di sana.
Vita memejamkan matanya sambil berusaha bernafas normal. Matanya yang terpejam mengantarkannya pada flashback saat ia dan Arga bertatapan.

Ah, tatapan sederhana itu membuat Vita jadi terus memikirkannya. Dalam sekejap, rasa kagum sepertinya telah melewati batas, Vita ... menyukai Arga.

Tak terasa kantuk menghinggapinya, Vita yang masih memakai seragam sekolah terlelap begitu cepat. Apalagi dalam tidurnya itu terselip mimpi yang indah, wajah Arga menghiasi tidur siangnya itu.

***

Arga meregangkan otot- ototnya, seakan berusaha menghilangkan segala fikiran berat dan tugas- tugas yang menumpuk hari ini. Pulang sekolah artinya ia harus rehat sejenak, melupakan segala yang membebaninya. Apalagi di Masa Orientasi Peserta Didik Baru, ketua osis bekerja ekstra untuk mengatur semua kegiatan agar berjalan lancar. Belum lagi harus memberikan materi dan berusaha membuat kegiatan menyenangkan dan tak membosankan. Kegiatan itu cukup membuatnya lelah.

Ia raih segelas air putih dari dalam kulkas, kemudian duduk di kursi lalu meminum air itu.

Setelah meneguk segelas air, Arga pun berjalan menuju kamarnya yang terletak di loteng. Tempat yang cukup tenang itu menjadi kesukaan Arga ketika sedang lelah seperti ini.

Sambil menenteng jas kebanggaan OSIS dan menggendong tas punggungnya, Arga melangkah menaiki tangga.


Rumah saat itu sedang sepi. Hari senin biasanya menjadi hari sibuk oleh sebagian orang. Ayah Arga, Abi Rajendra, seorang pemilik perusahaan terbesar dan sukses itu jarang pulang kerumah, terkadang berangkat kekantor pada pukul tujuh pagi, lalu pulang pukul dua belas malam atau pagi esoknya.

Belum lagi ketika beliau keluar kota selama beberapa hari.

Arga tentu memahami kesibukan ayahnya itu, selama sang ayah tidak merasa terbebani, Arga tidak akan melarangnya bekerja. Karena sedari kecil Arga tahu, ayahnya itu memang agak " gila kerja".


Sedangkan sang ibu, Yuni Rajendra, juga memiliki usaha butik yang ia kembangkan sendiri. Bahkan beliau memiliki butik itu jauh sebelum menikahi Abi. Dan sudah menjadi kesepakatan mereka berdua, bahwa setelah menikah, Yuni masih bisa menjalani bisnisnya tanpa dikekang oleh Abi.

Hingga sekarang, Yuni mengurus bisnisnya yang mampu membuatnya mandiri. Namun Yuni tak pernah melalaikan tugasnya sebagai istri dan ibu dari dua orang anak. Segala kebutuhan suami dan anak- anaknya selalu terpenuhi. Kasih sayang, kebersamaan, dan waktu senggan selalu ia berikan.

Seorang wanita karier tetaplah seorang istri dan ibu, yang tugasnya tak boleh dilalaikan.


Arga yang merupakan anak sulung, tentu saja sudah dipastikan akan mewarisi kerajaan bisnis ayahnya. Abi tak ragu sedikitpun pada sang putra, karena ia yakin Arga pasti bisa dan mampu.

Apalagi jiwa kepemimpinan Arga sudah terlihat sejak kecil, mulai dari menjadi ketua kelas saat taman kanak- kanak hingga sekolah dasar, lalu menjadi ketua osis saat SMP hingga sekarang. Itu tentu tak diragukan lagi.


Arga menyandarkan tubuhnya di atas kursi kayu kesukaannya. Tangannya memegang sebuah buku yang cukup tebal. Namun ia belum berniat membukanya, apalagi membacanya. Sejak tadi matanya fokus menatap keluar jendela, yang memperlihatkan langit cerah beserta awan yang bergerak perlahan karena tertiup angin.

Tiba- tiba ia teringat sesuatu. Setelah mengingat itu, Arga pun langsung meraih handphone dalam tas nya. Lalu kembali duduk. Arga mulai mengetik sesuatu di ponselnya, terdiam sebentar, lalu menelepon seseorang.

" Hai, baby. " Sapa Arga manis setelah seseorang yang jauh mengangkat teleponnya.
" Jangan panggil baby! " Hardik seseorang itu. Tawa Arga menggelegar.
" Hari ini mau dijemput, ga? " Tanya Arga.
" Ga. " Jawabnya singkat.
" Ya udah. " Ucap Arga juga singkat, ia matikan sambungan telepon itu.


Arga melirik buku tebal yang duduk manis disampingnya. Arga menghela nafas, kemudian ia meraih buku itu dan mulai membacanya. Tapi entah kenapa ia tak berniat membaca apapun dari dalam buku tebal yang berjudul
" BEST LEADER " itu. Jadi Arga letakkan lagi buku setebal kamus ke rak buku yang terbuat dari kayu. Lalu ia keluar dari kamar dan lebih berniat untuk mengisi perutnya, ia ingin makan.

Anggap aja ini perkenalan tentang bagaimana tokoh kalau di rumah masing- masing😂
Jadi maaf kalau kePENDEKan
Tinggalkan jejak guys
Please vote and coment😊

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang