32. Perpustakaan

933 68 3
                                        

Vita berjalan di koridor tanpa tahu kemana langkah kaki akan membawanya. Pikirannya juga sedang tidak dalam kondisi yang baik, entah karena alasan apa. Vita lelah, bingung dan juga sakit. Bukan dibagian fisik, tapi dibagian jiwanya.

Vita celingak- celinguk, lalu menghentikan pandangannya disalah satu ruangan disebelah UKS.

Perpustakaan besar itu sedang sepi, bahkan sepertinya tidak ada siapapun didalamnya. Minat membaca murid jaman sekarang sudah berkurang, bahkan menghilang.

Akhirnya Vita memutuskan pergi ke perpustakaan. Dengan langkah gontai, ia mendekat ke arah perpustakaan. Vita menghembus nafas, semoga moodnya akan baik jika berada di ruang penuh buku itu.

Vita langsung menuju rak buku dan tampak perlahan memilih buku. Sebenarnya ia sendiri tidak tahu mau membaca buku apa. Tapi jika nanti ia menemukan buku dengan sampul yang menarik, maka Vita akan membacanya.

Akhirnya, pencarian Vita terhenti disalah satu buku cetak dengan tulisan 'SASTRA INGGRIS'. Selain sampulnya yang menarik, Bahasa Inggris adalah pelajaran kesukaan Vita.

Vita duduk di kursi dan langsung membuka bukunya tanpa lama. Seperkian detik kemudian, Vita sudah larut dalam bacaannya. Syukurlah, mood membaca Vita sedang baik.

"Suka sastra Inggris, ya?" tanya seseorang.

Fokus dengan bacaannya, Vita hanya mengangguk tanpa berniat mendongak.

Seseorang itu terdengar menghela nafas, lalu ia duduk di kursi dihadapan Vita.

"Aku juga suka, lho." ucapnya masih mengajak Vita bicara. Membuat Vita akhirnya mendongak dengan malas.

Vita membelalakkan matanya kaget. Tak lama kemudian ia meneguk saliva dengan susah payah.

Seseorang itu tersenyum ramah. "Hai, Ta."

Vita mengerjap, bersamaan dengan menarik nafas lalu menghembuskannya cepat. Lalu Vita tersenyum sekilas, dan kembali menunduk, melanjutkan bacaannya.

Vita menyadari, bahwa sedikit demi sedikit ia sudah kehilangan ketertarikan untuk berinteraksi dengan Arga. Bahkan suara berat namun lembut itu seakan ingin Vita bisukan dari indera pendengarannya. Vita tak suka suara itu lagi, tidak.

"Kakak mau nanya, boleh?" tanya Arga yang mulai membuka buku tebal ditangannya.

"Apa?" sahut Vita tanpa menatap si lawan bicara.

" 'My lovely' itu artinya apa, sih?" tanya Arga.

Vita mendongak, lalu menjawab dengan santai. " Kesayanganku.."

"Iya, apa sayangku?" jawab Arga tiba- tiba.

Vita mengerutkan kening, bingung. Namun tak lama ia menyadari satu hal.

Arga barusaja mengusilinya.

"Cie yang panggil- panggil sayang." kata Arga jahil.

Vita blush seketika. Bolpoin yang sedari tadi ia pegang kini ia genggam erat- erat. Berusaha menyalurkan rasa groginya ke dalam tinta pena itu. Ah bodoh, Vita jadi tak waras jika sudah berhadapan dengan Arga.

"Apa, sih?" Vita berpura- pura jutek. Padahal ia sendiri tidak bisa menampik, bahwa ia sempat terbang karena keusilan Arga tadi.

Arga terkekeh.

Keheningan menyelimuti setiap inci ruangan itu. Hanya dentang jam dan suara hembusan nafas masing- masing yang terdengar.

Arga tampak sedang fokus membaca buku, sesekali ia mengernyit, mungkin tak faham dengan panjangnya rumus yang ia lihat di buku Arimatik itu.

Hi My Senior!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang