Jika aku tahu saat itu kau akan mematahkan hatiku yang tulus untukmu, aku memilih untuk tidak mengenalmu terlebih dulu
Avita Dwi
•••
"Ta..."
Vita menoleh dengan alis bertautan.
"Senyum kamu manis, jangan pernah berhenti senyum, ya."
Vita mengerutkan dahi selama beberapa detik. Dan setelahnya, raut wajah Vita terlihat pasrah.
Nafas Vita tercekat. Apa yang Arga katakan barusan lebih seperti menggores hati Vita lebih dalam. Seakan mengambil secercah harapan yang pernah Vita lindungi dengan segenap jiwa.
Bagaimana Vita bisa terus menampilkan senyum yang Arga sukai itu jika Arga sendiri yang telah menghapusnya?
Seharusnya Arga mengatakan sesuatu yang lain. Seperti memberi kejelasan mungkin? Yang dibutuhkan Vita sekarang adalah hal itu.
"Kakak yakin kamu akan jauh lebih mempercayai kakak. Jadi, nothing must for I explain." Jelasnya tanpa menoleh.
Vita mengerutkan dahi khawatir. Diteguknya saliva dengan berat dan terasa tersendat di kerongkongan.
"Iya." sahut Vita sambil tersenyum.
Vita merasakan matanya memanas dan dadanya agak sesak. Vita menoleh ke arah berlawanan dari Arga. Dikuceknya kedua matanya agar tak ada bulir bening yang menetes.
Kemudian mereka berpencar, berpisah tanpa sepatah kata pun. Vita sempat menyadari satu hal, yang membuatnya semakin hancur.
Akankah hubungannya dengan Arga akan berakhir begitu saja tanpa sebuah kejelasan atau penjelasan?
Vita berjalan lebih cepat. Mengabaikan matanya yang memanas, ia hanya ingin segera melesat ke UKS.
•••
Rilya dan Febri duduk diatas bankar. Sebenarnya, Rilya tak sungguh- sungguh sakit. Ia hanya berusaha membuat Vita tak mendengar ocehan Friska tentang bukti chat antara Arga dan Celin.
"Gimana sih, tuh curut bisa ada bukti chat?" Tanya Rilya dengan nada kesal.
"Auk, tuh! Demi kadal Mesir yang nyasar ke Afrika, gue sumpahin jadi adonan bolu kukus deh itu cewek." Cerca Febri tak kalah kesal.
"Iya. Entar loyangnya biar gue yang beliin. Loyang berbentuk fesesnya kudanil." Timpal Rilya.
Setelah mengeluarkan unek- unek mereka, Febri dan Rilya tertawa. Dilanjutkan dengan ber tos ria.
Febri dan Rilya kompak menoleh ketika ada bayangan seseorang memasuki UKS. Setelah memicing, satu di antara mereka membuka suara.
"Vi, kenapa?" Tanya Rilya yang sudah khawatir duluan sebab melihay wajah muram Vita.
"Sini, duduk deket gue." Ajak Febri sambil menepuk- nepuk sisi kirinya, menyuruh Vita duduk di sana.
Vita pun duduk dengan lemah. Ia gigit bibir bawahnya hingga tampak membekas kemerahan.
"Ada apa?" Tanya Rilya.
"Lo gak sakit lagi?" Tanya Vita.
Rilya berdecak. "Gue nanya duluan, ya. Jadi lo harus jawab."
Dengan iseng, Febri menusuk- nusukkan telunjuknya ke pipi Vita. "Jawab, jawab, jawab." Desaknya kekanak- kanakan.
Vita mendesah. "Tadi gue ketemu Kak Arga." Ucapnya yang sukses membuat Febri dan Rilya membulatkan mata kaget.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi My Senior!
Teen FictionKesalahan pada MOPDB hari pertama di gugus 6 membuat Vita bertemu sosok Arga. Senior tampan yang punya mata menenangkan. Arga tidak dingin. Justru Arga sangat ramah pada semua orang. Dan sayangnya sifat baiknya itu membuat cewek di sekitarnya baper...