Another Love - 37

3.4K 324 21
                                    

Setelah kepergian Hinata dan ayahnya, Sasuke memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamarnya. Ia tidak sabar untuk memberitahu hal ini pada Sakura. Saat akan menaiki tangga, tiba-tiba sebuah suara memanggil dirinya.

"Sasuke." Pemuda itu menoleh dan mendapati ayahnya yang berjalan mendekat.

"Kau mungkin menang sekarang. Tapi jangan harap Ayah akan merestui hubunganmu dengan Sakura!"

Sasuke membulatkan matanya seketika. Ketika dirinya akan menjawab perkataan ayahnya, Fugaku terlebih dahulu meninggalkannya. Menyisakan Sasuke dan Mikoto di sana.

Mikoto menghampiri putranya itu. Mengelus lengannya memberi ketenangan. "Kau tidak perlu khawatir, Sasuke. Cepat atau lambat ayahmu pasti akan merestui hubunganmu."

Sasuke menoleh ke arah Mikoto. Memandang wajah ibunya itu dengan sorot mata tidak terbaca. "Apa ibu merestui hubunganku dengan Sakura?" tanyanya.

"Selama itu yang terbaik untukmu, ibu pasti akan mendukung." jawab Mikoto sambil menampilkan senyumnya.

Sasuke sangat berterima kasih pada Mikoto. Usapan menenangkan seorang ibu bisa ia rasakan sekarang.

***

Sakura tengah berkutat mengerjakan soal uji coba dengan serius. Hal yang menjadi agenda utama gadis itu akhir-akhir ini. Dilihatnya Hinata di sebelahnya yang sedang melakukan kegiatan yang sama dengannya.

"Apa kau tidak lelah, Hinata?" tanya Sakura. Gadis itu memutuskan untuk beristirahat sejenak dari pekerjaannya.
Hinata menoleh sejenak. "Sedikit. Kau tahu sendiri bukan bahwa aku sangat menyukai pelajaran Matematika?" jawabnya yang langsung mengerjakan kembali soal-soal yang sedang ia kerjakan.

Sakura tahu, jika sudah berhubungan dengan Matematika, Hinata tidak akan bisa diganggu. Maka ia hanya bisa memperhatikan Hinata yang sangat serius mengerjakan soal pelajaran favoritnya itu.

Namun, tiba-tiba saja seorang gadis datang menghampiri mereka berdua. "Minggirlah, Hinata." ucapnya.

Hinata dan Sakura sontak menoleh, dilihatnya Shion yang entah sejak kapan sudah berada di depannya. "Ini mejaku, jadi aku harap kau segera pindah dari sini." ucapnya lagi.

Hinata menatap Shion tidak suka. Ia dengan terpaksa membawa peralatannya dan pindah dari meja yang diduduki oleh Sakura. Setelah gadis lavender itu pergi, Shion langsung duduk di samping Sakura. Ia lalu mengambil ponselnya dan mulai memainkannya. Sejenak, Sakura merasa ada yang aneh dari Shion.

"Kau kenapa, Shion?" tanya Sakura.

Shion menolehkan kepala, menatap sahabatnya. "Tidak apa-apa."

"Tidak mungkin. Kau pasti berbohong." Sakura menatap Shion intens. Mendengar ucapan Sakura, Shion kembali mengalihkan pandangannya dari ponsel miliknya.

"Kau tidak ingin bercerita padaku?" tanya Sakura lagi.

Shion menghela napas. "Aku hanya tidak suka kau berteman lagi dengan Hinata. Kau seolah menjauhiku, Sakura."

"Astaga, Shion. Aku sama sekali tidak pernah menjauhimu." jawab Sakura yang terkejut mendengar ucapan Shion.

"Aku memang berteman kembali dengan Hinata. Tapi bukan berarti aku menjauhimu."

"Kenapa kau berteman dengan Hinata lagi?!" Shion menatap tajam Sakura.

"Hinata sudah meminta maaf padaku."

"Apa? Kau serius?" tanya Shion memastikan.

"Aku akan menceritakannya nanti." ucap Sakura ketika mendengar bel masuk berbunyi.

***

Bukan hanya Hinata, Sakura mengajak Sasuke, Naruto dan juga Shion untuk pergi ke kantin bersama. Mereka lalu duduk di bangku yang telah disediakan yang untungnya masih kosong, karena keadaan kantin sudah mulai penuh saat bel istirahat berbunyi.

Sambil menunggu makanan datang, mereka berbincang-bincang.

"Aku akan ke toilet dulu sebentar." ucap Naruto yang diangguki oleh semuanya. Lalu pemuda itu pun beranjak pergi.

Ketika pemuda itu hendak masuk ke dalam toilet, langkahnya terhenti seketika karena tangannya dicekal oleh seseorang. Naruto membalikkan tubuh dan melihat seseorang yang sangat dikenalinya.

"Ayame?" heran Naruto.

Ayame tersenyum manis ke arah Naruto. Namun hal itu justru membuat pemuda tersebut menatap Ayame dengan tatapan tidak sukanya. Gadis itu merupakan teman satu sekolahnya sekaligus tetangganya di rumah.

"Ada apa?" tanya Naruto.

"Urusan kita belum selesai."

"Kita tidak mempunyai kepentingan apa pun." Naruto berbalik. Namun, bukan Ayame namanya jika ia membiarkan pemuda itu mengabaikan dirinya.

"Kau sudah menabrakku waktu itu!" ucap Ayame sambil menghalangi jalan Naruto.

"Tapi kau baik-baik saja, bukan?"

"Memang. Tapi bukankah kau berjanji akan bertanggung jawab atas kerusakan mobilku?"

Naruto berdesis. Dua hari yang lalu, pemuda itu tidak sengaja menabrak mobil milik Ayame.

Naruto berniat untuk bertanggung jawab atas kerusakan mobil milik Ayame yang tidak sengaja tertabrak olehnya. Walaupun ia tahu bahwa kejadian tersebut bukan sepenuhnya salahnya. Namun gadis itu malah menolak Naruto yang ingin bertanggung jawab.

"Bukankah kau justru menolak permintaanku?"

"Aku tahu. Dan aku sama sekali tidak mempermasalahkan kerusakan mobilku."

"Lalu? Kau ingin aku bertanggung jawab seperti apa?"

Ayame tertawa dalam hati. Sudah lama ia menginginkan hal ini terjadi. "Aku ingin kau menjadi tutorku untuk ujian nanti."

"Apa? Bagaimana bisa? Justru aku pun masih kesulitan untuk—"

"Tapi nilai-nilaimu selalu sempurna, Naruto-kun. Aku yakin pasti kau bisa mengajariku nanti."

"Tapi itu—"

"Kau bilang akan bertanggung jawab?"

Naruto menghela napas. Ia memang sering mendapatkan nilai yang sempurna. Namun itu pun bukan sepenuhnya hasil dirinya sendiri karena ia sering bekerja sama dengan Sasuke ketika guru memberikan sebuah tugas maupun ulangan harian.

"Aku anggap kau setuju dengan permintaanku. Kalau begitu, kita mulai belajar hari ini."

"Aku tidak bisa!"

"Baiklah, kalau begitu besok."

Naruto hanya bisa menatap geram pada Ayame yang sudah berbalik meninggalkannya. Hal yang sangat ia tidak sukai dari Ayame selama ia menjadi tetangganya adalah sifatnya yang suka memaksa.

***

Sama seperti sebelum-sebelumnya, Sakura pasti akan mengucapkan kata 'terima kasih' pada Sasuke yang sudah mengantarkannya pulang. Saat ingin membuka pintu mobil, Sasuke memegang lengannya.

"Malam ini aku ingin mengundangmu makan malam bersama keluargaku."

Sakura sontak terkejut. Jujur ia masih belum berani untuk bertemu dengan keluarga kekasihnya. Usapan lembut di lengannya membuat ia kembali menatap Sasuke.

"Kau tidak perlu khawatir. Semuanya pasti akan baik-baik saja." ucap Sasuke meyakinkan Sakura.

Butuh waktu lama untuk menunggu Sakura menyetujui ajakannya. Maka dari itu, Sasuke akan memberi waktu lebih lama lagi untuk Sakura.

"Aku tunggu jawabanmu. Kalau kau setuju, kirimlah pesan padaku. Jika kau tidak bisa, aku tidak akan memaksamu."

"B-baik, akan kupikirkan lagi nanti." balas Sakura menampilkan senyum tipisnya.

"Baiklah, akan kutunggu."

.
.
.
.
.

***
TBC

 

Another LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang