"Ayo silahkan masuk, Hinata," ajak Kushina kepada Hinata untuk segera masuk ke dalam rumahnya. Hinata menggangguk, lalu mengikuti Naruto yang berada di depannya.
Naruto melangkahkan kakinya menuju ruang tamu diikuti oleh Hinata dan Kushina. Lalu ia menyuruh Hinata untuk segera duduk.
"Silahkan duduk, Hinata." Naruto mempersilakan Hinata untuk duduk di atas sofa milik keluarganya.
"Ah, iya." ucap Hinata lalu duduk.
"Kau tunggu di sini sebentar ya, Hinata. Aku akan bawa peralatannya." ucap Naruto yang dibalas dengan anggukan oleh gadis itu.
Lalu Naruto pun meninggalkan Hinata menuju kamarnya yang terletak di lantai atas untuk membawa peralatan sekolahnya. Sementara Kushina sedang menyuruh pelayannya yang bekerja di sana untuk membuatkan Hinata minuman.
Hinata mendongakkan kepalanya ketika melihat Kushina duduk di sebrang sofa berhadapan dengannya. Ia menatap wanita itu yang juga menatap dirinya.
"Jadi namamu Hinata?" tanya Kushina sekadar untuk berbasa-basi.
"Iya." jawab Hinata singkat.
"Nama yang cantik seperti orangnya," puji Kushina sambil tersenyum. Hinata yang mendengar dirinya dipuji pun langsung menyunggingkan senyumnya.
"Terima kasih, Bibi Kushina."
"Oh, ya. Ngomong-ngomong, apakah kau kekasih Naruto?" tanya Kushina yang membuat Hinata terkejut.
"Tidak. Maksudku, kita hanya berteman."
"Begitukah? Tadinya kupikir kau adalah kekasih Naruto, karena selama ini ia tidak pernah membawa gadis manapun ke sini,"
"Kecuali Sakura," lanjut Kushina.
Hinata mendengus ketika mendengar Kushina menyebutkan nama Sakura.
"Kau kenal dengan Sakura?"
"Iya, kita bersahabat baik," Hinata menampilkan senyumnya.
"Wah, kalian bersahabat?" Gadis berambut lavender itu mengangguk sekali.
"Baguslah, kalau begitu,"
Percakapan mereka terhenti ketika seorang pelayan datang membawa dua gelas berisi jus dan menyimpannya di atas meja. Kushina mempersilakan Hinata untuk meminumnya ketika pelayan tersebut sudah pergi.
"Silahkan diminum, Hinata." ujar Kushina, lalu Hinata pun meminumnya.
Hinata meminum jus tersebut hanya sekali tengukan, ia lalu menyimpannya kembali ke atas meja. Pandanganya kembali terarah kepada Kushina. Wanita itu sedang menatap dirinya intens. Entahlah, tapi Kushina merasa tak asing dengan seorang gadis didepannya itu.
Saat Kushina ingin membuka suara, Naruto kembali sambil membawa sebuah buku dan alat tulis.
"Hai Ibu, hai Hinata," sapa Naruto dengan cengiran di wajahnya.
"Ck, kemarilah, Naruto!" Kushina menatap Naruto yang berdiri tak jauh di sampingnya.
Naruto lalu duduk di samping Kushina, ia menyimpan buku tulis dan alat tulisnya ke atas meja, lalu mengambil gelas berisi jus dan menenguknya. Melihat hal itu, Kushina melototkan matanya.
"Naruto!" teriak Kushina yang membuat Naruto berhenti menenguk jusnya dan kembali menyimpannya ke atas meja. Kushina menjewer telinga Naruto ketika dilihatnya jus miliknya yang sudah habis oleh anaknya itu.
"Aduh, Ibu, lepaskan!" erang Naruto kesakitan.
"Beraninya kau meminum jus milik ibumu?!"
"Aku tidak tahu kalau itu milik Ibu," Naruto mendesah lega ketika Kushina melepaskan telinganya, namun tak lama kemudian ia merasakan cubitan pada lengan kirinya.
"Lain kali jangan diulangi!" ucap Kushina. Naruto menganggukan kepalanya.
"Baiklah kalau begitu, Hinata, Bibi tinggal dulu ya," pamit Kushina pada Hinata yang sedari tadi menatap mereka geli.
Tak lama setelah itu, Kushina pergi meninggalkan Hinata dan Naruto berdua. Hinata menatap ke arah Naruto yang sedang mengelus lengannya yang terasa sakit akibat cubitan ganas ibunya.
"Naruto-kun." panggilnya pada Naruto.
Naruto mengalihkan pandanganya ke arah Hinata, ia lalu menampilkan cengirannya pada Hinata. Merasa tak enak pada gadis itu. Ia lalu beranjak mendekati Hinata lalu duduk disamping gadis itu.
"Bisa kita mulai?" tanya Hinata pada Naruto yang masih saja mengelus lengannya. Gadis itu ingin menyelesaikan pekerjaannya lalu bergegas untuk pulang, karena ia terus saja memikirkan keadaan Sasuke.
"Iya, tentu saja." Naruto mengambil buku dan alat tulisnya yang ia simpan di atas meja tadi lalu menyerahkannya kepada Hinata.
Hinata kemudian membuka buku pelajaran milik Naruto lalu menanyakan bagian mana yang Naruto tidak mengerti.
"Aku tidak mengerti pada soal bagian ini, Hinata," keluhnya pada gadis itu.
Hinata membaca soal terlebih dahulu, setelah itu ia menjelaskannya pada Naruto. Gadis itu memang pintar, otaknya sudah tidak perlu diragukan lagi. Ia pernah beberapa kali menjadi juara di kelasnya.
"Bagaimana, kau sudah mengerti?" tanya Hinata.
"Mengerti,"
"Baiklah, soal mana lagi yang tak kau mengerti?" Naruto kembali membaca untuk mencari soal yang tak dimengerti olehnya. Sementara Hinata hanya menunggu, pikirannya terus saja berpusat pada Sasuke.
"Ah, yang ini, Hinata!" ucap Naruto seraya menunjuk soal, namun ia bingung melihat Hinata yang hanya terdiam, gadis itu terlihat sedang melamun.
"Hinata?" panggilnya.
Namun Hinata tetap tak menjawabnya. Naruto lalu mencoba menepuk pundak gadis itu, "Hinata?!"
Hinata tersadar dari lamunannya ketika merasakan sebuah tepukan pada pundaknya, "Ah, maaf aku-" ucapannya terhenti ketika ia menolehkan wajahnya ke arah Naruto.
Ia terkejut ketika melihat wajahnya dan wajah Naruto yang sangat dekat. Hidungnya pun hampir bersentuhan dengan hidung milik Naruto. Dari jarak sedekat ini, ia dapat melihat jelas mata indah pemuda tersebut. Dan ia...
merasa tak asing dengan mata itu.
tbc
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Love
Fiksi PenggemarRank #1-Haruno 01/07/2019 Rank #5-Hinata 16/07/2019 Tentang Sakura yang harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya memang tidak pantas bersanding dengan Sasuke. Tentang Sasuke yang mencoba mempertahankan hubungannya dengan Sakura. Tentang Hinata...