Wahh sepertinya bakalan ada gosip baru deh....
Aii... banyak sekali couple baru sekarang. Wah... bahkan untuk couple Maxim dan Winny, pertemuan keduanya juga tak disangka-sangka.
¤Flashback¤
Entah kenapa hari ini guru-guru sepertinya sedang peka, bahwa aku lagi malas belajar. Karena sedari tadi tidak ada guru yang masuk kekelasku ataupun kelas sebelah. Para Guru ternyata sedang mengadakan rapat. Jadi agar murid-murid tidak ribut, mereka memberikan kami tugas. Sebenarnya tugas itu tidaklah sulit, bahkan sangat mudah. Tentu saja mudah, aku tinggal menyalin tugas orang lain. Lalu taraa...... tugasku pun selesai. Ya, mungkin kalian akan mengatakan "Iss... lo itu ternyata cuma bisa nyontek tugas orang aja ya" atau "Nyontek aja kerja lo" dan serentetan kalimat lainnya yang bertujuan untuk menghina diriku. But sorry not sorry yee, gue udah kebal tuh dihina-hina orang. Kalau bahasa kasarnya sih udah jadi makanan sehari-hari. Dan udah jadi hal yang lumrah yaa gaes kalo latihan atau pr lo nyontek tugas orang lain. Itu gak papa gaes. Menurut gue sih sebenarnya hehehehe..... gak tau menurut orang lain. Tapi sekarang gue gak tertarik untuk bahas tentang pendapat gue dan orang lain yaa. Gue lebih tertarik untuk menggangu kegiatan Winny sekarang.
"Oii... human"sapaku sambil mendorong kepalanya agak kuat.
"Lo ganggu banget, sumpah!!!!"
"Uuuu.... gitu yaa. Kok gue baru tempe tuh??"
"Musnah ae lo secepatnya dari muka bumi!!!"
"Aaa.....nanti lo sedih. Nanti gak ada lagi yang bilang sayang sama lo, bilang cinta ke lo."
"Najis anjir"
"Hahahaha..... sok-sokan lo nyet"
"Lo bisa diam dulu enggak??? Gue lagi kerjain tugas. Gak fokus nanti gara-gara suara lo yang cemprengnya keterlaluan"
"Iya deh iyaa gue diam"balasku sambil duduk dengan tenang disamping Winny.
Tiba-tiba saja sebuah ide agak gila terlintas dikepalaku. Dan isi ide itu adalah mengajak Maxim main basket. Langsung saja aku mengungkapkan ide itu.
"Lo mau gak main basket bareng Maxim???"tandasku langsung ke Winny.
"Emang dia gak sibuk??"
"Ya enggaklah. Lo mau gak???"
"Guekan gak terlalu dekat sama dia. Nanti yang ada malah jadi canggung loh. Gak enaklah gue"
"Lo tenang aja gak bakalan canggung kok sama dia. Maxim itu friendly banget deh. Mungkin setelah main basket bareng kalian malah jadi pacaran kann????"
"Mulut lo kalau ngomong asal aja yaa. Masa baru sekali main basket bareng langsung jadian??? Gila lo memang"
"Hahaha... iya gue memang gila. Tapi masalahnya, sekarang lo mau gak main basket bareng Maxim??? Udah tenang aja, gak usah takut canggung"
"Emmm..... iya deh. Kan kesempatan gak datang dua kali. Selama ini gue juga gak pernah main basket sama orang yang udah pro banget."ucap Winny sambil beranjak bangkit dari kursi dan berjalan keluar kelas.
Tapi sebelum keluar kelas aku mengajak Alo, Rora, dan Sky untuk bermain basket bersama. Tapi Sky tidak mau karena dirinya sedang sibuk menganggu sang adik--Qinara--. Jadi yang bisa bermain hanya aku, Winny, Rora, dan Alo. Tak lupa kami juga mengajak Maxim untuk bermain basket bersama. Sebenarnya aku bisa berteman dekat sama Maxim karena Alo dengan Maxim bersahabat baik sejak beberapa tahun silam. Tapi Alo dan Maxim tidak terlihat terlalu dekat. Hal itu karena Maxim juga punya sahabat lain. Dia lebih sering terlihat dengan sahabat-sahabatnya yang lain.
Setelah mengajak Maxim yang ternyata sedang tak sibuk, langsung saja kami berjalan menuju lapangan. Disepanjang koridor hanya suara Rora dan Maxim yang terdengar. Mereka sedang asik tertawa. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi sepertinya percakapan itu sangat seru dan lucu. Sedangkan aku, Winny, dan Alo hanya melihat mereka. Saat sudah sampai dilapangan pun pembicaraan Rora dan Maxim masih terus berlanjut. Tapi sepertinya pembicaraan mereka harus terjeda sebentar karena Maxim harus mengambil bola basket yang terletak di gudang. Sembari menunggu Maxim kembali, aku memberondong Rora dengan berbagai macam pertanyaan yang intinya sama, yaitu tentang percakapan dia dengan Maxim tadi.
"Hahaha.... selo ya Emak. Kalau mau tanya ya satu-satu terus gak usah cepat-cepat. Emak kayak lagi dikejar setan aja."balasnya sambil tertawa.
Saat mataku tak sengaja melihat Alo sepertinya dia juga sangat penasaran dengan percakapan Rora dan Maxim.
"Hehehe.... jadi dari tadi u ngemeng apa aja sama Maxim???"tanyaku ulang dengan nada yang lumayan santai dan penasaran.
"Oooo.... jadi Emak nanya itu. Sebenarnya kami cuma ngomongin hal-hal yang gak jelas aja Mak, kenapa Emak cemburu ya????"matanya terlihat sedang bercanda dan nadanya juga begitu.
Tapi sebenarnya yang cemburu bukan aku, tapi manusia berwajah datar yang sedang berbicara dengan Winny. Orang itu adalah Alo. Disepanjang koridor tadi, sebenarnya muka Alo tampak sekali sedang cemburu melihat kedekatan Rora dengan Maxim. Bukannya sombong tapi, aku mempunyai sedikit kemampuan untuk membaca mimik wajah orang lain. Apalagi kalau aku sudah lama kenal atau dekat sekali dengan orang itu, pasti aku dapat membaca mimik wajahnya walaupun hanya melihat sekilas. Winny pun punya kemampuan yang sama sepertiku, makanya sekarang dia sedang menenagkan Alo agar tidak cemburu lagi. Setelah menunggu agak lama, akhirnya Maxim datang dengan membawa sebuah bola basket ditangannya. Ternyata Maxim datangnya agak lama karena harus memompa si bola orange tersebut.
"Eii... gimana kalo Alo sama Maxim aja yang main deluan. Yang cewek-ceweknya lihat dulu. Jadi mereka itu kayak ngajarin kita dulu. Gimana mau gak??"
"Eiii... kampret lo memang, tadi bilangnya mau main sekarang malah suruh mereka berdua yang main??? Harusnya kan main sama-sama!!!!"balas Winny dengan kesal dan tidak setuju dengan ucapanku.
"Iyaa, Emak mahh gitu"sepertinya Rora juga begitu.
"Isss.... kan aku bilang mereka itu main deluan biar kayak ngajarin kita gitu lohh"
"Sheira lo jangan gila deh yaa. Masa Alo yang anak badminton lo suruh ngajarin kita main basket??"
"Lah... Alo bisa main basket lohh. Lo belum tau ya??"Maxim dengan cepat menjawab pertanyaan itu dengan nada yang menyakinkan.
"Iyaa Alo itu bukan kaleng-kaleng asal kalian tau aja"balasku sambil menupuk bahu Alo.
"Hahh?? Apasih lo itu Sheira??? Gak nyambung lah"ejek Maxim dengan nada yang lucu.
"Isss.... terserah lo. Jadi kalian setuju gak nihh??"tanyaku lagi.
Tampaknya mereka sudah setuju dengan ucapanku. Langsung saja aku mengambil tempat duduk ditepi lapangan. Aku, Winny, dan Rora duduk dibawah pohon yang rindang. Sedangkan Maxim dan Alo langsung memulai permainan. Sejauh ini Maxim masih lebih unggul pointnya dibandingkan Alo. Akupun lantas berbisik ke Rora
"Rora coba deh semangatin si Alo. Siapa tau aja dia langsung semangat mainnya."bisikku sambil menampilkan wajah untuk menyakinkan Rora.
"Iya deh aku coba dulu ya Mak"balasnya sambil berbisik juga.
Sebenarnya aku berbisik supaya Alo tidak mendengar ucapan kami. Dan menyangka bahwa Rora memberikannya semangat semata-mata hanya karena disuruh.
Tapi sebenarnya sedari tadi Rora ingin mengucapkan semangat kepada mereka, hanya saja Rora takut ucapannya akan menggangu konsentrasi Alo dan Maxim.
TBC
Sorry for typo 😅😅
KAMU SEDANG MEMBACA
ROBOT
Teen FictionIya aku hanyalah seorang robot #5 in robot (12122018) #270 in teenlit (19112018) #322 in gaje (20112018) #803 in fiksi remaja (20112018)