Sesuatu itu sepertinya merupakan tangan milik seseorang, tapi siapa?
Secara perlahanku tolehkan kepala kearah pemilik tangan tersebut. Tapi sepertinya aku kenal dengan tangan itu. Saat aku melihat orang itu dan aku menatap tepat di bola mata yang berwarna hitam kelam tersebut. Mata itu seakan menghipnotis diriku agar tidak memalingkan pandangan dari sana.
Ya aku baru sadar bahwa sekarang, karena sipemilik matalah hidupku menjadi lebih berwarna. Hidupku memanglah sudah berwarna selama ini, tapi rasanya ada yang kurang. Disudut hatiku rasanya sangatlah hampa, tetapi setelah kedatangan dirinya sudut hampa itu menjadi lebih berwarna. Tapi aku sadar bahwa sekarang hubungan kami sedanglah memburuk. Dan sudut itu menjadi hampa kembali, bahkan lebih parah.
Tak sampai 5 menit, Maxim langsung memutuskan kontak mata yang terjadi diantara kami berdua. Lantas akupun dengan canggung hanya bisa menundukkan kepala. Dia berdehem sebentar, lalu segera beranjak dari tempat ini tanpa mengucapkan apa-apa."Lo mau kemana?"pertanyaan itu meluncur dari mulut Sheira. Aku masih belum berani berbicara dengannya, apalagi menatap mata hitam itu. Rasanya sangatlah memalukan.
"Gue ada urusan. Katanya, hari ini pas jam istirahat anggota basket harus kumpul. Soalnya sebentar lagi bakal ada pertandingan antar sekolah."
"Oooo... ya udah, semangat ya!!"
"Yoii... makasih"dan langsung saja Maxim pergi dari tempat ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kuucapkan kepada Sheira. Terima kasih karena sudah mengucapkan semangat kepada Maxim. Terima kasih karena setidaknya aku tau bahwa Maxim pergi karena ada urusan, bukanlah karena marah terhadap diriku.
"Sheira, ayo kekelas. Sebentar lagi masuk"
"Yoii Ca. Entar yaa... gue mau buang sampah dulu."
"Oke, gue tunggu disana ya."
Setelah percakapan singkat itu sipenganggu langsung beranjak pergi menuju meja yang tadi ditempatinya. Sedangkan Sheira beserta Rora pergi menuju kearah tong sampah terdekat. Qinara dan juga Sky tentunya masih sibuk melahap makanan mereka sambil sesekali saling memukul. Dari cara Sky memukul Qinara, terlihat sekali bahwa pukulan tersebut tidaklah kuat melainkan lebih tepatnya hanya sekedar menepuk pelan. Sedangkan Qinara terlihat sekali memukul Sky dengan penuh kekesalan karena sedari tadi merasa ternganggu.
"Ehh... lo sama Sheira masih belum baik-kan ya??"celetuk Sky tiba-tiba.
"Huh???"aku tentu saja kebingungan, karena tanpa ada sebab dia tiba-tiba saja bertanya seperti itu.
"Lo sama Sheira belum baik-kan ya, Winny?"
"Entah-lah.... sekarang gue lagi enggak pengen bahas masalah itu. Gue stress banget sekarang."
"Saran gue, ada baiknya kalau lo sama Sheira segera berdamai. Aneh aja gitu kalau liat kalian berdua malah kayak enggak saling mengenal. Padahal dulunya kan kalian dekat banget. Bahkan lo lebih dekat sama Sheira daripada Alo. Kemana-mana lo selalu aja sama Sheira. Mungkin dia kesal, karena setelah ada Alo lo malah kayak kurang dekat lagi sama dia. Lo memperlakukan Sheira seolah-olah dia itu cuma barang lama yang sudah enggak menarik lagi setelah barang baru datang. Dia pasti sedih dan kecewa sama lo. Gue yakin kok, kalau Sheira pasti bisa memaafkan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
ROBOT
Teen FictionIya aku hanyalah seorang robot #5 in robot (12122018) #270 in teenlit (19112018) #322 in gaje (20112018) #803 in fiksi remaja (20112018)