"Cukup, Sheira. Dia udah cukup mendapat balasan karma dari lo. Cukup."dengan begitu lembutnya Winny mengatakan hal tersebut dan perlahan melepaskan tangan Sheira secara perlahan dari sana.
Saat tangan itu sudah terlepas, Sheira langsung melemparkan tatapan memberontak kearah Winny. Tak diragukan, suatu saat sifat terpendam Sheira ini akan menguar dan mungkin akan membuat orang-orang takut.
Sebelumnya, saat mereka masih dekat Winny pernah curhat kepada Sheira. Bahwa disaat rasa amarah Winny tidak lagi dapat terbendung maka dia akan berperilaku mengerikan. Iya, mengerikan. Layaknya psikopat. Tak ayal, Sheira-pun juga membuat pengakuan yang serupa. Awalnya Winny tidak percaya dengan hal tersebut. Tetapi setelah melihat hal tadi, dia percaya bahwa apa yang dikatakan Sheira, memang benar adanya. Jangan pernah ragukan ucapan Sheira jika dia sedang serius.
Sheira yang berlaku seperti sekarang ini, sangatlah Out Of Carachter. Selama ini seiblis-iblisnya Sheira, dia tetap menjaga kewarasan mentalnya. Tapi kali ini, Sheira memang benar-benar menampilkan wujud ke-iblis-annya secara total sekali. Bahkan saat dia berusah memberontak dari genggaman tangan milik Winny, akan sangat mudah dilakukan. Dia tentu saja masih belum puas menyiksa kelinci yang sedang ketakutan tersebut. Kelinci itu masih perlu diberikan pelajaran, biar trauma terus jadi tobat.
Tapi sayang dengan segenap kekuatannya, Winny menarik atau lebih tepatnya menyeret Sheira kearah belakang. Tempat duduk Sheira dan Winny, saat mereka masih belum bersiteru. Saat Winny menarik Sheira, kerumunan yang layaknya sedang ada pesta itu langsung terbuka lebar. Mereka menatap Sheira dengan pandangan takut-takut dan juga penasaran. Tapi mereka malah mendapat senyuman yang lebih manusiawi dari Sheira. Iya dia memang tersenyum, tapi tangan itu juga tidak berhenti bergerak dengan aktifnya agar terlepas dari genggaman Winny.
Sheira bagaikan seorang anak kecil yang meronta kepada Ibunya agar dibelikan mainan, tapi sayang sang Ibunya malah menarik paksa dari toko mainan. Winny yang tadi layaknya Ibu Sheira, langsung menyuruh Sheira duduk disalah satu kursi. Sebisa mungkin Winny menatap Sheira dengan pandangan yang biasa saja. Dia ingin bertanya kepada Sheira, tapi dia sadar bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat. Sheira yang terduduk disana hanya bisa memutar bola mata sambil mendengus malas.
Secara tiba-tiba mimik muka Sheira kembali berbinar-binar, iya dong berbinar atau cerah secerah bekas cucian sunlig*t. Korbannya itu kembali berjalan kearah mereka dengan muka memerah serta rahang yang juga sepertinya masih kesakitan. Sheira menyambut kedatangan mangsa buruannya dengan senyuman begitu lebar. Saat Sheira hendak berdiri, dia langsung saja ditahan oleh Winny.
"Duduk!"perintah Winny dengan nada yang tergolong biasa saja namun sangat tersirat, bahwa Sheira harus patuh.
Plakk....
Jika ada yang bertanya itu suara apa, maka dengan senang hati Sheira akan menjawab bahwa itu adalah suara tamparan. Yap, yang menampar dirinya adalah Oca. Sekedar info, sekarang sudut bibir kiri Sheira menjadi sedikit sobek, karena tangan yang Oca gunakan memakai cincin dan melukai sudut bibir Sheira. Orang-orang yang berada disana merasa sangat syok dengan tindakan tiba-tiba Oca. Begitu pula dengan Winny, bagaimana dia bisa lengah dan membiarkan pipi Sheira tertampar oleh Oca?
Winny langsung bangkit dan emosinya seketika memuncak. Dia masih mencoba untuk menahan emosi tersebut. Menarik nafas..... lalu hembuskan. Dia terus mengulangi hal tersebut agar tidak meluapkan seluruh amarah miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROBOT
Teen FictionIya aku hanyalah seorang robot #5 in robot (12122018) #270 in teenlit (19112018) #322 in gaje (20112018) #803 in fiksi remaja (20112018)